Brakk!
Lay menutup pintu mobil Lisa sesaat setelah ia masuk kedalamnya.
Ia menyerahkan satu cup espresso pada gadis Thailand itu, dan meletakkan dua bungkus apple pie diatas dashboard."Kau yakin hanya ingin makan siang dengan ini?"
Tanya Lay setelah Lisa menyambut espresso nya."Sebenarnya aku hanya butuh kopi. Kepalaku sakit sekali." jawab Lisa.
Lay menyeruput kopinya sembari melihat Lisa yang nampak tak bersemangat siang ini.
"Kau baik-baik saja, Lisa-ssi?"
"Actually, no. Aku sedang dalam pengobatan. Aku ingin sembuh dari kecanduanku pada Bourbon, dan juga depresiku."
Lay menampilkan wajah prihatin.
Ia ikut merasa iba melihat gadis muda dan sukses seperti Lisa, justru sedang mengalami mental illness.Pria itu juga termasuk orang yang menjadi saksi bagaimana Lisa hidup dalam tekanan.
Bekerja dengan Lisa selama kurang lebih setahun membuat ia cukup mengenali pribadi gadis itu.
"Sejujurnya, aku lega mendengarnya. Sudah saatnya kau harus bangkit dari keterpurukanmu. Karna banyak orang yang harus kau lawan, Lisa-ssi. Dan kau harus benar-benar sehat untuk menghadapi mereka."
Lisa membisu sejenak.
Matanya menerawang ke arah taman yang sepi, tempat dimana ia menepikan mobilnya.
Melawan orang-orang yang menyakitiku, dan memisahkan aku dari Jennie?
Pertanyaan itu berdengung di dalam kepalanya. Rasa nyeri didadanya muncul ketika memikirkan hal tersebut.
"Chaeyoung bilang, kau masih marah padanya?"
Lisa tersadar dari lamunannya setelah mendengar pertanyaan Lay.
Ia menyeruput kopinya agar bisa menjernihkan pikirannya kembali.
"Kemarin aku memang mengamuk habis-habisan padanya. Kau tahu, aku tidak pernah menduga dia bisa melakukan ini padaku. Terlebih lagi, ia menyukai Jennie. Itu hal yang sangat mengejutkan."
"Aku mengerti kemarahanmu, tapi tujuan Chaeyoung melakukan itu-,,,"
"Aku tahu, Lay. Aku tahu... Pada dasarnya aku sudah menerima semuanya. Namun karna penyakitku, aku mengacaukannya kembali. Dan dia akhirnya tidak terima. That's my fault."
Lisa menunjukkan wajah penyesalannya.
"Dia akan memahamimu, Lisa-ssi. Chaeyoung sudah jatuh cinta dengan Jisoo. Aku berani jamin."
Gadis jangkung itu mengangguk setuju, lalu menyeruput kopinya kembali.
"So, kau masih tetap bekerja denganku, kan? Meskipun rencanamu dengan tupai sialan sahabatku itu sudah terbongkar?"
Lay tergelak dengan sindiran si Manoban.
"Kau tahu, sebenarnya aku sempat berpikir dia menyukaimu."
"Who?"
"Chaeyoung."
"What? Hahaha... Of course not. She's my fuckin bestfriend as well as my lovely twins."
Lay tersenyum.
"Aku bahkan tidak bisa membencinya saat kutahu ia menyukai Jennie. Yang terjadi hanya sebuah kemarahan spontan."
"For sure. Maka dari itu dia pasrah saja ketika kau menghajarnya."
Lisa tertawa.
"Aaa... Apa dia menceritakan semuanya padamu, huh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Preuve d'amour (End)
RomanceIt's a simple love about gxg. Dan yang sederhana itu bisa berubah menjadi rumit jika dituntut pembuktian. Jangan berharap pula, kau bisa dengan mudah menentukan hatimu berjalan kemana. Sekalipun kau sudah mendapatkannya, sejauh apakah kau mampu menj...