Tiga puluh sembilan🌿

2.1K 101 1
                                    

Tak!

Tok!

Tak!

Tok!

Suara gesekan sepatu terdengar begitu nyaring dikoridor gedung ber cat putih itu, jika biasanya suara itu tidak terlalu menggema, kali ini benar-benar terdengar karena sang sumber suara berlari sangat cepat, terburu-buru dan cemas, sesekali ia juga mengusap airmatanya yang terus turun sejak tadi.

"Kumohon jangan tinggalkan aku Syifa hiks..."isaknya

Ia menghentikan larinya saat ia tepat berada diruang rawat orang yang ia khawatir-kan saat ini, dengan deru nafas yang masih belum terkontrol ia membuka pintunya dengan cepat dan...

Ceklek!

Hening.

Semua orang yang berada didalam menengok ke arahnya dengan tatapan heran dan bertanya-tanya. dengan nafas yang masih tersenggal gio menatap mereka satu persatu yang nampaknya terlihat baik-baik aja, bahkan mereka terlihat sedang berbincang sebelum ia masuk.

Tidak ada raut tangis, khawatir, ataupun kecemasan! Bahkan mereka masih tak berkutik dengan sambil menatap gio heran,

Glek!

Lalu gio menatap brankar yang dimana ada sosok yang ia sangat harapkan keadaannya membaik, dan benar saja,

Matanya sudah terbuka?

Deg!

Tatapannya betemu dengan manik mata teduh yang terbuka sempurna, tentu saja itu tatapan yang selalu gio rindukan.

Ingin rasanya gio menangis sekarang, jika saja mereka tidak ada disini, sudah pasti gio ambruk saking lemasnya, bagaimana tidak kakinya sudah gemetar sejak tadi saat mendengar info dari Wira jika Syifa kritis ditambah ia berlari kencang menyusuri lorong rumah sakit yang tidak terbilang kecil ini.

"Bro! Ngapain lu disitu. Masuk"seru Wira memecahkan suasana canggung itu.

Gio berjalan pelan mendekati Wira, bahkan kakinya masih gemeter akibat ia terlalu kuat berlari tadi.

"Assalamualaikum"seru gio saat ia benar-benar masuk

"Wa'alaikumsalam"balas mereka

Abi menaikkan sebelah alisnya

"Saya gio pak, Gio Arlando! Euumm..salah satu mahasiswa yang dibimbing Bu syifa"Ucapnya sopan

"Oouu..iya!"Abi manggut-manggut

Lalu gio memberi salam kepada umi dan Anis (istri Wira) dengan menakupkan kedua tangannya

Lalu ia berdiri di samping wira dan melirik syifa sekilas yang tengah memasang wajah datarnya

"B...Bu? Euumm... sudah siuman?"ucap gio memberanikan diri bertanya sambil menundukkan tatapannya

Syifa tidak menjawab, tatapan masih datar dan terlihat kosong?

Ya Allah sungguh aku tidak percaya ini! Dia kembali? Apakah dia kembali untukku? Masyaallah!

Gio tak henti-hentinya mengucap syukur, atas kesembuhan Syifa saat ini, sebelumnya ia sudah sangat panik saat Wira menelpon-nya bahwa syifa tak dapat ditolong lagi.

Ah ya! Bang Wira, di menipuku?

*

Plak!

Gio menggeplak pelan lengan kekar Wira, saat mereka menuju mushola.

"Awh, apaan sih lu dih"

"Bang Wira ngapain boong"kesal gio

"Boong apa?"balasnya pura-pura tak tahu

"Tadi Abang bilang kalau syifa Ndak tertolong lagi?"lirih gio

Wira menarik nafasnya dalam

"Awalnya memang iya! Kami semua juga sudah sangat tak berdaya saat mengetahui syifa tak tertolong! Tapi sebuah keajaiban datang, saat kami tengah meratapi nasib syifa dengan menangis disamping brankarnya, Syifa seketika membuka matanya sambil mengucapkan istighfar berkali-kali"ucap Wira pelan

"Masyaallah! Itu-"

"Semua ini kehendak Allah, hidup dan mati kita allah yang menentukan!"ucap Wira

"Kau benar bang!"lirih gio

"Terimakasih ya Allah! Kau telah kembali memberikan kesempatan untuk Syifa"lirih gio

"Udah yok, sholat! Sudah akan mulai iqomah. Nanti Abang akan ceritakan lagi"ajak Wira

"Oh iya bang!"

Merekapun menuju tempat wudhu dan setelah selesai, mereka masuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

☘️

Selamat malam!
Fy nongol lagi, Alhamdulillah ada waktu luang, untuk mencurahkan sedikit cerita❣️

Salam manis dariku ✌️
Fy_

Love You Bu DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang