Jennie berdiri gelisah dibalik pintu kamar mandi. Kerinduannya yang memuncak harus terpaksa ia kesampingkan saat mendapati Lisa yang kembali pulang dengan sikap dinginnya.
Pasca Jisoo menyiram tubuh Lisa untuk menyadarkan ia dari mabuknya, gadis itu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Dan sudah setengah jam ia mengunci dirinya disana. Membuat Jennie cemas dan bingung harus melakukan apa untuk mencairkan suasana ini.Tak berapa lama kemudian, gadis Thailand itu akhirnya keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah, dan terlihat lebih segar.
Ia berjalan dengan masih mengenakan bathrobe. Kemudian membuka pintu lemari untuk mencari baju yang akan ia pakai."Lili, aku sudah menyiapkan piyama untukmu..." Jennie menyodorkan piyama itu kepada Lisa dengan raut gugupnya.
Lisa menoleh dengan dingin.
"Anni. Terimakasih..." kemudian mengambil hoodie dan jeansnya dari lemari.
"Kau... Kau mau kemana lagi?" tanya Jennie.
Namun Lisa tak menjawabnya. Ia lantas membuka bathrobe nya didepan Jennie, memperlihatkan tubuhnya yang hanya mengenakan sport bra dan celana dalam Calvin Klein.
Jennie lantas memperhatikan punggung Lalisa yang terdapat beberapa bekas cakar.
Seketika jantungnya berdegup kencang. Pelupuk matanya mulai berair tak kuasa membayangkan apa yang ia pikirkan saat ini.Ia berjalan dengan lemah seolah kakinya tak menginjak bumi.
Kemudian menyentuh punggung itu, sebelum Lisa menutupnya dengan hoodie."A-Apa yang terjadi dengan punggungmu?"
Jennie memaksakan dirinya untuk tetap bertanya, meski ia mungkin sudah tahu jawabannya. Ia hanya berharap semoga dugaannya salah.
Lisa sendiri tak langsung menjawabnya. Ia memajukan tubuhnya sedikit, untuk menghindari sentuhan Jennie.
"Lili?"
Lisa tak sanggup mengatakannya. Ia menunduk sejenak, tak berani membalikkan tubuhnya untuk menatap Jennie.
"Siapa yang menyakiti tubuhmu?"
"Tidak ada yang menyakiti tubuhku."
"Lalu bekas cakaran ini? Siapa yang melakukannya?"
Lisa menelan salivanya dengan berat sebelum menjawabnya.
"Seorang wanita di club."
DEG !
Air mata itu praktis jatuh dari pelupuk mata Jennie. Sesuai seperti apa yang ia takutkan, Lisa telah bercinta dengan wanita lain. Untuk pertama kalinya, bukan Jennie yang melayani nafsunya.
Jennie mundur dari langkahnya.
Berbalik untuk menyembunyikan wajahnya.
Sakit.
Ia meremas dadanya.
Terasa nyeri dan sesak didalam sana.
Nafasnya tertahan.
Ia tidak ingin Lisa mendengar tangisannya.
Jennie menahan itu, dan membuat perasaannya semakin sakit.Lisa sendiri berusaha untuk tidak terpengaruh.
Meski tentu saja disudut hatinya ia ingin berlutut di kaki Jennie, memohon maaf atas kebrengsekannya malam ini.Lisa yang gagal bercinta dengan Sunmi sebelumnya, malah melayani gadis lain yang datang padanya, tanpa tahu siapa mereka. Ia mabuk. Alkohol benar-benar merusak kewarasannya.
"Apa aku mengenalnya?"
Tanya Jennie dengan suara parau."No. Just a random girls..." jawab Lisa tenang, kemudian mengenakan hoodie nya.
"Kau juga tidak mengenalnya?"
Lisa lantas membalikkan tubuhnya, dan melihat punggung Jennie yang bergerak. Ia tahu, wanita tercintanya itu sedang terisak dan berusaha keras untuk menahan tangisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preuve d'amour (End)
RomanceIt's a simple love about gxg. Dan yang sederhana itu bisa berubah menjadi rumit jika dituntut pembuktian. Jangan berharap pula, kau bisa dengan mudah menentukan hatimu berjalan kemana. Sekalipun kau sudah mendapatkannya, sejauh apakah kau mampu menj...