Gio tersenyum hangat didepan panggung, bunga serta sertifikat penghargaan ia genggam ditangannya, ia tersenyum bangga karena berhasil meraih nilai terbaik dikelulusannya, entahlah! Selama kuliah ia tidak pernah memimpikan mendapat nilai terbaik seperti ini.
Ia terkejut bukan main saat namanya menggema didalam gedung yang ramai akan ratusan manusia itu, orangtuanya pun bahkan sampai membulatkan matanya saat tau putranya disebut sebagai mahasiswa terbaik difakultasnya menuntut ilmu.
Gio menitihkan air mata saat berdiri didepan sana, ia menangis bahagia karena melihat orangtuanya bangga dan dibalik kebahagiaan itu ia juga menahan sesak karena ia tak bisa lulus bersama sahabatnya, Ega dan juga dosen yang ia cintai, syifa.
Saat turun dari panggung, ia memeluk orangtuanya dan tangisnya semakin menjadi saat mengingat Ega dan juga Syifa, kedua orangtuanya yang mengerti akan keadaan gio pun hanya bisa membalas pelukan perih dari sang putra.
"Meraka bangga padamu nak! Pasti mereka tengah tersenyum melihat mu"lirih mama
"Ma hiks...."gio semakin mengeratkan pelukannya
"Sudah sayang, kita mulai dari awal"ucap mama memberikan semangat kepada gio
Gio tak membalas, ia hanya mengangguk sambil sesenggukan.
*
Gio berserta kedua orangtuanya melangkahkan kakinya kedalam bandara Soekarno-Hatta, koper yang tidak terlalu besar berada digenggaman gio,
Sebenarnya semenjak gio ditetapkan sebagai salah satu mahasiswa terbaik dikampusnya, ia sudah banyak ditawari pekerjaan diranah air yang sudah menjamin masa depannya kelak, namun tekad tetaplah tekad, gio sudah memutuskan ia akan tetap terbang ke negara impiannya itu, merintis usaha dari nol hingga meraih kesuksesannya.
"Jaga diri baik-baik sayang, jangan lupakan kami"lirih mama
"Mama ini bicara apa? Aku gio bukan Malin Kundang yang melupakan orangtuanya ketika sukses, aku akan pulang ma pa,,do'akan gio"gio memeluk kedua orangtuanya
"Kami akan selalu mendo'akan kamu sayang!"Alan merangkul pundak putranya
"Thanks dad!"gio tersenyum tulus
"Sudah cukup mahir bukan bahasa asing kamu?"goda Alan karena Alan tau putranya ini Baru saja mempelajari bahasa asing dan belum cukup mahir
"Hehe... insyaallah dad! Hanya masih ada sedikit kesalahan"ucap gio malu
"Yasudah, Ndak apa-apa! Jika masih ada yang bingung, ada translate bukan?"tanya Alan lagi
Gio tersenyum sambil mengangguk
"Gio pamit ma pa"pamit gio
"Hati-hati sayang! Kami akan selalu menunggu kamu kembali"mama mengelus rambut gio
Gio tersenyum tulus lalu mencium punggung tangan mereka
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
*
Seperti senja disore hari
Seperti menyentuh sebuah bayangan diri
Kau datang lalu pergi
Tanpa bisa dimilikiKamu datang seperti senja
Membuat semua orang terpesona
Kamu pergi tanpa diminta
Membuat semua orang nampak tak relaUntukmu sang bidadari.
Putri Syifa SaraswatiGio menghentikan coretan dibuku diary-nya, ia kembali mengusap air matanya yang sempat jatuh tanpa permisi.
Ia benci jatuh cinta, ia tak pernah merasakan sesakit ini. Ia memang salah, tak seharusnya ia berharap kepada manusia yang kapan saja bisa pergi meninggalkan kita.
Tapi hati tetaplah hati, ia tak bisa membohongi diri sendiri jika menaruh perasaan kepada seseorang, ingin ia tahan tapi jiwa memberontak. Meskipun Penolakan penolakan dan penolakan yang terus ia dapatkan tapi ia tak pernah menyerah hingga dia lah yang menyerah dan meninggalkan gio untuk selamanya.
Gio sudah pernah belajar membuka hati, tapi tidak bisa. Ia pernah memaksakan diri agar menerima perasaan lain masuk dalam hatinya tapi tetap tidak bisa. Seolah Syifa pergi setelah mengunci hati gio dan membawa kuncinya pergi bersamanya.
"Ya Allah, andai dia masih di dunia,,,pertemukan kami! Jika sudah tidak ada....."
Tes!
Menangis lagi?
☘️
Selamat malam!
Kangen lanjutannyan kagak😅
Kuy next!Salam manis dariku ✌️
Fy_
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Bu Dosen
General FictionGadis itu terus mengabaikan pria yang sejak tadi mengganggunya, mengajaknya kenalan, menggodanya bahkan merayunya. hingga gadis itu jengah dan memberikan tatapan yang begitu tajam kepada pria menyebalkan disampingnya itu hingga membuat pria disampin...