09

14.8K 767 3
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
Pertemuan pertama yang tak menyenangkan, dapat membuat kenangan yang tak terlupakan.

✨✨✨

Aron memasuki rumahnya dengan muka yang dingin. Penyambutannya pun terasa dingin dan mencekam. Tak ada lagi kehangatan saat memasuki rumah keluarga kecil ini.

"Baru datang?", seseorang turun dari tangga dengan muka yang tak kalah angkuh.

"Seperti yang anda liat", jawab Aron santai.

"Aron! Anak mama sayang, mama kangen sekali denganmu", Nadena memeluk anaknya hangat.

Yang dipeluk hanya memasang wajah dingin tanpa berniat membalas. Namun tak ada yang mengerti maksud dibalik dinginnya wajah itu.

"Kamu apa kabar, sayang? Kamu makan dengan benar kan? Kuliah mu bagaimana nak? Apa Aron me-",

"Bisakah anda mengajukan pertanyaan satu satu?", Aron memotong omongan Nadena dengan mata yang enggan menatap mamanya.

"Tidak sopan sekali kamu! Hormati orang tuamu sebagai anak yang berbakti!", Sultan menunjuk wajah anaknya.

Aron tersenyum sinis, "Tidak ada yang mengajar kan saya sopan santun. Dan apa gunanya saya menghormati orang yang tak pernah menghargai anak nya sendiri!",

Plak!

"SAYANG!?", Nadena memeluk lengan kanan suaminya.

"JAGA OMONGAN KAMU! KAMU DI DIDIK MENJADI ANAK YANG BERPERILAKU SANTUN!", emosi Sultan sudah tak dapat di bendung.

"SIAPA YANG MENGAJARKAN SAYA?!", sarkas Aron tak kalah tajam.

Tiba tiba suasana menjadi sunyi namun lebih mencekam dari sebelumnya.

"Apa anda tidak dapat menjawab Tuan Sultan Alsyah Albaric?", Aron terlihat santai, namun matanya menunjukkan kebencian dan kepedihan yang tertanam dalam.

"Sudah nak, mama mohon sudah. Kita baru saja bertemu, apakah kita harus menyambutnya dengan kekacauan?", Nadena sudah menangis sejadi jadinya, melihat 2 laki laki yang amat ia sayangi saling memberi tatapan kebencian.

Aron tak menjawab pertanyaan mamanya. Jangankan menjawab, menatapnya saja Aron sangat enggan. Setelahnya, Aron pergi dari hadapan orang tuanya.

Saat ingin melewati pintu rumahnya, Aron berhenti sejenak, "Saya harap setelah ini kalian masih ingat, kalau kalian mempunyai anak yang terlupakan akibat kekayaan dan kekuasaan".

Aron keluar dengan langkah tegas, mukanya memerah menahan amarah dan tangis. Tentu saja Aron masih memiliki hati nurani layaknya seorang anak. Namun, masa kecilnya yang kelam, membuatnya menjadi anak yang tak tau sopan santun di hadapan orang tuanya sendiri.

•••

Aron berdiam diri di dalam apartemennya. Ia menghirup sepuntung rokok di tangannya, dan tak lupa botol botol minuman beralkohol berserakan di setiap sudut balkonnya.

"Sopan santun?", Aron tersenyum nanar, "Ck,tidak ada yang mengajariku sopan santun Tuan Sultan",

Setetes demi setetes, begitu pelan, namun pasti. Air matanya lolos begitu saja tanpa izin dari Aron.

"Gue cuma butuh kasih sayang", ucap Aron sangat lirih.

"Gue gak butuh harta",

"Gue butuh keluarga yang harmonis",

"Gue gak butuh kekuasaan",

"Gue cuma butuh rumah yang nyaman dan hangat",

"Gue gak butuh rumah yang besar dan mewah",

"Hanya itu! Hanya itu yang gue inginkan!",

"ARRGGHH",

PRANKK!

DUGG!

PRANKK!

Aron membanting semua benda di sekitarnya. Tak perduli itu akan membuat apartemennya hancur, tak perduli jika itu akan melukai dirinya, ia hanya membutuhkan pelampiasan.

"KAK ARON!!",

•••

"Abang mau kemana?", tanya Sela saat melihat abangnya yang sedang bersiap siap.

"Abang mau ke apart nya Aron",

"Sela ikut yaa, Sela gak mau sendiri di rumah", pinta Sela sambil menarik narik ujung baju Dimas.

"Huh, iya iya. Tapi inget, Sela jangan deket deket!", titah Dimas.

"Siap bos!", Sela segera berlari masuk ke kamarnya untuk bersiap.

Saat di perjalanan, tiba tiba Tyo menelepon Dimas. Dari nada bicara Tyo, sepertinya Tyo ingin membicarakan sesuatu yang serius.

"Gue lagi sama Sela, mau ke apart kembaran lo",

"Haduh, ini penting banget, gue jamin. Ini juga demi kepentingan Sela",

"Maksud lo?",

"Anter aja Sela ke apart Aron, lu kesini sekarang",

"Kagak bisa gitu dong!",

"Adek lo aman, gue jamin Aron gak mungkin apa apain Sela. Ini penting, gue mohon kesampingkan dulu sifat egois lo!",

"Oke",

Tut tut

"Kak Tyo kenapa bang?",

"Enggak kok, Sela nanti duluan aja ya ke apart Aron. Tyo tiba tiba minta tolong sama abang, ya?",

"Iya, gapapa kok kak".

Alhasil, sekarang Dimas hanya mengantarkan Sela ke apart Aron. Namun hatinya enggan untuk melihat Sela dan Aron berduaan di apartemen Aron nanti.

"Ingat pesan pesan abang tadi. Kalo ada apa apa langsung kabarin",

"Iyaa bang, udah lebih dari sepuluh kali abang bilang itu",

"Yaudah, abang berangkat dulu ya",

"Iyaa, hati hati bang".

TBC

Ini untuk visual Aron yaa, moga suka🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini untuk visual Aron yaa, moga suka🥰

Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang