54

5.9K 305 0
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
iya, lucu bgt. - (:

✨✨✨

Qila, Ceri dan Sela bingung melihat Gania yang tiba tiba berlari ke arah mereka dan menangis sejadi jadinya.

Semua pasang mata menatap aneh dan kepo ke arah mereka.

"Gania, kita ke taman belakang yok", Sela menarik Gania dari lorong kelas.

Sesampainya di taman Gania masih terus menangis tanpa mengucapkan sepatah katapun.

'Pasti ada hubungannya sama itu deh', batin Sela.

"Keluarin dulu aja Gan, kami bakal nunggu kok", Ceri mengelus pundak Gania.

5 menit berlalu Gania mulai berhenti menangis dan mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Mau gue beliin minum dulu?", tanya Qila. Gania menggeleng pelan.

"K-kak, yang kemarin itu b-beneran kak G-gana", ucap Gania membuka suara.

"Papa Gania dapat telfon dari rumah sakit. Jenazah kak Gana udah ditemukan sama polisi dan dibawa ke rumah sakit"

"Polisinya bilang akan susah untuk selidiki siapa pembunuhnya. Katanya gak ada barang petunjuk atau apapun", Gania sesegukan menceritakannya pada mereka.

"Yang sabar ya Gan, maaf kami gak bisa bantu apapun", ujar Sela merasa bersalah.

"Gak papa kok kak, kita juga belum mulai apapun. Biar jadi urusan polisi sekarang", Gania tersenyum getir.

Qila langsung memeluk erat Gania dan ikut menangis. Ia mengerti perasaan Gania walaupun ia tak merasakannya.

Sela merunduk dalam, rasa bersalah tengah merundung hatinya. Ingin rasanya ia meminta maaf atas semua perbuatan Aron, tapi tentu saja ia tak bisa.

"Jangan nangis lagi okay, Gania harus senyum gue tau lo kuat", Qila mengurai pelukannya.

"M-makasih ya kak karena udah nguatin Gania dan mau jadi teman Gania dari awal masuk sekolah"

Ceri tersenyum tulus, "gak perlu berterima kasih, kami juga seneng Gania jadi temen kami"

"Gania, kalo butuh hiburan, hubungi kami aja. Kami bakal temanin Gania kemana pun biar Gania bisa balik senyum lagi, ya?", Sela memegang kedua tangan Gania.

Gania mengangguk cepat dan tersenyum kecil.

•••

Aron menghela nafas melihat Sela yang sedari tadi diam dan jika dipanggil Sela akan menatapnya dengan tatapan aneh.

"Ada apa Sel? Gania?", tanya Aron.

Sela menoleh dan lagi lagi ia hanya menatap Aron dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"Bilang aja Sel, aku justru lebih suka kamu marah marahin aku dari pada diem kayak gini"

Sela masih tak bergeming dan tetap menutup mulutnya rapat.

Aron mengambil sebelah tangan Sela dan dibawanya ke pahanya untuk di genggam.

"Kenapa hm?", jempol Aron mulai mengelus punggung tangan Sela.

"Ya, Gania. Kamu kerja sama dengan polisi ya?", Sela menatap Aron lekat.

Aron hanya tersenyum tipis tanpa berniat membalas ucapan Sela.

"Kok diem aja sih?", kesal Sela.

"Aku kerja sama dengan semuanya", Aron melirik sekilas ke arah Sela yang menoleh padanya.

"Semuanya?", beo Sela.

Aron mengangguk singkat, "saluran berita, stasiun televisi, polisi, pihak rumah sakit dan detektif sekali pun"

Sela terperangah mendengarnya, 'segitu berpengaruhnya Aron di dunia', pikirnya.

"Kamu sama aja menipu dong". Aron hanya diam dan tetap fokus menyetir mobil.

"Ron, iya kan?", Sela sedikit mengguncang tangannya yang digenggam Aron.

"Sela terima aku apa adanya kan?", tanya Aron tiba tiba.

Sela menyeringit bingung, "kita udah pernah bahas itu, jawabannya gak akan aku ubah lagi Ron"

Aron tersenyum, "walaupun aku gak bisa jawab pertanyaan mu itu?"

Sela terdiam, "ya, itu tidak terlalu penting".

Giliran jempol Sela yang mengelus punggung tangan Aron.

Sela merasakan nada bicara Aron berubah saat mengucapkan kalimat tadi. Ia pun tak ingin memperpanjang masalah.

"Kita makan dulu yuk, aku lapar nih", ucap Sela memecah keheningan.

"Bentar lagi sampai di rumah kamu, makan di rumah aja ya?", tawar Aron.

"Mmmm", Sela menggeleng sambil menggembungkan pipinya.

Aron menghela nafas pendek, jika Sela sudah begini Aron mana bisa menolak.

"Mau makan dimana?", tanya Aron sambil memutarkan mobilnya.

"Pengen bakso", jawab Sela.

"Oke",

"Eh, pengen siomay juga". Aron melirik Sela.

"Eh, mau bakmi juga", ucap Sela lagi.

Aron hanya diam dan tetap mendengar ocehan Sela yang masih mengucapkan semua makanan yang ia mau.

"Sela mau semuanya, gimana dong Ron?", Sela jadi bingung sendiri dengan dirinya apalagi Aron.

"Sekarang tanggal berapa sih Sel?", tanya Aron. Sela pun membuka ponselnya dan melihat tanggal yang tertera.

"23", jawab Sela pada Aron.

"Pantes". Sela mengerutkan keningnya mendengar jawab Aron.

"Maksudnya?", Sela menoleh pada Aron.

"Tanggal kamu datang tamu kan?". Ucapan Aron mampu membuat pipi Sela merona merah.

"K-kok tau sih", Sela membuang mukanya.

"Ya hafal lah, kamu nya tiap pertengahan bulan moodnya selalu sensitif. Dan setiap ditanya pasti jawaban selalu lagi datang tamu"

Sela meringis mengingat dirinya yang selalu manja pada Aron setiap pertengahan bulan, dimana itu adalah tanggal dirinya datang bulan.

TBC

Aron sampe hapal loh wkwkwk😂

Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang