Stole your heart

10.2K 986 139
                                    

Lisa melepas seatbelt nya.
Gadis yang kini memiliki rambut pendek itu memperhatikan wajah seorang wanita yang tertidur disamping jok kemudinya.
Mereka sudah sampai di parkiran gedung apartemen Lisa, namun Jennie sepertinya tak menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari tidurnya.
Sepertinya Jennie benar-benar kelelahan.

Kepalanya yang bersandar menghadap ke Lisa, membuat si gadis Thailand itu tersenyum memandang wajah si pemilik pipi mandu itu.

"Kiyowo..."

Gumam Lisa dengan suara yang hampir tak terdengar.

Ia lantas memajukan wajahnya hingga berjarak cukup dekat dengan wajah Jennie.
Senyuman terukir jelas diwajah si Manoban.

Tak bisa ia pungkiri, cinta itu masih sangat kuat.
Menyeruak didalam dadanya bersama debar jantung yang mungkin saja terdengar oleh seseorang yang menjadi penyebab hal ini terjadi.

Lisa lantas memperhatikan bibir Jennie yang tebal.

Tidak.
Pikiran Lisa sedang tidak mesum.
Ia murni hanya ingin menatap bibir menggemaskan itu. Mungkin mengecupnya sedikit karena rasa rindu yang tak tersampaikan.

Dan tiba-tiba Jennie menggeliat.

Sontak gadis itu langsung memundurkan wajahnya. Kembali dengan posisi duduk tegak menatap kedepan.

"Sudah sampai?"
Tanya Jennie dengan suara khas bangun tidur.

"Ya ampun... Aku benar-benar sangat kelelahan." sambungnya, sambil menegakkan kembali posisi duduknya.

"Aku lapar. Kau tidak membeli makan siang?"
Tanyanya lagi.
Namun Lisa malah menampakkan wajah bingungnya.

"Makan siang? Tapi kita baru sarapan beberapa jam yang lalu."  jawabnya.

"Tapi ini sudah siang, Honey-,.. Ehm, Lisa..." ucap Jennie dengan meralat panggilannya kepada Lisa.

Dan suasana canggung kembali muncul diantara mereka.
Jennie membuang pandangannya kearah jendela seraya menyembunyikan raut wajahnya yang malu.

Lisa sendiri hanya mengulum senyum tipis.
"Jadi sekarang bagaimana? Mau mencari makan siang, atau memesannya saja dari apartemen?"
Tanyanya, untuk menyingkirkan suasana kikuk itu.

"Kita berbelanja saja ya? Aku lihat kau tidak memiliki apapun didapur. Tadi aku hanya membawa sosis, roti dan buah saja. Jadi sebaiknya sekarang kita ke supermarket untuk membeli kebutuhan rumah yang lainnya juga."

Lisa tertegun.
Mempertanyakan, untuk apa Jennie melakukan semua ini?

Kebutuhan rumah?

Terdengar seperti pasangan yang baru saja menikah.

"Kau tidak mau?"
Tanya Jennie karna Lisa tak merespon ajakannya.

"Kita tidak bisa pergi keluar hanya berdua, J. Aku tidak ingin ada keributan lagi..."

Kali ini Jennie yang tertegun.

Memang, sebelum skandal itu terjadi saja keduanya selalu berusaha untuk tidak tertangkap publik jika sedang pergi bersama. Apalagi setelah skandal itu terjadi. Mereka harus benar-benar menjaga sikap saat ini.

"Ya sudah kita buat ramyeon saja. Kita bisa memesan semua kebutuhan rumah secara delivery."

Lisa lantas mengangguk, menjawab usulan dari Jennie. Setelah itu ia bergegas keluar dari mobil.
Seperti biasa, Lisa membuka pintu mobil Jennie dan membantunya keluar.

Mereka kini berada dalam lift, menuju lantai apartemen Lisa.

Suasana kembali hening.

Jennie sungguh-sungguh belum mempunyai cara yang ampuh untuk membuat suasana diantara mereka bisa kembali menghangat.
Dengan Lisa tidak bersikap dingin padanya saja itu sudah bagus.
Jadi wanita itu takut salah bertindak yang justru akan membuat suasana diantara mereka menjadi buruk kembali.

Preuve d'amour (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang