Cinta tak ubahnya ukiran-ukiran warna pelangi. Muncul setelah hujan, menyibakkan butiran-butiran air yang luruh ke bumi dan menebarkan keharuman tanah yang basah.
Lalisa Manoban.
Hanyalah contoh kecil dari permainan cinta yang manis namun kejam.
Datang menuju Korea seorang diri untuk meraih mimpinya. Peluh, tangis, cacian, makian, ia dapatkan jauh dari apa yang ia bayangkan.
Keberhasilannya saat ini adalah bukti ketangguhan gadis lugu itu.
Ia sanggup melawan apapun, kecuali Jennie.Hanya Jennie yang membuat dunianya menjadi jungkir balik. Rasa tidak dihargai masih menyelimuti benaknya sampai saat ini.
Ia simpan rapat-rapat kesakitan itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang merasuki pikirannya tak jua ia ungkapkan.Mengapa Jennie melakukan media play itu?
Apakah murni hanya karna persoalan agency?
Kenapa Jennie memilih K*i sebagai pasangan media play nya?
Apa hubungan mereka sesungguhnya?Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar di otak Lisa sampai ia merasa hampir gila.
Lalisa takut mendengar jawabannya.
Lalisa tidak siap dengan kenyataan yang mungkin saja akan menyakitinya.
Sehingga ia memilih tenggelam dalam rasa depresinya sendiri sambil menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.Seperti pagi ini, ia pulang dalam keadaan lusuh. Memeluk Jennie sambil menangis, dan memohon maaf berkali-kali sampai ia kelelahan lalu tertidur.
Jennie yang tidak mengerti tentang apa yang terjadi pada kekasihnya ini segera memapah tubuh Lisa ke kamarnya, dibantu dengan Jisoo dan Chaeyoung.
"Terimakasih Eonni, Rosie... Aku akan membersihkan tubuhnya. Hufft..."
Ucap Jennie dengan helaan nafas panjang, sambil menatap Lisa yang sudah terlelap diatas ranjangnya."Ne. Hufftt... Aku tidak tahu, kapan semua ini akan berakhir... Bocah itu, kenapa begitu lemah?"
Jennie tak menjawab apapun dari ucapan Jisoo. Ia hanya menunduk dengan bola matanya yang masih nampak berair.
Chaeyoung sendiri memperhatikan wajah Jennie lekat-lekat, sampai akhirnya wanita bermata kucing itu menengadahkan kepalanya kembali.
"Eonnie, apa kau ada shooting hari ini?"
"Ne, aku akan bersiap-siap sebentar lagi. Wae?"
"Semalam Lalisa mengatakan akan menemanimu shooting agar Jackson tidak mengganggumu. Tapi aku rasa pagi ini-,,,"
"Ah, sudahlah, Jendeuk. Jangan pikirkan itu. Aku akan baik-baik saja. Lebih baik kau jaga dia. Aku tidak tega tiap kali melihatnya seperti itu..."
Jennie mengangguk lemah. Tentunya perasaannya pun jauh lebih buruk dari perasaan Jisoo saat melihat Lisa seperti ini.
Rasa bersalah itu, bagaimana cara menebusnya?
"Biarkan aku yang menemanimu, Eonnie..."
Jisoo dan Jennie menoleh secara bersamaan kearah Chaeyoung setelah mendengar ucapannya barusan.
"Mwo? Kau menemaniku shooting?"
Tanya Jisoo dengan kedua alisnya yang terangkat."Ne. Aku sedang tidak ada kegiatan. Dan kurasa, lebih baik memberikan waktu untuk Lisa dan Jennie Eonni berdua agar bisa leluasa untuk berbicara... Aku tidak ingin mengganggu mereka dengan suara gitarku yang berisik..."
Kali ini Jennie ikut mengernyit bingung mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Chaeyoung itu.
Chaeyoung yang menyadari Jennie tengah memperhatikannya, dengan sengaja mengalihkan pandangannya kearah lain.
Suasana mendadak kikuk. Jisoo menggerakkan bola matanya kearah kedua wanita didepannya ini.
Ia menangkap kejanggalan diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preuve d'amour (End)
RomansaIt's a simple love about gxg. Dan yang sederhana itu bisa berubah menjadi rumit jika dituntut pembuktian. Jangan berharap pula, kau bisa dengan mudah menentukan hatimu berjalan kemana. Sekalipun kau sudah mendapatkannya, sejauh apakah kau mampu menj...