"Imperfect Marriage"

10.6K 980 61
                                    

Jisoo POV

Aku merasakan Jackson kini menggenggam tanganku. Ia memandangku dengan mata yang terbakar. Aku bisa merasakan nafasnya tersengal dihidungku.
Dia menghimpitku ke sudut meja, membuat tubuhku limbung namun tangan kekarnya dengan sigap menahan pinggangku.
Udara mendadak pengap, aku mulai berkeringat, begitupun ia.
Kancing kemejanya yang terbuka pada bagian atas, mempertontonkan dadanya yang bidang.
Jemariku menyusuri belahan rambutnya yang berantakan ketika kurasakan bibirnya mengecup caruk leherku.
Aku mendongak sambil memejamkan mata, dan kurasakan ia meremas bokongku dengan kasar. Sialan!
Aku menarik wajahku dan kembali menatap matanya yang penuh nafsu.
Susah payah aku menelan saliva saat tiba-tiba ia melepaskan kancing blouse ku. Aku kembali memejamkan mata.
Aku bingung bagaimana mengendalikan ini?
Dia begitu dekat, bahkan aku dapat merasakan detak jantungnya yang menempel didadaku.
Iya, dadaku.
Payudaraku.
Sial!
Aku tidak bisa!
Tanpa sadar aku meremas bahunya dengan sangat keras.

"Arghh!"
Dan dia memekik kesakitan.

"Cut!!!"

Suara sutradara berhasil membuatku lepas dari cengkraman si bajingan itu.
Aku berlari menjauh, meneguk air mineral dengan kasar yang selalu disiapkan oleh crew.

Adegan ini sungguh menyita tenagaku.
Aku tidak bisa.

Apa-apaan ini?
Berperan sebagai selingkuhan boss, dan banyak beradegan panas dengannya.
Haiisst!
Benar-benar mimpi buruk.

"Jisoo-ssi, kita sudah melakukan ini berkali-kali... Cobalah untuk fokus... "
Ucap sang sutradara yang kini sudah berdiri tepat disampingku.
Aku memasang wajah tidak enak, ini memang salahku. Sulit sekali bagiku untuk melakukannya.

"Joesonghamnida, sutradara Mo. Aku akan mencobanya lagi..."
Ucapku sambil membungkukkan badan kepada sutradara Mo Wan Il yang menangani serial drama Imperfect Marriage ini.

Ia menghela  nafasnya sambil menatapku dengan wajah lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menghela nafasnya sambil menatapku dengan wajah lelah.
"Kau tahu, aku tidak mengerti mengapa peran ini diserahkan padamu. Aku percaya kau bisa berakting, tapi peran ini terlalu sulit, sama sekali bukan karaktermu. Tapi kontrak sudah kau tandatangani, bukan? Kuharap jangan bermain-main dengan ini semua. Kita harus bekerja keras. Ini belum apa-apa, masih banyak adegan lain yang mungkin akan membuatmu makin kesulitan. Jadi tidak perlu lagi kau merasa canggung, itu sangat membuang-buang waktu."

Aku tertegun.
Salahku, tidak membaca isi kontrak dengan baik. Aku sudah stress sejak pertama kutahu bahwa lawan mainku adalah Jackson. Aku tidak memikirkan hal apapun selain lolos dari kontrak itu.
Tapi Jennie merusak semua rencanaku. Kecelakaannya terpaksa membuatku menerima desakan itu.
Nasibku benar-benar sial.
Meski aku tidak menyalahkannya, tapi faktanya aku sekarang terjebak disini, terikat kontrak dengan manusia yang paling aku benci itu.

"Sekali lagi aku memohon maaf, Sutradara Mo. Aku akan memperbaikinya..."
Ucapku sungguh-sungguh padanya. Dan kulihat Jackson kini berjalan kearah kami. Mau apa si brengsek itu?

Preuve d'amour (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang