Chance

8.7K 924 124
                                    

First, thank u so much for u guys.
Thanks for the vote and comment.
And please always be like that. 🙏🏻🥰
.
.
Spread love 🥰
And enjoy the story!
.
.

Chaeyoung mengendarai Lexus putihnya dengan kecepatan rendah.
Ia memperhatikan gadis yang kini tengah duduk disamping kemudinya.
Jennie, tak henti menangis setelah gadis Chipmunk itu membawanya dari kantor YGE.

Chaeyoung mendapati Jennie yang menangis hebat sambil memeluk lututnya di lorong, sendirian.
Hatinya ikut teriris melihat pemandangan menyedihkan itu.
Ia belum tahu apa yang sesungguhnya terjadi, karna ia tak mendapat penjelasan dari semua ini.
Mencoba menghubungi Lisa namun nihil. Gadis itu menghilang bahkan dengan sengaja mematikan ponselnya.
Persis seperti setahun yg lalu.
Dan Chaeyoung mulai gelisah memikirkan itu.

Bertanya pada Jennie pun seolah tak ada gunanya. Ia diam dan sibuk dengan kesedihannya sendiri.

-----

Setelah sekitar 30 menit menyetir, akhirnya Chaeyoung memasuki pelataran parkir gedung dorm mereka.
Ia mematikan mesin mobil, dan segera keluar lebih dulu untuk membuka pintu mobil Jennie.

Chaeyoung memberikan jemarinya untuk membantu Jennie keluar.
Namun saat ia meraih tangannya, Jennie langsung memeluk Chaeyoung dan menumpahkan air matanya di caruk leher gadis itu.

Chaeyoung terkesiap. Meski ia menerima pelukan itu.

"Kau benar, Rosie. Kau benar..." Jennie menangis sesegukan. "Lisa tidak mempercayai penjelasanku..."

Chaeyoung lantas mengusap punggung Jennie dengan lembut.
Ia juga membelai rambutnya seraya berusaha menenangkan Eonni yang ia sukai itu.

"Kajja, kita bicara didalam... Aku khawatir ada yang melihatmu seperti ini, Eonni..."

Jennie mengangguk dan segera melingkarkan tangannya pada lengan Chaeyoung.

Chaeyoung POV.

Ia mulai tertidur.

Setelah menceritakan semua yang telah terjadi kepadaku, dengan tangisannya yang sulit sekali mereda, akhirnya aku bisa membuatnya sedikit lebih tenang. Dan karna kelelahan menangis, kini Jennie Eonnie mulai terlelap dalam tidurnya.

Aku memperhatikan wajahnya yang sembab.
Ia pucat.
Bibirnya kering.
Rambutnya berantakan.
Tak ada sinar di pipi mandunya.

Lalisa, kau membuatnya sangat hancur.

Aku memijit pelipisku.
Tak menyangka semuanya menjadi rumit seperti ini.
Sebagai sahabat Lisa, akupun tak bisa menyalahkannya.
Aku tahu bagaimana ia sangat mencintai Jennie Eonni.
Lalisa juga selalu menahan rasa sakitnya sendiri dari semua hal yang menindasnya, termasuk yang bersangkutan dengan kekasihnya itu.

Hati setiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-beda.
Mudah bagi kita, belum tentu mudah bagi orang lain.
Itulah mengapa ia begitu lemah jika sudah menyangkut tentang Jennie Eonni.

Tapi akupun tak tega melihat Jennie Eonni seperti ini.
Aku percaya dengan penyesalannya.
Dari semua yang telah terjadi, ia sedang memperbaiki dirinya.
Ia ingin menjadi pantas untuk Lisa. Begitupun sebaliknya.

Preuve d'amour (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang