45. Masih

1K 66 5
                                    

Sekarang, Laura sudah merasakan puas menangis. Dia jauh lebih tenang dari sebelumnya. Ucapan Rayhan memang ada benarnya,

Masalah keluarga memang sebuah privasi, tapi jika privasi itu membuat kita depresi, kenapa tidak di salurkan ke orang yang dipercaya? Tidak salah kok.

Terjadi keheningan beberapa detik kedepan, yang terdengar hanya suara isakan yang tersisa. Mereka semua memegang tangan Laura, memberikan kekuatan dan menenangkannya.

Memang ini tidak mudah bagi Laura. Mereka tau itu. Apalagi, Laura tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Karena keluarganya terbilang harmonis tanpa kelecetan apapun. Tapi sekalinya lecet, itu sangat perih.

Bagaimana bisa seseorang mendapatkan lecet yang sangat perih padahal dia belum mengenal sebuah luka?

Luka yang dia kubur sangat berbeda dengan luka yang baru muncul ini. Laura merasakan dua luka yang sangat berbeda dan sangat kejam selama hidupnya ini. Itu sangat sulit, sungguh.

Laura menghembuskan nafasnya pertanda bahwa dia sudah stabil. Laura menatap satu satu temannya dan memberikan senyuman 'gue udah legaan'

Teman temannya pun tersenyum haru dan senang karena Laura sudah stabil seperti ini. Mereka memeluk kembali Laura dan Laura pun membalasnya.

Setelah puas, mereka melepaskan pelukannya.

"Gue bakal cerita. Cuma gak disini." ucap Laura.

Mereka mengangguk setuju, "Dirumah gue aja. Gimana?" tawar Bianca.

Mereka mengangguk setuju lagi.

"Siapin cemilan yang banyak pokoknya." gertak Agatha dengan ekspresi yang dilebih lebihkan. Mereka pun tertawa mendengar kelakuan Agatha.

Bianca dan yang lainnya tersenyum haru karena Laura bisa tertawa kembali. Mereka sangat berharap agar masalah Laura cepat selesai.


Bel pulang sekolah berbunyi. Seperti biasa, hari esok adalah hari dambaan semua orang. Minggu. Murid murid berbondong bondong ke luar gerbang menuju istana nya.

Rumahku adalah istanaku, right?

Tapi tidak berlaku bagi Laura sekarang. Laura tidak ingin meninjakkan kakinya ke istananya terlebih dahulu. Dia berencana bahwa dia akan langsung kerumah Bianca walaupun pasti ada perdebatan dengan Rayhan nantinya.

Laura pun menemukan Rayhan. Rayhan berlari ke arahnya dan mulai menuruni tangga lalu menuju ke sebuah parkiran.

Saat di parkiran, Laura mulai berbicara.

"Aku mau ke nginep di rumah Bianca, anterin aku ya" ucap Laura menatap Rayhan yang sibuk memakaikan helm untuk dirinya.

"Iya, jam berapa aku jemput?" tanya Rayhan. Rupanya Rayhan salah mengerti.

"Sekarang"

Rayhan menghentikan kegiatannya yang mengaitkan kancing helm Laura.

Dia menyergit, "Sekarang? Kamu harus pulang dulu dong"

Laura tersenyum tipis, "Anterin aku ya?"

"Ra, tapi kamu harus—

"Please.." ucap Laura dengan wajah memohon.

Rayhan menatapnya sejenak, "Enggak"

Laura menunduk kecewa, "Okey. Aku ngerti."

"Gitu dong. Yaudah buruan naik. Kita pulang dulu baru anter—

"Gak usah. Aku ke rumah Bianca sendiri aja. Gak papa kok" Laura melepaskan helm nya.

Rayhan kaget akan perlakuan Laura yang menolak ajakannya. Rayhan melihat pergerakan Laura yang menaruh helmnya di motor. Dan kemudian berjalan ke arah gerbang sekolah.

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang