52

5.9K 305 0
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺

✨✨✨

Tak ada angin tak ada hujan tiba tiba Aldian meminta Regina dan anak anaknya untuk berkumpul di ruang kerjanya.

Sepertinya ini masalah yang cukup serius, Regina sendiri pun bingung dengan suaminya.

"Papa kenapa suruh anak anak ke ruang kerja?", tanya Regina.

"Papa mau ngomongin masa depan anak kita ma, mereka sudah cukup besar untuk membicarakan masa depan",

Sela melirik Dimas untuk meminta jawaban dan hanya dibalas gelengan oleh Dimas.

"Dimas, papa tidak memaksamu untuk meneruskan perusahaan papa. Tapi papa sedikit berharap agar kamu bisa meneruskan perusahaan keluarga kita ini"

Dimas tentu saja sedikit tersentak mendengar ucapan papanya. Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa ia akan meneruskan perusahaan papanya.

"Dimas memang berniat untuk menjadi seperti papa, tapi Dimas gak pernah berfikiran untuk meneruskan perusahaan keluarga",

Aldian mengangguk paham, "papa tidak memaksa, masa depanmu adalah pilihan kamu sendiri",

Aldian mengalihkan pandangannya pada Sela, "papa sempat menyesal karena sudah memaksa Sela untuk dijodohkan, jadi papa tidak ingin mengulangnya".

Sela tersenyum sendu menatap papanya begitupun Regina.

"Dimas akan memikirkannya pa, Dimas juga ingin menjadi seperti papa. Dimas juga ingin mengembangkan perusahaan keluarga kita"

Aldian tersenyum hangat pada Dimas, "papa akan terima apa saja keputusan kamu Dim"

"Sela". Sela mendongak untuk menatap papanya.

"Sela udah besar sekarang, papa gak nyangka anak kecil papa ini akan dilamar saat tamat sekolah nanti"

"Papa", lirih Sela. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis.

"Padahal dulu setiap ditanya kamu ingin menikahi pria seperti apa, kamu selalu menjawab menikahi papa dengan wajah polosmu"

Sela menangis saat mendengar suara papanya yang bergetar. "Papa tetap first love Sela hiks..."

Dimas mulai mengeraskan rahangnya agar tak ikut menangis. Matanya melirik ke arah Regina yang sudah menangis lirih.

"Apa kamu yakin dengan pilihan kamu sayang? Apakah dia sudah tepat?", giliran Regina yang bertanya pada Sela.

"Sela sudah yakin dengan Aron ma, tapi kembali lagi dengan restu orang tua", jawab Sela.

"Jika kamu menanyakan pendapat mama, jawaban mama adalah, mama dapat melihat masa depan kamu di Aron nak"

Sela tersenyum senang dan menatap Dimas yang matanya sudah memerah menahan tangis.

"Bang", Sela meraih kedua tangan Dimas dan menyuruh Dimas untuk menatapnya.

"Apa abang setuju adik abang yang cantik ini dengan sahabat abang yang nyebelin itu?", tanya Sela sambil terkekeh ringan.

Dimas terdiam sejenak sebelum menarik Sela ke dalam pelukannya dan menjawab, "Aron orang yang sangat baik, tentu saja abang setuju"

"Kamu sudah mengetahui semua tentangnya bukan?". Sela melepas pelukannya saat Aldian kembali bersuara.

"Dia sudah menceritakan semuanya pa, Sela juga sudah banyak mendapat cerita tentang Aron dari mama Dena", jawab Sela.

Regina tersenyum, "mama sudah tak sabar untuk berbesanan dengan Nadena". Sela tertawa kecil mendengarnya.

"Dan kamu menerima semuanya sayang?", tanya Aldian lagi.

"Sela sempat ragu pa, tentu saja hati Sela saat itu belum menerima sepenuhnya. Tapi lama kelamaan Sela sadar, bahwa Sela cinta dengan Aron dan tak ingin kehilangannya"

Aldian mengangguk kecil, "papa merestuinya, tapi papa harus memberinya peringatan pertama karena sudah menyembunyikan identitasnya selama ini"

Sela menatap waspada papanya, "pa-pa gak bakal a-apa apain Aron kan pah?"

Aldian mengidikkan bahunya, "papa gak akan memberikan pelajaran pada seseorang melebihi kesalahannya"

Dimas jadi mengingat dirinya saat remaja dulu, ia pernah ditampar hingga hidungnya berdarah karena telah berbohong saat bulan puasa.

Tapi setelah ia meminta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi, Aldian membelikan semua makanan yang ia inginkan untuk berbuka.

Papanya tidak kejam, hanya saja ia tegas dalam mengajarkan anak anaknya. Ditambah ia melakukan kesalahan yang cukup fatal saat bulan puasa waktu itu.

"Ya, Sela percaya papa", ujar Sela.

"Tapi sayangnya ia juga sempat membuat anak perempuan papa ketakutan karena sudah membunuh seseorang. Jadi hukumannya akan bertambah"

Aldian tersenyum geli melihat raut wajah kedua anaknya yang mulai gelisah. Ia meringis kecil saat mendapat cubitan dari Regina.

"Gangguin terus anak anaknya!", bisik Regina tajam.

Aldian terkekeh, "itu beneran, aku akan memberikan peringatan pada calon suami Sela"

Regina hanya menghela nafas sebelum akhirnya ia menenangkan Sela.

Dimas menatap Aldian yang mengodenya agar diam. Ah, ia mengerti sekarang.

Aldian hanya menakut nakuti Sela saja, tapi ia akan tetap memberi Aron hukuman pastinya. Papanya hanya ingin melihat seberapa peduli Sela terhadap Aron.

TBC

Bapak Aldian ternyata jahil juga🤭
Tapi ia tak pernah main main dengan ucapannya😣

Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang