Lalisa POV.
Dialah orang itu!
Dia, Teddy Park.Jika bisa kuhancurkan tanganku sendiri dengan kepalanku, mungkin jari-jariku sudah patah karena terlalu kuatnya aku menahan amarahku kini.
Bagaimana mungkin, orang itu adalah dia?
Dia seorang kakak laki-laki yang sangat kami banggakan.
Yang kami anggap paling mampu menjaga kami jika perusahaan ini sudah didominasi dengan orang-orang culas berotak matrealistis, dan tidak pernah peduli pada perasaan kami.Aku tidak percaya!
Tapi sekarang nampak jelas kenyataannya.
Darimana aku tahu bahwa dia orangnya?
Tatapan mata itu.
Yang bisa dengan mudah kusimpulkan, bahwa semua ini adalah tentang harta, tahta dan Ruby Jane.
Aku berani jamin penilaianku tidak akan salah.
Sungguh miris!
Dia bersembunyi dari balik topeng kepalsuan yang sudah ia gunakan selama ini.
Aku bahkan tidak tahu kapan semua ini mulai terjadi.
Tapi isu yang pernah kudengar jika Teddy Oppa menyukai Jennie mungkin memang benar adanya.
Dia pernah menertawakan cintaku pada Jennie. Dahulu, saat aku masih bukan siapa-siapa, dan dengan beraninya aku memacari wanita Kim terhormat itu.
Mungkinkah sekarang ia maju kembali dengan usahanya?
Kenapa?
Kenapa semua orang menginginkan dia?
Jennie milikku sudah sejak lama.
Dan akan tetap jadi milikku sampai kami menua bersama.Gigiku gemeretak kuat sampai telingaku terasa tuli, tak mampu lagi menyerap apapun yang kudengar dari rapat sialan ini.
Kepalaku pun berdenyut dengan sangat hebatnya sampai kuremas jemari Jennie yang tanpa kusadari sudah berada dalam genggamanku.
Ini sangat sakit!
Ini benar-benar sakit!
"Lalisa... Lalisa..."
Mataku mengerjap cepat saat kusadari suara Jennie memanggil namaku.
Dan kudapati semua mata kini menyorot menatapku.
Glek!
Kutelan ludahku dengan kasar, dengan nafasku yang tersengal-sengal.
"Kau baik-baik saja?"
Tanya Jennie dengan raut khawatirnya.Bibirku terbuka, berusaha mencari udara karena sejak tadi kurasakan dadaku begitu sesak menerima kenyataan ini.
Kutatap Eomma yang juga sedang melihatku dengan penuh tanya.
Lalu Jisoo Eonnie dan Chaeyoung yang sama khawatirnya seperti Jennie.
Kemudian laki-laki itu.
Aku tidak pernah melihat senyuman seperti itu dari wajahnya setelah sekian lama.
Ia tampak seperti iblis dengan seringaiannya.
Mataku sampai terasa panas saking tak sanggupnya menghadapi semua ini.
"Honey..."
Jennie memanggil sekali lagi.
"Biarkan aku menemani Lisa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Preuve d'amour (End)
RomanceIt's a simple love about gxg. Dan yang sederhana itu bisa berubah menjadi rumit jika dituntut pembuktian. Jangan berharap pula, kau bisa dengan mudah menentukan hatimu berjalan kemana. Sekalipun kau sudah mendapatkannya, sejauh apakah kau mampu menj...