Tiga puluh tujuh🌿

2.8K 104 3
                                    

Titt!

Titt!

Titt!

Suara monitor membuat Wira yang berada di ruangan adiknya panik setengah mati, dada Wira semakin sesak saat melihat monitor menunjukkan garis lurus. Dengan air mata yang mengalir Wira menekan tombol darurat dan segera keluar ruangan syifa dengan berteriak dokter.

Tak lama sekelompok dokter dan suster berlarian dan masuk kedalam, Wira yang hendak masukpun segera ditahan oleh seorang suster agar menunggu diluar saja, meskipun memberontak tapi akhirnya Wira tetap berada diluar, menunggu dengan cemas kondisi adik kesayangannya.

Dengan tangan bergetar Wira menghubungi Anis (istrinya),
kedua orangtuanya dan tak  lupa ia juga menghubungi gio untuk segera kerumah sakit, ia tak bisa berfikir jernih lagi sekarang. Tubuhnya lemah dan tak berdaya.

Tak butuh waktu lama orangtuanya dan juga istri-nya datang dengan berlarian dan menangis sambil memeluk Wira yang nampak rapuh dikursi tunggu.

Mereka duduk cemas sambil melafalkan do'a, memohon kesembuhan untuk sang putri mereka.

Tak lama seorang dokter keluar bersama beberapa suster dibelakangnya, dengan cepat mereka menghampiri sang dokter dan memborong pertanyaan demi pertanyaan dari mulut dan fikiran mereka.

Dokter itu tak menjawab satupun pertanyaan yang mereka lontarkan.
Ia hanya memejamkan matanya lalu menghela nafasnya berat dan tersenyum sangat kecil sekali.

"Dok? Ada apa dok? "cemas wira

"Katakan dok? Putri-ku baik-baik saja kan?"tanya Abi tak kalah cemas

Dokter itu hanya menundukkan wajahnya

Umi yang melihat ekspresi yang diberikan sang dokter langsung panik dan airmatanya kembali menderas.

"Ndak dok! Ini gak mungkin kan?"lirih umi disertai air mata yang kembali deras membanjiri wajahnya

"Tapi bu-"ucap sang dokter terpotong karena umi pingsan.

"Astagfirullah umi!"kejut mereka

"Dok tolong dok!"

"Baik pak"ucap dokter sigap

Setelah itu umi segera dibawa ruang rawat, umi tak sadarkan diri mungkin karena syok!

*

Ting!

Ting!

Ting!

Entah sudah berapa kali sebuah pesan masuk kedalam ponselnya, tapi gio masih tak menghiraukan dan berjalan dengan lesu dengan tatapan kosong menyusuri jalanan kota.

Ia berhenti disebuah danau yang terlihat sangat indah, ia kembali menangis saat mengingat tempat pertama kali bertemu dengan Ega adalah danau ini.

Flashback on

Plung!

Gio menolehkan kepalanya saat melihat seseorang yang melempar kerikil kecil kedanau berulang kali, gio dapat melihat bahwa pria itu tengah tidak baik-baik saja.

Gio berinisiatif untuk mendekatinya, dia bangkit dari duduknya dan duduk disebelah pria yang tengah menatap danau didepannya dengan tatapan kosong.

"Masalah tidak akan pernah selesai jika tidak kita hadapi"ucap gio tiba-tiba

Ia menoleh dengan sedikit terkejut, lalu ia tersenyum, senyum yang bisa membuat kita ikut tersenyum.

"Gio, Gio Arlando"gio menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan

Ia tersenyum lagi

"Ega, Ega Indraputra"ucapnya singkat

"Aku tidak sedang dalam masalah, aku hanya ingin sendiri untuk menenangkan fikiranku"lanjutnya

"Kau benar, terkadang dengan kita sendiri semua menjadi lebih tenang"balas gio

Dia tersenyum lagi, namun kali ini tatapan kedepan

"Kau bekerja?"

"Tidak!"ucapnya

"Kuliah?"

"Iya, aku baru ingin masuk! Besok adalah hari pertama ospek"

"Ha? Benarkah? Akupun. Dimana kau kuliah?"

"Universitas swasta bekasi"ucapnya singkat

"Ha? Serius?"

"Iya! Ada apa?"

"Aku juga disitu"

"Benarkah?"Ucapnya tak kalah terkejut

"Hmmm"gio mengangguk semangat

"Baiklah, bisakah kita berteman?"Ucapnya menjulurkan tangannya

"Teman? No"balas gio spontan

Ega kembali menarik tangannya

"Hmm..kau benar! Aku tidak pantas un-"

"Husstt! Kau mau bicara apa? Kau memang tidak pantas menjadi temanku, tapi kau akan lebih pantas menjadi sahabat-ku! Sahabat?"gio menjulurkan tangannya

"S.. Sahabat?"

"Hmmm.."

"Tapi aku-"

"Kau tidak mau!"

"E.eh..mau mau"

"Oke. Sahabat!"mereka saling menjabat tangan

Lalu mereka tertawa kecil

Flashback off

"Ga..hiks...gue kangen sama Lo hiks.."lirih gio

"Kenapa Lo pergi ninggalin gue duluan hiks...! Apa Lo marah sama gue hiks.."

Gio larut dalam kesedihannya hingga sebuah panggilan masuk kedalam ponselnya.

"Hallo? Assalamualaikum"ucap gio lirih sambil mengusap air matanya

"....."

"A..apa? Ndak bang! Ndak mungkin"kejut gio dengan nada bergetar

"....."

"Aku segera kesana hiks.."ucap gio cepat

Dengan segera gio memasukkan ponselnya dan berlari menuju motornya, cukup jauh juga ternyata ia berjalan.

Air matanya tak bisa lagi ia bendung.

"Ya Allah hiks... Jangan ambil dia juga hiks.."lirihnya

☘️

Selamat malam!
Jangan lupa tersenyum ukh❣️
Salam manis dariku ✌️
Fy_

Love You Bu DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang