Pretty Savage

10.8K 1K 197
                                    

"Lalisa, honey... Bangun, sayang..."

Jennie mengguncang tubuh Lisa yang masih bersembunyi dibalik selimutnya.
Sedangkan si wanita Kim itu sudah berpenampilan rapih pagi ini.

"Enghh...?"
Lalisa mengerang dalam separuh kesadarannya.

"Kita harus ke kantor. Sajjangnim ingin bertemu denganmu."

"Untuk apa?"
Tanya Lisa masih dengan mata terpejam.

"Mempersiapkan comeback kita. Ada beberapa hal yang harus kita diskusikan lagi. Dan hari ini kau harus ikut."

Lalisa mengucek-ucek matanya yang masih berat sekali untuk ia buka.

"Kenapa terburu-buru sekali, hm? Kau bahkan baru menyampaikan padaku semalam..."

Kali ini matanya sudah cukup terbuka menatap Jennie, meski belum seratus persen.

Jennie lantas menyisir poni Lisa dengan jarinya.

"Aku memang ingin proses ini berjalan cepat. Karna setelah full album ini aku mau kita mengumumkan kepada publik tentang hubungan kita."

"Mwo???"

Mendengar itu kontan saja Lalisa membuka matanya lebar-lebar.

"Kau jangan gila, J. Itu tidak mungkin!"

Lisa beranjak dari tidurnya. Alisnya bertaut serius.

Jennie sudah menduga Lisa akan menolaknya. Tapi ia juga tidak main-main dengan kalimatnya barusan.

"Firasatku mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi jika kita terus saja bersembunyi seperti ini, Lili."

"Dan sesuatu yang buruk itu akan benar-benar terjadi jika kita nekad coming out."

Lisa berdiri sambil meremas rambutnya.

Jennie menunduk sejenak.

Oke, baiklah.
Harusnya aku tidak mengatakan ini sekarang.

Sesalnya dalam hati.

"Hubunganmu dengan Mino Oppa saja belum berakhir..."

"What? Tapi aku tidak berpacaran dengannya!"

"Ya, tapi publik menganggapnya seperti itu. Jangan menolak lupa dengan kedatanganmu di acara pembukaan galerinya waktu itu, J. Agency sudah mengklaim hubungan kalian."

Jennie membuang wajahnya kesal.

"Listen, Baby... i love you... So much! With all my heart. Tetapi, sekalipun nanti kita akhirnya menikah, aku tetap tidak ingin membukanya ke publik. Kita akan melakukannya secara diam-diam."

Jennie mengerutkan keningnya penuh tanya. "Kau tidak ingin mengakuiku didepan semua orang?"

"Lalu mendengar semua cibiran kepadamu dan juga keluargamu?"

"Lalisa, aku bahkan tidak memikirkan itu sedikitpun."

"Tapi aku peduli. I can't..."

Suara Lisa tertahan di tenggorokannya.

"Aku tidak nyaman melihat seseorang yang kusayangi dihujat oleh banyak orang karnaku. Dan aku sangat menghargai Eomma dan Appa mu, J. Aku tidak ingin semua jadi berantakan hanya karena keegoisan kita. Dengan kedua orang tuamu menyetujui hubungan kita saja, itu sudah sangat membuatku lega. Dan cukup restu dari mereka saja yang kubutuhkan."

Jennie memejamkan matanya. Lalisa keras kepala. Dan ini bukan saat yang tepat untuk menyanggahnya.

"Aku akan mandi sekarang. Kita akan ke kantor, lalu kemana lagi? Ke psikolog? Fine. Akan kuturuti semua yang kau mau. Tapi tidak yang satu itu. Kita akan tetap begini, selamanya..."

Preuve d'amour (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang