When you're gone!

8.4K 959 177
                                    

Jennie POV.

Aku tidak pernah tahu sejak kapan separuh jiwaku terbawa oleh dia.

Mencintai Lisa dengan segala kegilaanku, seperti sudah menjadi oksigen yang kuhirup tiap detik.

Dan aku tidak menyangka, ternyata rasanya teramat sakit seperti ini ketika ia tak ada.

Tiga minggu setelah kepergiannya, kakiku serasa tak berpijak di bumi.

Kala ia mengatakan bahwa ia akan pergi, ternyata ia benar-benar pergi tanpa mengasihaniku.

Malam hari selepas konser, akhirnya ia setuju untuk pulang ke dorm, dan membiarkanku tidur di pelukannya.
Mungkin ia tak tega melihatku yang tak berhenti menangis sejak kami membawakan lagu 'Stay', sampai konser usai dan kami bersiap untuk pulang.

Aku cukup bahagia saat ia mengabulkan permintaanku itu.
Kami tak melakukan apapun selain berpelukan sampai pagi.

Aku hanya ingin merasakan aroma khas tubuhnya yang membuatku candu.
Sebelum aku melepasnya dalam waktu yang entah berapa lama.

Karna ketika pagi datang, ia sudah tak ada di ranjangku.

Aku terbangun sendiri.
Bersama secarik kertas di dekat wajahku.

Aku menangis seolah ia pergi tak akan kembali.

Beribu kata ia ucapkan agar aku merelakannya hanya untuk sementara, tetap saja aku tak sanggup melakukannya.

Aku benar-benar lemah tanpa Lisa.

Seolah aku tak butuh apapun selain dia.

Dan aku mengerti, kenapa ia tak mengizinkanku mengantarnya untuk terakhir kali.

Benar!

Aku tak akan sanggup menatap punggungnya yang menjauh pergi.

Lebih baik ia pergi dengan cepat.
Dan membiarkanku menghitung hari sampai ia kembali.

Lalu surat ini, entah sudah berapa ratus kali kubaca ketika aku merindukannya.

Lalu surat ini, entah sudah berapa ratus kali kubaca ketika aku merindukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekali lagi, ia menunjukkan kekuatannya lewat surat ini.
Meski ia tetap konyol dalam tulisannya, tapi aku yakin ia pasti menulisnya sambil menangis.

Nyeri di hatiku muncul kembali.

Memikirkan keadaannya saat ini.

Lalisa seolah ditelan bumi.

Ia mematikan semua alat komunikasinya.
Benar-benar menenangkan diri disana.

Terakhir kali aku menghubungi Mommy dua minggu yang lalu, beliau tak berbicara banyak.
Mommy hanya mengatakan, Lisa baik-baik saja, dan menyuruhku untuk tak terlalu memikirkan dia.

Dari kalimat Mommy itu, ada makna tersirat untuk aku jangan menghubunginya lagi.
Dan membiarkan Lisa untuk konsentrasi dengan pengobatannya.

Meski berat hati, namun aku memang harus coba mengerti.

Preuve d'amour (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang