Empat Puluh Delapan🌿

1.8K 103 5
                                    

Dua bulan berlalu, waktu yang cukup singkat untuk mempersiapkan segala kebutuhan pernikahan tapi berkat kerja keras Gio yang sungguh-sungguh ia bisa menyelesaikan semuanya hingga sampai saat ini acara akan berlangsung.

Wajah gio terlihat tegang hari ini, rona merah terlihat jelas dikedua pipi pria yang mulai beranjak dewasa itu.

Antara bahagia dan kegelisahan karena statunya akan beralih menjadi seorang suami, dimana semua yang dilakukan sang istri akan ia pertanggungjawaban kelak dihadapan snag kahliq.

"Nak, kenapa wajahmu merah? Apa kamu sakit?"tanya Yuni kepada sang putranya

"E..eh! Momy tidak. Aku...aku hanya sedikit cemas saja"balas gio gugup

Sedangkan Yuni terkekeh geli

"Itu wajar dirasakan seorang pria ketika ingin mengucapkan akad nak, yasudah tenangkan badan kamu jangan gugup ya"Yuni menepuk punggung tegap putranya dengan halus

"A..aku sedang berusaha mom! T..tapi susah heheh.."ucap gio sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Ck ck, sudahlah! Momy harus menyiapkan sesuatu. Lima menit lagi kita berangkat"ucapnya

"Iya mom"balas gio sambil tersenyum hangat.

Sedangkan Syifa kini tengah pasrah didandani oleh penata rias pengantin yang sudah sejak subuh tadi sampai dirumahnya.

Syifa yang baru shalat subuh langsung kaget karena tiba-tiba pintu kamarnya sudah diketuk oleh Umy dan Umy menunjukkan sang penata rias itu kepada Syifa.

Syifa meminta agar ia tak dirias begitu tebal, karena memang pada dasarnya ia tak menyukai apapun yang berbau make up.

"Selesai"ucapnya

Syifa menatap datar dirinya dicermin

"Senyum atuh mbake! Udah cantik banget loh ini"

Syifa hanya mengangkat sudut bibirnya sedikit

"Terimakasih"ucap syifa

"Sama-sama mbake, kalau begitu saya keluar dulu Yo"

Syifa hanya mengangguk lalu kembali menatap cermin didepannya.

"Nak"Ucap seseorang membuat Syifa sontak menoleh

Terlihat disana Umy dan abinya yang sudah rapih dengan pakaian kebaya warna senada dengan gaun pengantin Syifa. Putih bervariasi batik

"Umy, Abi"lirih syifa

"Tidak nak, jangan menangis"ucap Umy dan segera memeluk putri bungsunya itu dengan erat

Terlambat!

Syifa sudah lebih dulu menangis saat melihat malaikat kehidupannya berada didepan matanya.

"Umy hiks...."

"Putri Umy sudah dewasa, sudah ingin menjadi seorang istri. Tapi sedewasa apapun ifa tetap putri kecil Umy dan Abi yang menggemaskan"ucap Umy sambil mengecup pucuk hijab putrinya

"Abi harap kamu mencoba membuka hati untuk nak gio sayang, Abi lihat dia sangat amat mencintai kamu nak, Abi harap kalian selalu hidup rukun, dan bahagia! Kejarlah cita-cita kalian untuk menggapai Jannah bersama-sama"tutur Abi membuat Syifa tak bisa lagi menahan tangisannya

Syifa melepaskan pelukannya dari Umy dan memeluk any erat

"Abi hiks,,,maaf kalau Ifa hiks..selama ini nyusahin abi Umy hiks ..ifa hiks."

"Husstt...tidak sayang! Ifa tidak pernah nyusahin Abi sama Umy, justru Abi sama Umy sangat senang ketika kamu hadir ditengah-tengah kami"ucap Abi serak

Ifa tak menjawab ia hanya butuh pelukan hangat sang Abi. Pahlawan hidupnya, yang selalu menjaganya.

"Sudah! Lihat wajah Putri Umy. Kan make up-nya jadi luntur"Umy tersenyum manis sambil menghapus air mata dipipi Syifa lembut

Setelah itu Abi dan umi pamit keluar, tepat saat abi dan umi keluar Wira dan Anis (istri Wira) tak lupa Ririn gadis menggemaskan itu masuk kedalam kamar Syifa

"Assalamualaikum dek"ucap mereka

"Wa'alaikumsalam bang, mbak"balas Syifa dan mencium punggung tangan mereka

"Abang masih berasa mimpi, Adek kecil Abang sekarang akan menjadi seorang istri"ucap Wira lalu mencium kening Syifa sayang

"Bang"lirih syifa dan langsung menubruk dada bidang Wira dan memeluknya erat

"Hiks...maaf bang kalau selama ini hiks..ifa selalu nyusahin Abang hiks..."

"Kamu bicara apa dek, justru Abang yang selalu nyusahin kamu, jahilin kamu, dan godain kamu! Kamu Adek Abang yang paling Abang sayangi, Abang harap setelah kamu menikah nanti jangan bosan buat main kerumah ya dek"

"Pasti bang hiks.."

"Selamat ya dek, mbak punya Hadiah istimewa. Mbak cuma punya ini..mbak harap kamu bisa menjaganya dengan baik"ucap Anis seraya memberikan Syifa sesuatu

"Apa ini mbak?"

"Buka saja"

Syifa membuka kotak bertudung itu dan betapa terkejutnya saat ia melihat sesuatu yang amat ia nginkan ada disana.

"Kucing anggora putih? Aaaaa... makasih mbak hiks.."haru Syifa

"Sama-sama dek!"balas Anis tulus

☘️

Selamat sore,
Ngetik terus nih author dari pagi 😝
Mumpung libur hahahh😅
Jangan bosen" ya mampir di akun fysafitri 💞
Miss you🤗

Jangan lupa voment📝
Ditunggu loh ya

Love You Bu DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang