Daren pov
Hubungan Rayhan dan Laura sudah berakhir selama satu minggu yang berarti kelas 12 telah melewati ujian nasional. Hanya tinggal menunggu hasil dan kita masih harus sekolah walaupun tidak ada pelajaran.
Kini jam istirahat di hari pertama. Kita pisah tempat karena menghargai Rayhan dan Laura.
Tidak ada yang tahu isi hati mereka berdua. Tapi menurut gue, Rayhan masih menyanyangi Laura. Terlihat dari dia yang sering curi curi pandang.
Memang berbeda tempat duduk, tapi itu pun hanya sebelah sebelahan yang tidak jauh jaraknya. Ditambah, posisi Rayhan dan Laura saling berhadapan. Membuatnya kelihatan jelas bahwa mereka saling curi curi pandang.
Gue dan yang lainnya belum tahu mengapa mereka putus. Bahkan gue sempat bertanya sama pacar gue, tapi tidak diberitahu dengan alasan itu adalah masalah mereka dan tidak boleh ikut campur.
Tapi gue rasa, ada kejanggalan disini. Yang gue simpulkan selama ini, pasti Laura yang minta putus. Terlihat jelas saat kejadian beberapa hari yang lalu Rayhan berkata seperti itu, berarti Laura yang minta putus. Tapi, kenapa Laura terlihat sedih?
Tersirat dimatanya mengatakan, bahwa Laura terus menatap Rayhan dengan tatapan sedih dan penuh makna. Seolah mengatakan, 'Ini salah paham'. Gue tidak bisa menyangkal itu.
Awalnya gue berpikir bahwa Laura menyesal telah memutuskan hubungannya. Tapi, kenapa teman temannya terlihat kesal dengan Rayhan? Aneh, bukan? Laura yang meminta putus tapi ketiga temannya kesal dengan Rayhan.
Apa salah Rayhan memangnya? pikir gue.
Saking penasarannya gue, gue nekad nanya ke Rayhan.
"Ray, gimana sih lo bisa putus sama Laura?" tanya gue sembari memakan gorengan. Otomatis, Ricchard dan Rafael ikut menyimak.
Rayhan yang sedang memakan nasi goreng, berhenti sejenak sembari menatap sekilas pemandangan di depannya.
"Maksud lo?" tanya nya tak mengerti.
Memang pertanyaan gue ambigu sih. Rayhan kan sering bilang kalo Laura yang minta putus dan pertanyaan gue seharusnya gak perlu dijawab sama Rayhan lagi.
"Ya, gue mau tau aja gitu detailnya. Cerita gitu, gue penasaran" ucap gue tanpa nyerah.
"Mau dijelasin gimana, goblok. Kan Rayhan sering bilang kalo Laura yang minta putus" sambung Rafael didepan gue sembari melemparkan sepotong gorengan bakwan.
Gue pun membersihkan baju gue yang terkena gorengan, "Ya aneh aja gitu. Masa gue liat liat, Laura kok kaya sedih gitu padahal dia yang mutusin?"
"Yakarna dia nyesel mutusin Rayhan" balas Ricchard setelah meminum es teh manisnya.
Gue mendekatkan diri agar suaranya terdengar dan otomatis mereka ikut mendekat, begitupun Rayhan. Walaupun sedikit gue paksa.
"Tapi kalo dia nyesel, kenapa teman temannya keliatan kesel gitu sama Rayhan? Gak jelas banget kan?"
"Logikanya nih, kalo Laura yang minta putus. Temannya pasti bakal nyemangatin Laura tanpa mengganggu Rayhan. Tapi sekarang, lo semua sering banget liat tatapan temennya Laura ke Rayhan kan? Dengki"
Mereka terdiam mencerna ucapan gue.
"Iya juga sih, ko gitu ya?" gumam Rafael.
Gue menatap Rayhan, "Gue rasa ada kesalahpahaman antara lo berdua"
Rayhan terlihat berpikir, dan akhirnya dia menolak keras pemikiran gue, "Ah udalah, biarin aja." ucapnya dan langsung pergi meninggalkan kita.
Gue sama yang lainnya menatap kepergian Rayhan sampai sudah tak terlihat. Ah, otak gue emang bagus. Jalan disaat seperti ini. Gue mulai memberi kode ke Rafael dan Ricchard supaya mendekat lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LAURA
Fiksi Remaja"Kenapa lo ga suka sama gue?" tanya Rayhan dengan pede nya. Laura menyergit, "Kenapa gue harus suka sama lo?" tanya balik Laura dengan mengangkat satu alisnya. - Seorang gadis dengan kenangan tragis bersama mantan nya telah dihantui oleh seorang pr...