Satu tahun sudah gio menjalani kehidupannya tanpa warna persahabatan apalagi cinta, sebenarnya banyak teman yang dekat dengannya baik itu dipesantren atupun di kampus, namun gio tidak bisa memberikan tempat persahabatan dihatinya karena sudah ada satu nama, hanya satu sahabat-nya! 'Ega'
Dan masalah cinta? Bahkan gio selalu bungkam seribu bahasa jika mengingat urusan cinta, dihatinya masih terbesit nama seorang wanita yang sejak pertama kali bertemu dikampus dan ia mencintainya, sampai kapanpun. Syifa!
Dua hari lagi gio wisuda dan rencana gio akan merintis usahanya diluar negeri. Singapore! Entah ini keputusan yang tepat apa tidak, ia akan menjalankannya. Dengan modal tekad serta do'a ia mengambil keputusan ini dan berbicara kepada kedua orangtuanya.
"Papah tidak akan melarang-mu kemanapun asal kamu harus tetap jaga agama-mu, islam-mu, iman-mu dimanapun kamu berada"Alan menepuk bahu putranya
"Terimakasih pah, dan pah apakah selain gio kerja diperusahaan gio boleh mengajar sastra? Sesuai jurusan kuliahku pah?"pinta gio berharap papa-nya akan mengizinkan
"Boleh saja, asal kamu harus tetap jaga kesehatan. Jangan terlalu capek! Ya?"Alan mengacak pucuk kepala gio sambil tersenyum hangat
Mata gio berbinar, seperti anak kecil yang dituruti keinginannya oleh orangtuanya. Menggemaskan!
"Insyaallah pah"ucapnya dengan hati yang amat senang
"Oya! Kalau kamu mau mengajar papah punya kenalan disana, dia pemilik sekolah sastra. Belum lama juga gedungnya dibangun, masih 6 bulanan, kamu bantu-bantu dia aja!"usul Alan
"Beneran pah?"lagi lagi gio bersorak ria
"Hmm"Alan mengangguk semangat
"Boleh pah boleh"seru gio
"Ada apa sih kayaknya seru banget"ucap Alena (mama gio) yang tiba-tiba datang dengan cemilan dan juga teh serta susu hangat ditangannya
"Ada deh, pengen tau aja mama"kekeh gio
"Eeuummh...anak mama udah gede"Alena mejawil pipi gio gemas
"Aduhh,,mama! Sakit tauk"Rajuk gio
"Uuhh...maaf sayang. Nih mama obatin-"
Cup!
Cup!
"Sudah kan?"ucap Alena setelah mencium kedua pipi putranya
"Sudah"seru gio sambil menunjukkan deretan giginya yang putih
"Ma, kok papa gak dicium sih"Alan mengerucut-kan bibirnya kesal
"Hust! Si papa gak malu apa ada anaknya"kesal mama
"Huh! Biarin, pokoknya papa marah, mamah gak aduh"Rajuk Alan sambil melipat kedua tangannya di depan dada
"Astagfirullah! Ini lagi satu pengennya diturutin aja"gumam mama sambil mendekati papa dan menciumnya
Cup
Cup
Cup
Alena mencium kedua pipi Alan sekaligus hidungnya
"Nih buat bonus"seru mama lalu kembali duduk di sofa
"Nah gitu dong! Kan adil namanya"kekeh Alan
"Aduh ma pa, kalau mau mesra-mesraan jangan didepan anak. Ndak boleh tau"gio mengerucut-kan bibirnya
"Ya abisnya papa kamu"
"Lah, aku?"
"Hust! Yasudah, oya nak. Besok lusa kamu jadi mau ke Singapore?"tanya mama
"Insyaallah jadi ma"balas gio
"Yaaaahh..sepi Dong rumah kita"lirih mama
"Na-"
"Enggak dong ma, kan ada papa! Lagian nanti kalau gio pulang pasti nambah rame lebih dari ini"ucap papa sambil tersenyum misterius
Gio mengerutkan keningnya
"Maksud papa?"
"Ya masa kamu Ndak mau bawa hadiah buat kami setelah pulang dari sana hmm?"Alan menarik turunkan alisnya
"Ih papa, pasti lah gio akan bawa banyak hadiah buat mama sama papa nanti gio bel-"
"Bukan hadiah itu yang kami maksud sayang"ucap mama
Gio mengerutkan keningnya
"Hadiah yang kami mau adalah kau membawa calon istri untukmu nak"ucap mereka tulus
Gio menarik nafasnya berat, entah ke berapa kali kedua orangtuanya selalu mengungkit mengenai calon istri,
"Maaf papa, gio tidak janji"ucap gio singkat sebelum ia pergi menuju kamarnya yang berada dilantai atas.
"Masih belum membuka hati pah"lirih mama
"Ndak apa ma, perlahan"gumam Alan
☘️
Selamat malam,
Sudahkah kalian tarawaih dan tadarus malam ini?Salam manis dariku ✌️
Fy_
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Bu Dosen
General FictionGadis itu terus mengabaikan pria yang sejak tadi mengganggunya, mengajaknya kenalan, menggodanya bahkan merayunya. hingga gadis itu jengah dan memberikan tatapan yang begitu tajam kepada pria menyebalkan disampingnya itu hingga membuat pria disampin...