10

15.2K 793 11
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
Setiap pertemuan yang indah, pasti juga akan mengalami perpisahan yang menyakitkan.

✨✨✨

Dimas sampai di gedung tua yang lumayan jauh dari apart Aron. Gedung tua yang tinggi dan sedikit hancur, tak ada pencahayaan sedikit pun, bisa dibilang jika masuk ke dalamnya, kita akan merasakan hal yang membuat bulu kuduk kita merinding.

Saat Dimas berjalan ke arah gedung tua itu, sudah terlihat Tyo dan beberapa orang berbadan tegap berbalut jas hitam rapih.

"Ngapain nyuruh gue kesini?", tanya Aron to the poin.

"Adhim di siksa di sini, tapi dia masih hidup",

"Dimana dia sekarang?",

"SMA Pelita",

"Siapa yang menyiksanya?",

"Itu yang sedang kami cari tau. Yang pasti setelah di siksa seharian, esoknya ia langsung pindah sekolah seperti yang Sela katakan", jawab Tyo santai namun tegas.

"Kita harus berterima kasih dengan orang itu",

"Ya, setelah kita menemukannya, kita harus menanyakan secara detail mengapa ia menyiksa anak itu",

"Hm",

"Kami akan cari tau sekarang, itu sebabnya gue manggil lo",

"Gue gak bisa sekarang",

"Jangan menyia nyiakan kesempatan besar",

Dimas mengerutkan kening, "Maksud lo?",

"Dia sedang mabuk mabukan di salah satu hotel, dan itu akan berlangsung hingga malam. Dia pasti akan mudah dibawa dalam keadaan mabuk",

Dimas tampak berpikir, 'Gue habisin Aron kalau berani ngapa ngapain Sela'

"Oke"

•••

Aron sekarang sedang berada dalam pelukan hangat Sela. Sebutlah Sela sebagai pengingkar janji, tapi keadaan Aron benar benar mengenaskan. Apart nya pun tak kalah hancur.

Rambut Aron acak acakan, pipinya biru, tangannya mengeluarkan banyak darah, matanya tak memancarkan kehidupan, bajunya pun sudah robek robek dan di penuhi bercak darah.

Sela bingung harus ngapain, badan Aron dingin, namun ia memeluk Sela erat seperti tak mau kehilangan Sela. Tatapan matanya kosong, dan terdapat sisa sisa air mata yang sudah mengering. Sela benar benar tak mengerti, tapi Sela belum mau menanyakannya dalam kondisi Aron yang seperti ini.

"Jangan tinggalin Aron", ucapannya begitu lirih.

"Aron gak mau sendirian",

"Mama sama papa kenapa jahat?",

"Kenapa ninggalin Aron?",

"Aron gak butuh uang mah, pah", air mata Aron kembali luruh saat mengingat dirinya saat masih kecil.

Flashback

Aron kecil memasuki kamar mama papanya dengan langkah riang dan senyum lebar menawan.

"Mah, pah, liat deh", Aron menunjukkan rapornya.

"Alon dapat lengking satu",

Senyum Aron kecil memudar saat tak melihat adanya respon dari kedua orang tuanya.

"Mah, liat lapol Alon", Aron mendekati mamanya yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Iya, Aron, jangan ganggu dulu ya nak, mama lagi kerja", ucapannya memang lembut, namun terdengar menyakitkan untuk Aron kecil.

"Pahh, Alon dapat lengking satu", sekarang Aron mendekati papanya yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Aron, jangan ganggu papa dulu. Papa lagi pusing!", Sultan memang terkenal orang yang sangat tegas dan gila kerja.

Aron kecil berjalan ke arah pintu keluar degan menahan tangis. Ia masuk ke dalam kamarnya, dan saat itulah ia menangis sejadi jadinya.

Tak sadar karena kelelahan menangis, Aron tertidur dengan keadaan kepala di bawah bantal. Aron melakukan itu agar tangisnya tak terdengar oleh siapa pun. Semua orang tua seharusnya bangga mempunyai anak yang pintar dan pengertian seperti Aron.

Keesokan hari...

Aron kecil terbangun dengan mata yang sembab akibat menangis kemarin. Ia keluar dari kamarnya dan melihat kedua orang tuanya sedang sibuk menggeret kopernya masing masing.

"Mama sama papa mau kemana?",

"Mama sama papa mau pergi sebentar untuk ngurus pekerjaan", jawab Nadena.

"Kemana?",

"Ke Jepang sayang, Aron tau kan?",

"Tau tau, Alon ikut yaa?",

"Tidak boleh, kamu di sini saja melanjutkan sekolah kamu", sarkas Sultan tiba tiba.

"Tapi nanti Alon di sini sama siapa?", tanya Aron sedih.

"Ada bik yum, sama pak jawo",

Aron kecil hanya mengangguk lemah sebagai jawaban. Ia tak berani membantah ucapan papanya sedikit pun.

Flashback off

"Apa menurut mereka 10 tahun adalah waktu yang singkat?", Aron memegang dada kirinya menahan sakit yang menjalar.

Sela sekuat tenaga menahan tangisnya agar tidak tumpah. Ia harus menguatkan  Aron, bukannya malah ikutan menangis.

Sela memeluk Aron lebih erat, tak lupa tangan kirinya mengelus rambut Aron lembut. Sedangkan pelukan Aron sedikit melemah, tetapi ia tetap memeluk Sela agar Sela tak melepas pelukannya.

"Kak Aron harus kuat, Kak Aron harus bangkit. Kak Aron harus buktiin ke mereka, kalo Kak Aron bisa sukses",

"Tapi Kak Aron tetap gak boleh membenci mereka, mereka adalah orang tua Kak Aron, Kakak harus tetap hormat dan menyayangi mereka",

Aron tersenyum samar saat mendengar penuturan Sela. Dari nadanya, ia yakin bahwa Sela khawatir, ia bersyukur masih ada yang menguatkan dan mengkhawatirkan nya.

TBC

Ini visual Sela, cantik yahh😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini visual Sela, cantik yahh😘



Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang