51. Pernikahan

1.2K 49 1
                                    

Laura pov

Selama seminggu ini, kami sangat sibuk karena pernikahan kakak. Rayhan pun ikut mengambil alih untuk acara ini. Banyak yang harus kami siapkan mulai dari undangan, gedung, makanan, dan yang lainnya.

Walaupun kakak meminta yang sederhana, tapi tentu saja tidak ada bedanya acara persiapan. Banyak teman kakak yang dari Australia mendarat ke sini. Bahkan keluarga ka Jasmine sudah disini juga.

H-1.

Kak Jasmine dibawa orang tuanya ke rumah yang mereka sewa sementara karena katanya, itu adalah salah satu tradisi mereka yang tidak memperbolehkan calon suami istri satu atap.

Ka Bryan kini tengah berada di ruang keluarga bersama bunda aku dan ayah. Bunda dan ayah banyak memberikan ocehan dan nasihat seputar pernikahan. Dan mungkin ini sebuah keberuntungan karena aku mendengarnya juga.

Belajar jadi calon istri idaman dari sekarang tidak salah kan?

Bunda yang tegas menasihati ka Bryan, akupun ikut terciprat.

"Kamu juga, Ra. Nanti kalo udah jadi istri di masa depan, harus pinter. Makanya bunda tegas sama kamu soal pendidikan. Karena orang yang pertama kasih pelajaran soal pendidikan ke anak nya itu, kita, seorang ibu"

Yang dikatakan bunda memang benar dan aku setuju.
Pendidikan memang sangat penting. Aku mengangguk paham kepada bunda.

Setelah kami rasa sudah larut, kami memutuskan untuk tidur karena besok adalah hari nya jadi kami harus mengumpulkan vit tubuh kita.

Aku berjalan dengan kakak yang merangkul ku menaiki anak tangga.

"Gue deg deg an banget, ra" ujar kakak sembari menuntun tanganku untuk menyentuh dadanya. Dan ternyata memang benar, dadanya berdegup kencang, dan aku yakin 2x lebih cepat.

Aku terkekeh, "Semangat!" ucapku padanya dengan mengepal tangan ku ke atas untuk menyemangatinya.

Kakak pun terkekeh dan mencium rambutku dengan lembut. Kakak ku memang sangat mencintaiku, jika kalian lupa.

Aku pun menutup pintu kamar dan mulai membersihkan wajahku. Ya bisa dibilang, night skincare.

Tapi saat aku sedang menuangkan toner di kapas, ponselku berbunyi. Aku langsung mengambilnya di nakas karena sejak tadi aku meninggalkannya disana.

Terlihat Rayhan menelponku dengan mode vidiocall. Aku pun mengangkatnya dan menaruh ponselku di meja rias sembari mensejajarkan nya agar wajahku terlihat.

"Lagi ngapain itu?" tanya Rayhan dengan polos. Terlihat dia sedang berbaring dengan kaus tanpa lengan.

Sedikit sexy.

"Skincare" balasku dengan ketus tapi aku menganggapnya itu lelucon. Aku kembali melakukan hal yang sempat tertunda.

"Kamu kemanaaaa aku kangen" lirihnya dengan kesal.

"Tadi aku ngumpul sama keluarga di bawah karena bunda sama ayah mau ngasih pencerahan mengenai pernikahan ke kakak. Jadi aku gak bawa hp" jelasku.

"Ohh" seru Rayhan disana.

"Gimana perasaan kamu besok kakakmu menikah?" tanya Rayhan penasaran.

Aku meliriknya sebentar dan kembali fokus pada kaca, "Tadi kaka kasih tau aku katanya dia deg deg an banget, dia sampe megang tanganku dan naruh tanganku di dadanya. Dan aku ngerasa dong dada kaka tuh berdegup kencang banget" balasku semangat dengan tawa.

Rayhan pun ikut tertawa, "Aku jadi takut pas nanti nikah sama kamu, gimana ya dada aku? Kayaknya bakal gagal jantung aku" tawa membuatku ikut tertawa

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang