35

6.9K 341 0
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
Kita boleh menyerah jika usaha kita tak lagi di anggap olehnya.

✨✨✨

Sela dan Dimas sedang duduk di ruang tamu menonton film Doraemon Stand By Me.

Sambil menunggu orang tua mereka sampai, mereka sempat membuat cookies dan memakannya sambil menonton.

"Bang, nobita nya sedih banget, hiks. Gian jahat banget sih, huhu", Sela menangis sambil terus memasukkan cookies ke dalam mulutnya.

Dimas menghela nafas malas, "kita udah nonton ini berapa kali Sela. Kok masih nangis aja".

"Ih, abang, kan sedih tau", gerutu Sela.

"Iya deh, itu di telen dulu baru nangis Sela", Dimas menatap aneh kebiasaan adiknya jika sedang menangis.

Ting tong!

Sela dan Dimas terdiam mendengar bel rumah mereka. Sedetik kemudian mereka bangkit dan tergesa gesa membuka pintu utama.

"Papa!", Sela menghambur ke pelukan Aldian.

"Ma!", Dimas memeluk Regina erat.

"Kalian baik baik aja kan selama papa sama mama tinggal?", tanya Aldian sembari menarik kopernya masuk.

"Baik dong! Bang Dimas selalu jagain Sela", jawab Sela ceria.

Aldian tersenyum bangga kepada Dimas dan di balas senyuman kecil olehnya.

"Rumah juga aman aman aja kan? Gak ada terjadi sesuatu kan?", tanya Regina menatap Dimas.

"Aman dong ma". Regina mengangguk tenang.

"Kalian kan udah lama nih gak mama masakin, kangen gak sama masakan mama?",

"Kangen banget!", semangat Dimas dan Sela.

"Yaudah, kalian tunggu ruang keluarga dulu ya". Regina berjalan ke arah dapurnya.

Dimas dan Sela kembali duduk di sofa yang bersebrangan dengan TV mereka yang menampilkan film Doraemon.

"Ih, Sela mau deh bang minum cairan itu", tunjuk Sela pada layar TV.

"Gak ada Sela, itu cuma film", jawab Dimas mengelus kepala adiknya.

"Kalo ada, Sela mau salah satu permintaan Sela ituuu", Sela menggantung ucapannya. Dimas menaikkan sebelah alisnya.

"Sela gak jodoh sama kak Aron, kan nanti jadinya kebalikan, hehe". Dimas menegang mendengar permintaan adiknya.

"Berarti jodoh kan bang, hahaha", Sela terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

Dimas hanya tersenyum miris menatap adiknya yang tampak ceria tanpa tau masalah di balik perkataannya.

"SELA! DIMAS! INI OVEN MAMA KENAPA BAU GOSONG!!".

Dimas dan Sela terlonjak kaget mendengar teriakan mamanya dari arah dapur.

Mereka saling bertukar pandang lalu melirik ke arah cookies mereka yang berwarna coklat pekat lebih ke arah gosong.

"Bang, gimana dong?", racau Sela. Dimas hanya dapat menggeleng polos.

•••

Aron kini tengah menatap intens sepasang insan di depannya. Ia menghela nafas berat sebelum berbicara.

"Jadi?", tanya Aron dingin.

"Ya, gitu bang, sorry", Fara menunduk dalam tak berani menatap bosnya.

"Jadi.lo.jadian.sama.dia?", Aron sengaja menekan setiap ucapannya.

Fara hanya dapat mengangguk pelan menjawab Aron.

"Terus sekarang mau lo apa? Keluar dari sekolah tanpa persetujuan gue?", tegas Aron.

"Maaf bang, gue tau itu salah. Gue belum bener bener keluar, itu baru perkataan gue yang menyebabkan gosip di sekolah". Aron mengangguk cuek.

"Terus lo mau sekolah lagi? Atau keluar? Gue harap lo bertahan".

"Gue tetep sekolah bang, gue udah janji bakal jagain Sela", ujar Fara yakin.

"Gue gak bakal ulangi ucapan gue, lo mau keluar?", tanyanya tajam.

"Enggak bang", Fara menggeleng tegas.

Aron tersenyum miring dan mengalihkan pandanganya pada Adhim yang ikut menunduk tak berani menatapnya.

'Entah siapa yang bakal melindungi', batin Aron.

"Oke, lo boleh keluar". Adhim dan Fara segera keluar dari ruangan Aron.

10 detik kemudian pintu kembali di ketuk.

"Masuk!".

"Pak-",

"Hey bro!", Zack memotong ucapan sekretaris Aron menyelip masuk.

"Silahkan keluar", perintah Aron pada sekretarisnya.

Zack mengedipkan matanya sebelah pada sekretaris bohay Aron.

"Gimane? Enak kagak di Bali? Dapat bule gak di sono?", tanya Zack bertubi tubi.

"Gue panggil lo bukan untuk itu", tegas Aron.

"Gak bisa santai lo jadi orang, serius mulu lama lama cepet tua", balas Zack santai.

"Jadi lo manggil buat apa? Masalah Fara?",

"Bukan! Tapi tentang Albaric Company Corp". Zack mengerutkan keningnya, "perusahaan bokap lo? Nape lagi?".

"Kita perlu ketemu". Zack melebarkan matanya menatap tak percaya teman sekaligus bosnya.

"Haha, lo pasti bercanda kan? Ah, paling lo suruh gue sendiri yang dateng ke situ", Zack memakan cemilan di meja Aron.

"Gue dan lo", jawab Aron singkat.

Zack memaksa makanannya untuk tertelan tanpa di kunyahnya.

"Lo yang bener entong!". Aron hanya mengangguk singkat.

"Lo mau ketemu orang tua lo sebagai apa? Sebagai anak atau sebagai CEO perusahaan musuhnya?",

"Menurut lo?", Aron melirik Zack.

"Menurut gue, karena lo bawa gue, jadi lo-SERIUS LO!?", bangkit dari duduknya dan menghampiri Aron.

Aron meringis pelan dan mengusap telinganya yang terasa panas.

"Lo mau bongkar semuanya? Lo mau ngaku sekarang? Ngaku sebagai CEO Qalbar Company Corp? Ngaku sebagai musuh pemilik perusahaan musuhnya selama ini?", Zack menanyakan itu hanya dengan satu nafas.

Ah shit! Aron hanya mengangguk sekali sebagai jawaban.

TBC

Gak tau mau ngomong apa🙂






Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang