21. Kaget

1.2K 72 0
                                    

Waktu nya bermalas malas di hari Minggu ini. Mungkin banyak orang yang menghabiskan waktunya dengan berkunjung sana sini ataupun Shopping. Tapi tidak bagi Laura. Laura sudah memutuskan bahwa hari ini waktunya untuk bermalas malasan dirumah.

Kini bunda dan Laura sedang sarapan bersama. Menikmati setiap makanan yang masuk ke mulut dengan pelan, membiarkan lidah merasakannya lebih lama. Walaupun nasi goreng, tapi pantas Laura akui, nasi goreng restorant pun akan kalah dengan nasi goreng bunda.

Mereka tak berbicara saat makan. Memang itu sudah kebiasaan mereka. Tapi saat sedang menikmati makanan bunda, terdengar suara bel dari depan rumahnya.

Apa itu Rayhan?

Laura menyergit dan mengangkat alisnya sebagai pertanyaan ke bunda. Bunda hanya mengangkat bahu nya.

"Mungkin Rayhan, bukain sana"

Kenapa dia datang sepagi ini? Apa dia mengingkari janji nya untuk tak sarapan lagi dirumahnya? Ah menyebalkan.

Laura menghela nafasnya, berjalan ke arah pintu dengan sumpah serapahnya.

"Kenapa sih dia dateng pagi pagi? Dasar gak tau diri, pengkhianat, pengingkar, pemboh—

tingting

Laura memutarkan bolamatanya, sangat tidak sabaran sekali dia ini.

"IYA IYA SEBENTAR" pekiknya dari dalam agar terdengar oleh Rayhan.

Dan kini Laura sudah memegang kenop pintu dan akan membukanya. Dia akan menyerbu Rayhan agar dia capek dengar ocehannya lalu pergi.

"Ngapain sih lo disi—

Laura terkejut. Bukan Rayhan yang datang. Melainkan,

"AYAH?" pekiknya dan menyerbu Ayahnya dengan pelukan hangat yang erat.

Ah dia rindu sekali dengan ayah nya ini. Seorang pilot yang melupakan rumahnya. Bagaimana tidak? Ayahnya ini, pulang sesuka hatinya. Entah sebulan kemudian, atau duabulan kemudian, bahkan pernah satu tahun.

Bunda menghampirinya dan menatap kedua anak dan suaminya berpelukan.

Laura melepaskan pelukannya dengan kesal. Dia masih dendam dengan ayahnya karena pulang terlalu lama.

Laura memukul dada ayahnya, "Masih ingat sama rumah ternyata?" sindirnya.

Ayahnya malah tertawa mendengar sindiran putrinya, dan melihat sang istri menghampirinya dan memeluknya dengan hangat.

"Ayah juga masih ingat kalo punya anak istri. Kalo lupa, pasti ayah bawa mamah baru kesini" leluconnya berhasil mendapatkan pukulan dari istri yang masih dipelukannya ini.

Lalu detik berikutnya, mereka tertawa bersama. Laura pun menghambur ke pelukan mereka.

"Laura kangen ayah"

"Apalagi ayah" Senyum mereka terhias di wajah mereka. Merasakan kehangatan keluarga yang sudah lama tak dirasakan.

"Ayah kaget kamu marah marah sepagi ini tadi" lanjut nya.

Laura membelalak dipelukan ayah. Dia sungguh malu mengingat ucapannya tadi.

"Maafin Laura, ayah. Laura gak tau kalo itu ayah"

Masih dalam pelukan, ayah tersenyum manis.

"Memangnya kamu kira siapa yang akan datang? hm?" Laura membulatkan matanya. Dia tertangkap basah. Ah, sial.

"Bukan siapa siapa ko, yah" Laura mengalihkan percakapannya dengan memeluk lebih erat.

"Mau sampai kapan pelukan gini, hm?" sindir Bunda lalu mereka melepaskan pelukannya dengan kekehan.

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang