45

6.6K 330 1
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
keraguan akan merusak segalanya.

23.40

Dimas membuka pintu kamar Sela secara perlahan agar tak menganggu tidurnya.

Dilihatnya Sela yang sudah terlelap sambil memeluk boneka pemberian dari Tyo.

Perlahan ia melangkah ke dekat meja belajar Sela. "Pinjam power bank yang dek", bisiknya.

"Iya bang"

"Eh ayam! Eh ayam!", latah Dimas.

"Ceri tau gak ya kalo abang latah?", tanya Sela.

Dimas mengusap dadanya. "Sela bikin kaget aja, jangan kasih tau Ceri".

"Ya ya ya", Sela mengangguk enggan.

"Kebangun ya?", Dimas mendekat ke arah Sela.

Sela menggeleng, "emang belum tidur", jawabnya.

"Kenapa? Gak bisa tidur?", Dimas mengelus kepala Sela.

Sela mengangguk pelan, "abang tidur sini ya, temanin Sela".

Dimas hanya mengangguk dan ikut berbaring di sebelah Sela. Tangannya tak berhenti mengusap kepala Sela sayang.

"Bang, kalo papa tau tentang kak Aron, tetap bakal direstuin gak ya?", tanya Sela.

"Papa udah tau kok". Sela membelalak, "sejak kapan?".

"Sejak kapan ya?", Dimas berfikir sejenak. "Pokoknya sebelum Sela tau papa udah tau duluan".

"Jadi Sela doang yang belum tau", kesal Sela.

"Tyo juga baru tau kok", ujar Dimas.

"Kak Tyo juga gak di kasih tau?", Sela mendongak menatap Dimas.

"Enggak, dia juga sempat marah karena baru tau", jawab Dimas.

"Yes, Sela punya temen", Sela tersenyum senang.

Dimas terkekeh dan mengacak pelan rambut adiknya.

"Abang setuju Sela sama kak Aron?", tanya Sela lagi.

"Abang setuju sama siapa saja yang dapat membuat Sela seneng, Sela bahagia"

"Kak Aron pinter ya bang nutupin semuanya", ucap Sela.

Dimas mengangguk setuju, "Sela tetap menerima Aron setelah tau kebenarannya?"

Sela terdiam sejenak, "Sela kesal, Sela marah, tapi Sela juga bisa ngertiin kak Aron. Jujur aja juga Sela sempat ragu bang"

"Sela harus yakin dengan keputusan Sela. Walaupun Sela memutuskan untuk melepas Aron, yang penting Sela harus yakin dengan keputusan Sela"

Sela menatap sendu abangnya, "Sela gak mau kehilangan kak Aron, Sela sayang kak Aron"

Dimas mendekap tubuh Sela saat merasa adiknya ingin menangis. "Itu semua keputusan Sela, abang hanya bisa mendukung dan jagain Sela"

"Setelah tau semuanya Sela ragu bang, tapi hati Sela juga gak mau melepas kak Aron, Sela egois ya bang?", lirih Sela.

"Sela gak egois, kalian saling menyayangi. Hanya saja keraguan yang merusak segalanya", jawab Dimas.

"Sela harus gimana bang?", Sela mulai terisak.

"Sst, jangan nangis. Sela hanya harus meyakinkan diri Sela sendiri. Apapun keputusannya, asalkan Sela senang, semua akan bahagia pada akhirnya"

Sela mengangguk lemah, "makasih ya bang karena udah jadi abang Sela".

"Harusnya abang yang makasih karena Sela lahir ke dunia sebagai adik abang", Dimas mengecup pucuk kepala Sela.

"Sela sayang bang Dimas selama lama lama lama lamaanyaa", ujar Sela.

"Haha, abang juga sayang Sela pake banget", timpal Dimas.

•••

"Ron, Sela ragu sama lo", ucap Dimas tanpa basa basi.

Aron meletakkan cangkir kopinya, "gue udah tau itu bakal terjadi jauh sebelum gue ingin ceritakan semuanya dengan Sela"

"So?", Dimas menaikkan sebelah alisnya.

"Lo kira gue bego? Ya, gue tau lah apa yang harus gue lakuin". Dimas menatap Aron intens.

"Lo gak bakal ngelakuin hal bodoh kayak dulu lagi kan?", tanya Dimas.

"Hal bodoh yang mana satu? Banyak hal bodoh yang udah gue lakuin", balas Aron.

"Memata matai kembali adik gue", Dimas menekankan nada bicaranya.

"Hahaha, kagak elah, gue dah tobat, gak mau terlalu posesif lagi", jawab Aron.

"Bagus kalo gitu", Dimas meneguk es jeruknya.

"Woi, gue laper", Tyo tiba tiba datang dengan memegang perutnya seperti orang bodoh.

"Terus?", tanya Aron dan Dimas bersamaan.

"Duit gue abis", jawab Tyo santai.

"Lalu?", tanya Dimas dan Aron lagi.

"Kagak peka banget si lu pada! Bayarin kek!", gerutu Tyo.

"Males", ucap Aron tak peduli.

"Beli sendiri", ujar Dimas.

"Jahat banget dah. Ron, lo kan CEO dan lo Dim, lo kan anak CEO, tolonglah", mohon Dimas.

"Yaudah pesen pesen", ujar Aron malas.

Tyo tersenyum senang, "ikhlaskan Ron?".

"Lo mau gue berubah pikiran?", tanya Aron datar.

"Makasih, lop yu", Tyo mengacir pergi untuk memesan.

Dimas mendelik geli dan kembali mengerjakan tugasnya.

Tak lama Tyo datang tanpa membawa piring maupun gelas ditangannya.

"Gak jadi pesen?", tanya Dimas.

"Jadi dong, entar lagi di aterin", jawab Tyo.

Dimas hanya mengangguk walaupun ada sedikit kecurigaan. Mana mau ibu kantin yang super sibuk membawakan pesanan ke meja mahasiswa.

5 menit kemudian datanglah dua anak perempuan ibu kantin dengan membawa nampan di masing masing tangan mereka.

"Bang Tyo, ini pesanannya", ucap salah satu dari mereka.

"Iya, makasih ya, taruh aja", ujar Tyo semangat.

Aron dan Dimas terbelalak saat melihat 2 nampan itu ditaruh di meja mereka. Semuanya adalah pesanan Tyo, dan dengan tidak berdosa nya ia hanya menyengir kuda pada Aron dan Dimas.

TBC

Ada gak sih yang suka kayak Tyo sama sahabatnya?🤣


Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang