22

9.9K 559 1
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
cinta sudah pasti sayang, namun sayang belum tentu cinta.

✨✨✨

Sela tengah membersihkan dirinya di kamar mandi, setelah ritual di kamar mandi selesai, ia memakai baju yang sudah ia pilih tadi malam.

Sela menatap dirinya di cermin meja rias, wajah yang sudah cantik mulus tanpa make up,  namun terlihat sedikit pucat karena kulit putih susunya. Ia hanya mempunyai bedak bayi dan liptint, jadi ia hanya memoles sedikit bedak dan beberapa tap liptint.

Ia pun berdiri dan berpindah ke depan cermin full body untuk melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Terlihat sangat manis dan imut, Sela sendiri tak tau mengapa ia sangat excited, padahal saat ia pergi dengan Tyo ia hanya memakai pakaian biasa dan tidak terlalu peduli penampilan.

"SELA, ARON UDAH NUNGGU TUH",

"Iyaa, bang!". Sela mengambil sling bag dan hpnya. Ia segera turun ke bawah dengan senyum merekah.

"Sela udah siap bang".

Aron menatap Sela tanpa berkedip, 'sungguh indah ciptaan mu'.

Dimas mengusap wajah Aron kasar, "Mata lo! jangan sampai gue congkel!",

"Astagfirullah, iyaa abang ipar",

"Abang ipar!?",

"Eh, maksudnya Dimas. Sensi amat elah!",

"Gak usah macam macam. Gue udah peringati lo berapa kali, dan harusnya semua udah tercantum di dalem otak lo", titah Dimas tajam.

"Iya, gue inget semuanya. Tenang, Sela aman sama gue",

"Yaudah, hati hati",

"Siap! Sela, yuk berangkat". Aron menyodorkan tangannya ala-ala pangeran yang ingin menggandeng putri, namun telapak tangannya malah mendapat tepukan keras dari Dimas.

•••

Sedari tadi suasana di mobil Aron sangat berisik, akibat mulut Aron yang tak pernah berhenti mengeluarkan joks.
Sela pun tampak nyaman, dan selalu tertawa dengan tingkah Aron.

Berbanding terbalik saat ia bersama Tyo, keadaan di dalam mobil sangat canggung.

"Beneran kan? Gak ada yang ganggu Sela lagi?",

"Bener kak, Sela seneng seneng aja di sekolah, gak ada yang gangguin",

"Bagus deh, kalo Sela di gangguin, Sela tau kan harus bilang ke siapa?",

"Bang Dimas, kak Aron, kak Tyo", jawab Sela malas.

"Good girl", Aron mengelus pelan rambut Sela.

"Eh, pintu, pintu apa yang gak bisa di dorong?", Aron kembali mengeluarkan joksnya.

"Hm, pintu yang di kunci",

"Salah",

"Pintu rusak?",

"Salah lagi",

"Oh, pintu yang macet",

"Salah salah salah",

"Terus apa dong?",

"Jawabannya, pintu geser! Kan kalo pintu geser gak bisa di dorong, hahaha",

"Ih, kak Aron mah", Sela mengembungkan pipinya. "Pfftt, hahaha", walaupun Sela berusaha untuk ngambek, namun tetap saja ia ikut tertawa, menurutnya tawa Aron adalah virus menular.

Sampailah mereka di salah satu mall, sebenarnya niat Aron bukan ingin mengajak Sela ke mall. Ia berniat akan mengajak Sela ke tempat yang sangat spesial, dan hanya dialah orang yang tau, namun sebentar lagi Sela akan menjadi orang kedua yang tau tempat spesial itu.

Berhubung tempat spesialnya akan sangat indah saat malam hari, jadi Aron akan mengikuti kemana pun Sela mau sambil menunggu malam tiba.

Saat masuk ke dalam mall, hampir semua mata laki laki terpikat oleh Sela. Tak kalah, Aron juga menjadi perhatian para perempuan di mall.

Namun, Aron lah yang paling merasa risih saat semua laki laki memandang Sela. Ia pun memutuskan untuk merangkul pinggang Sela posesif agar semuanya tau bahwa Sela hanya miliknya.

"Sela, ada yang mau Sela beli gak? Atau mau liat liat?",

"Ada sih kak, tapi Sela takut kak Aron bosan nungguin Sela",

"Gak papa Sela, kak Aron tungguin kok. Sela mau kemana emangnya?",

"Sela mau ke guardian",

"Guardian? Gramedia?", tanya Aron polos.

"Ih bukan, beda jauh itu", Sela menatap Aron jengah.

"Terus apa dong?",

"Ikut aja deh", tanpa sadar Sela menggenggam tangan Aron erat.

Saat sampai di Guardian, Aron tampak mengangguk kecil, 'ini toh Guardian'.

"Kak Aron beneran mau nungguin?",

"Iya, nanti kalo udah bilang kak Aron ya". Sela mengangguk patuh.

Beberapa menit kemudian, Sela mendatangi Aron yang tengah bermain hp.

"Kak Aron",

Aron mendongak, "udah?",

"Belum, Sela mau nanya. Cantikan ini atau ini?", Sela menunjukkan satu satu liptint yang ada di tangan kanan dan kirinya.

"Ee, mm, dua duanya cantik kok", Aron menggaruk tengkuknya.

"Salah satu kak",

"Ambil dua duanya aja",

"Tapi-",

"Udah ayok", Aron merangkul Sela menuju kasir dan segera membayar liptint Sela.

"Masih ada yang mau di beli lagi?", Aron kembali melingkarkan tangannya di pinggang Sela.

Sela menggeleng, "Kok kak Aron yang bayar?",

"Gak papa, cowok kan emang harus bayarin belanjaan cewenya",

"Gak harus tau kak, kan itu belanjaan Sela",

"Walaupun gak harus buat cowok lain, tapi itu wajib buat kak Aron". Aron memang anak orang kaya 7 turunan, namun ia lebih memilih tinggal di apart dan hidup secukupnya. Itu sebabnya ia terlihat kere di depan Tyo dan Dimas.

TBC

Akhirnya, Aron sama Sela di izinin jalan berdua :)




Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang