Love to hate me!

8K 944 208
                                    

Dorm.

Jisoo baru saja keluar dari kamar mandinya dengan mengenakan bathrobe.
Rambutnya yang basah, terbungkus handuk berwarna putih.

"Sayang..."
Sapa wanita Kim itu kepada Chaeyoung yang sedang duduk bersandar di headboard ranjang miliknya.

"Aku pikir kau sudah mandi..."
Ucapnya, yang mengira kekasihnya itu akan pergi mandi di kamar mandinya sendiri.

"Ada apa, hm?"

Jisoo bertanya lembut sambil mengambil posisi duduk disebelah Chaeyoung.

"Aku memikirkan Lisa..."

"Huft... Ne... Semua benar-benar kacau..."

Semalam Jisoo menceritakan apa saja yang telah disampaikan oleh Jennie di telepon.

Sebuah fakta yang sangat mencengangkan untuk mereka terima.

Bagaimana mungkin dalang dibalik semua peristiwa yang terjadi selama ini adalah ibunda Jennie sendiri.

Kenyataan tentang Teddy Park dan Jimin yang berkhianat saja masih sulit diterima oleh akal sehat mereka.

Dan sekarang ditambah lagi dengan fakta mengejutkan ini.

Secara garis besar, Jisoo dan Chaeyoung cukup mengerti apa tujuan dari ibunda Jennie sampai melakukan hal itu.

Namun ketika memikirkan keadaan Jennie dan Lisa, mereka sungguh tidak tega.

Cobaan itu seperti tidak ada habisnya menerpa hubungan keduanya.

Terutama untuk Lisa, yang betul-betul terkena imbas paling berat dari semua ini.

Itu bahkan sudah merusak mentalnya.

Tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada Lisa, jika sampai ia mengetahui kejadian ini.

"Dia pasti shock. God! Aku takut dia semakin parah..."
Chaeyoung menutup wajahnya yang bersedih.

"Apa yang harus kita lakukan? Jennie juga sedang tidak baik-baik saja..."

Keduanya lantas terdiam sejenak.
Menyelami kegundahan hati mereka sendiri yang iba terhadap apa yang menimpa Jennie dan Lisa saat ini.

"Jisoo-yaa, bagaimana jika kita bicara pada Eomma?"

"Huft... Itu tidak akan membantu, Chaengie. Eomma Kim adalah orang yang sangat keras kepala. Aku tidak yakin, Eomma akan mendengarkan pendapat kita..."

"Tapi kita tetap harus mencobanya, sayang... Aku tidak bisa melihat Lisa semakin parah. Aku benar-benar tidak tega..."
Mata Chaeyoung langsung berkaca-kaca ketika membayangkan nasib sahabatnya itu.

Jisoo otomatis memeluk kekasihnya itu untuk menenangkannya.

"Aku mengerti. Aku juga merasakan hal yang sama, chagiya..."

"Kasihan sekali anak itu. Kenapa Eomma begitu kejam?"

"Kita belum pernah menjadi orang tua. Jadi kita tidak bisa seratus persen memahami apa yang beliau rasakan."
Jisoo dengan bijak menyikapi hal ini.
Sambil menenangkan sang kekasih, ia hanya berusaha bersikap netral dan tidak menghakimi siapapun.

"Aku tahu... Tapi setidaknya Eomma bisa melakukan ini setelah Lisa sembuh..."

"Lalu dimana perjuangan Lisa?"

Mengerutkan kening, Chaeyoung sedikit terkejut dengan tanggapan yang baru saja diungkap oleh kekasihnya itu.

"Mwo? Apa maksudmu berkata seperti itu,  Jisoo-yaa? Kau pikir Lisa kurang berjuang apa lagi sampai ia setengah gila seperti ini?"

Preuve d'amour (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang