Pagi ini, Laura telah bersama Rayhan di motor. Dengan tanpa bersalahnya, Rayhan masih bersikap biasa saja. Ya mungkin karena ia sudah meminta maaf jadi menurutnya Laura sudah tak kesal.
Bahkan, Rayhan tak menyadari mata panda serta sedikit bengepnya itu. Ia masih mengalungkan tangan nya di pundak Laura seperti biasa. Melewati koridor dan tangga yang akan mengantarkan mereka ke tujuan.
Setelah sampai di tujuan yaitu kelas Laura, Rayhan melepaskan rangkulannya.
"Hmm— Ray?" ucap Laura ragu dengan menunduk.
Rayhan membalasnya, "Hm, kenapa?"
"Nanti istirahat, boleh ke rooftop bentar?" tanya Laura dengan berani menatap Rayhan.
Rayhan terlihat bingung mengapa Laura meminta hal seperti itu, "Kenapa emang nya?"
Laura melipatkan bibirnya sejenak, "Ada yang mau aku omongin, please?"
"Y-yya okey. Tapi aku gak janji ya?"
Laura mengeluarkan senyum paksa nya, "Aku tunggu ya"
Mereka lalu saling melambaikan tangannya dan berpisah disana. Laura tak yakin bahwa Rayhan akan datang nanti tapi ia harus berpositif thinking, siapa tau ia akan datang karena penasaran?
Saat pelajaran, Laura terus tak fokus karena memikirkan hal yang akan ia bicarakan dengan Rayhan nanti. Ia masih ragu tapi sejujurnya ia ingin Rayhan tahu.
Pesan jarang dibalas, bisa sehari sekali ia balas. Telepon pun jarang diangkat, istirahat bareng? sudah tak pernah ia rasa. Kencan? selalu dibatalkan.
Ia memang mengerti Rayhan disibukkan dengan pelajaran karena akan ada Ujian. Tapi ia tidak bisa terus menerus seperti ini. Menunggu ada batas nya bukan?
Jam istirahat tiba. Laura langsung buru buru ke tujuan tanpa menghiraukan pertanyaan ketiga temannya. Ia menaiki satu persatu anak tangga yang akan menuju rooftop dan membuka pintunya dengan tak sabaran.
Ia pikir Rayhan telah menunggunya, ternyata tidak. Masih sepi. Laura menghembuskan nafasnya dengan panjang, mungkin Rayhan masih butuh waktu. Ia menghampiri sofa dan mulai duduk menatap jalanan yang penuh itu dibawah.
Mengingat bahwa tempat ini adalah tempat dimana kisah mereka dimulai. Dengan cerita yang tak masuk akal. Ia masih ingat bahwa cerita mereka dimulai semata hanya untuk kesenangan, membalas dendam, dan penuh kebencian.
Tapi apalah daya mereka yang terperangkap pada jaring mereka sendiri. Kisah cinta orang memang berbeda beda. Dan Laura tak menyesal bahwa ia menjalin hubungan dengan seorang playboy. Setidaknya ia bisa merubah Rayhan jadi lebih baik.
Laura menghapus air matanya yang jatuh di pipinya karena terharu mengingat kisah mereka dulu. Ia melihat jam tangan yang ada di tangan kirinya. Sudah 10 menit ia menunggu, namun tak kunjung datang.
—
Disebuah kelas, hanya ada beberapa murid yang masih dikelas dengan tatapan mereka ke buku. Mereka terlihat fokus dan tak saling mengganggu.Ya, salah satunya adalah Rayhan.
Rayhan masih tak bosan membaca dan menulis apa yang penting baginya. Mungkin ia melupakan janjinya dengan Laura. Ketiga temannya mungkin sudah malas mengajak Rayhan yang tak mungkin mau jika diajak. Mereka sudah ke kantin lebih dahulu bersama kekasihnya.
Tak terasa, jam istirahat telah berakhir. Bertepatan dengan itu, roti yang dibawa Rayhan dari rumah juga sudah habis. Ia langsung meminum air yang ia bawa juga dengan sekali tegukan. Ia merasa kenyang dan akan melanjutkan belajarnya selagi guru masih belum masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
LAURA
Teen Fiction"Kenapa lo ga suka sama gue?" tanya Rayhan dengan pede nya. Laura menyergit, "Kenapa gue harus suka sama lo?" tanya balik Laura dengan mengangkat satu alisnya. - Seorang gadis dengan kenangan tragis bersama mantan nya telah dihantui oleh seorang pr...