Muram dan sembab.
Hanya ekspresi itu saja yang saat ini nampak dari wajah seorang Jennie Kim.Ia tak mau beranjak sedikitpun dari sisi Lisa, yang belum tersadar juga dari tidur panjangnya. Padahal sudah hampir 17 jam, gadis Thailand itu terbaring dengan mata terpejam.
Putus asa sekaligus rasa bersalah, menghujam perasaan Jennie yang begitu takut kehilangan kekasih wanitanya, yang teramat dicintainya itu.
Tanpa menyentuh makanan yang sejak tadi pagi disiapkan oleh Jisoo, Jennie tak memiliki hasrat apapun lagi untuk ia lakukan saat ini, selain duduk disisi ranjang Lalisa.
Dengan sangat terpaksa pula, Jisoo harus meninggalkan Jennie sendiri untuk mengerjakan beberapa jadwal pribadinya, bersama Chaeyoung yang ikut menemani.
Dalam beberapa waktu ini, Jennie mengabaikan semua hal yang terjadi, terutama masalah agency serta Teddy Park, yang baru tadi pagi dengan beraninya menyatakan perasaan cinta padanya.
Fokus Jennie saat ini adalah, menunggu sang kekasih siuman dan kembali sehat seperti sedia kala.
Hanya itu yang menjadi prioritasnya.Petang pun kian beranjak pergi dan hendak menggantinya dengan malam yang sunyi.
Ruangan VVIP yang luas itu tak ada suara apapun selain suara desahan nafas Lalisa yang halus dalam tidurnya.
Ceklek!
Seorang perawat lantas masuk untuk memeriksa keadaan Lisa secara rutin. Jennie beringsut bangun untuk memberi ruang pada perawat itu bekerja.
Menyilangkan tangan sambil terus memperhatikan wajah si Manoban yang pucat, pandangan Jennie hampir berkunang-kunang.
Kurang tidur serta makan, membuat tubuh mungil Jennie pasti lemas.
Namun kaki yang seringkali cidera itu, tetap bertahan menopang tubuhnya agar terus bisa menjaga kekasihnya.
Si perawat kini sedang mengganti infus yang baru untuk Lalisa.
Jennie masih terus memperhatikannya.Sempat melirik pada wanita Kim itu, si perawat cukup khawatir mendapati wajah Jennie yang juga sama pucatnya seperti Lisa.
"Nona Jennie?"
"Ne..."
"Lebih baik anda beristirahat dahulu. Wajah anda pucat sekali, Nona..."
Saran si perawat yang tampak tulus mengkhawatirkannya."Anniya... Aku tidak apa-apa..."
Tersenyum sejenak pada perawat tersebut, Jennie akhirnya mengambil sepotong apel yang dikupas Jisoo tadi pagi, agar lebih merasa segar.
Duduk di sofa sambil meregangkan otot-ototnya, Jennie kemudian melirik ke jemari Lalisa yang nampak bergerak.
"God!!"
Terkejut mendapati hal itu, Jennie lantas beranjak dari posisi duduknya dengan tergesa.
Lalu beringsut mendekati Lisa yang masih terbaring di ranjang."Dia bergerak."
Ucapnya bersemangat pada sang perawat."Eoh?"
Si perawat langsung melihat ke jemari Lisa yang ditunjuk oleh Jennie.
"Tunggu sebentar!"
Lalu dengan sigap berjalan keluar untuk memanggil dokter.
Jennie meraih jemari Lisa yang lemah dengan mata berkaca-kaca.
"Honey... Wake up, my love... I'm still here! Please..."
Jennie menciumi jemari Lisa sampai tangan itu basah oleh air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preuve d'amour (End)
RomanceIt's a simple love about gxg. Dan yang sederhana itu bisa berubah menjadi rumit jika dituntut pembuktian. Jangan berharap pula, kau bisa dengan mudah menentukan hatimu berjalan kemana. Sekalipun kau sudah mendapatkannya, sejauh apakah kau mampu menj...