Amour

15.4K 1.3K 29
                                    

Lisa POV

Aku membuka pintu kamar dengan perlahan. Aku yakin kekasihku itu pasti sudah tidur nyenyak. Hmm, benar sekali. Saat pintu terbuka, aku melihatnya tengah berbaring sambil memeluk ‘Nini’ boneka teddy bear yang pernah kuberikan padanya saat trainee dulu. Ya Tuhan, lihatlah wajah itu… sungguh sangat menggemaskan saat ia sedang tertidur. Aku berdiri disamping ranjang sambil menatapnya penuh cinta. Bertanya pada diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi pada kami? Kenapa selalu saja masalah datang dari luar? Seolah banyak sekali orang yang tidak rela menginginkan kami bahagia. Dan aku juga tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya nanti jika kami memutuskan membuka hubungan ini ke publik? Nampaknya kami harus menyiapkan hati yang jauh lebih lapang untuk menerima semua cibiran. Apa aku mampu? Ya, aku yakin aku mampu jika pertanyaan itu ditujukan untuk diriku. Namun aku pun tidak yakin sepenuhnya, apakah Jennie siap akan segala konsekuensinya? Atau, apakah aku cukup hebat untuk melindunginya?
Lagi-lagi aku memijit pelipisku yang semakin terasa berat. Aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin siraman air dingin di kepalaku dapat membuat pikiranku menjadi lebih jernih. Setelah ini, baru aku akan mengambil hatimu lagi, baby… I love you, J!

Jennie POV

Sayup-sayup dalam tidurku yang belum nyenyak, aku mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Sepertinya Lalisa sudah pulang. Aku mendekap erat ‘Nini’, apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana aku menghadapinya? Beberapa saat yang lalu, aku telah menampar pipi Lalisa. Dia sudah terluka hatinya, dan kini aku juga melukai fisiknya. Jennie, kenapa kau begitu bodoh, huh?
Aku membuka ponselku, mengecek instagramku. Shit! Foto-foto itu sudah tersebar luas, padahal ketika ku tahu Lalisa sangat marah, aku segera menghapus semua postingan foto-foto ku bersama Chahee itu. Haiistt, semua makin berantakan. Awalnya aku hanya berniat ingin mengucapkan selamat tinggal pada Chahee dengan spam foto itu. Tak kusangka, hal itu menjadi pertengkaran hebat antara diriku dengan Lisa. Huftt… aku harus menebus semuanya.

Brakkk!

Lalisa menutup pintu kamar mandi. Aku meliriknya dari balik ‘Nini’, rambutnya basah dengan handuk yang masih melingkari lehernya. Ia kini hanya mengenakan tanktop putih polos dan celana piyamanya. Dia berdiri didepan cermin, namun pandangannya menatap layar ponselnya. Seketika wajahnya yang segar sehabis mandi itu, terlihat berubah masam. Kemudian ia meletakkan ponselnya dengan kasar diatas nakas. Aku tahu, pasti ia juga melihat ‘hasil karya menyebalkan’ yang kubuat itu berseliweran di akun twitter dan instagramnya, dengan bumbu-bumbu caption mengada-ada, seperti ‘Hubungan Jennie Blackpink dengan sahabatnya Chahee kian mesra, mungkinkah mereka berkencan?’ atau ‘Kisah hubungannya dengan Kai Exo yang berakhir setahun lalu nampaknya tidak bisa diselamatkan. Apa Jennie kini mengencani seorang wanita?’
DAMN! Sudah jelas-jelas seluruh dunia tahu aku bersahabat dekat dengan Chahee, untuk apa mereka menulis berita-berita bodoh itu. Sungguh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dan hanya mencari keuntungan dari berita-berita palsu yang mereka buat sendiri. Terkadang, aku benci sekali dengan pekerjaanku ini. Seperti tidak dianggap manusia yang masih mempunyai hak asasi. Ugh!
Baru saja aku berharap, semoga amarah kekasihku ini sudah mereda. Namun sepertinya, aku harus siap-siap menerima hukuman darinya. Mianhae, Lili…

“Eenghh….”

Aku mendengar suara Lalisa mendesah ditelingaku. Tiba-tiba saja ia menyerangku, aku terkejut ketika mendapati bibirnya sudah mendarat disekitar caruk leherku. Aku diam, dengan mata masih terpejam, aku biarkan ia melakukan apa saja yang ia suka pada tubuhku ini. Apakah ini hukuman darinya?

Author POV

Tanpa aba-aba, Lalisa segera menghujani ciuman-ciuman panas ke tubuh kekasihnya itu. Jennie yang semula masih terpejam, tak kuasa juga untuk menahannya. Saat bibir Lalisa menghisap lehernya, ia mendesah penuh gairah. Kedua tangannya meremas bokong Lalisa yang kini menindih tubuhnya. Setelah puas menjilat, menghisap bahkan menggigit leher jenjang Jennie, bibir itu kini turun menuju dadanya. Jennie sendiri tidak sadar, kapan tepatnya Lisa menarik piyama sutra yang ia kenakan. Kekasihnya ini memang ahli di ranjang. Harusnya ia ingat itu.
Lalisa tertegun sejenak menatap bulatan sintal itu. Selepas menarik piyama Jennie dengan kasar, ia tersenyum menyeringai menatap payudara Jennie yang kian hari, semakin seksi saja. Ya, Jennie tidak mengenakan bra saat tidur. Itu adalah kebiasaannya selama ini. Kebiasaan favorit Lisa tepatnya!

Preuve d'amour (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang