Jangan lupa vote and comment🥺
___
jangan mencari yang sempurna, tak akan pernah ketemu.✨✨✨
Tasya menatap sendu anak laki lakinya yang dari jendela kamarnya. Hampir seminggu Tasya mendiami anaknya itu. Ia masih bingung akan semuanya, tentu saja ia ingin anaknya bahagia, tapi ia juga ingin melihat suaminya bahagia di alam sana.
"Bagaimana ini?" Tasya menumpahkan tangisnya di depan jendela.
"Mengapa kalian pergi secepat ini?" ia memegang dadanya.
"Mengapa kau membawaku ke situasi ini Rian? Mengapa!?" Tasya terduduk di kaki tempat tidur.
"Maafkan mama Tyo, maafkan mama", air mata terus mengalir dari pelupuk matanya.
"Aku merasa gagal menjadi seorang ibu Rian. Aku membutuhkan mu, hiks".
•••
"Sekali lagi saya tegaskan Sultan, saya sudah menjodohkan anak saya dengan orang lain", ujar Aldian.
"Baiklah, tapi biarkan saya bertanya". Aron menatap papanya lekat.
"Apa anda pernah bertanya pada anak anda tentang keputusan yang anda buat? Apakah dia menerimanya? Apakah dia bahagia dengan perjodohan itu? Atau mungkin itu hanya untuk kebahagiaan anda saja?".
Punggung Aldian menegang, "apa maksud anda? Tentu saja anak saya menerimanya".
"Papa jangan berbohong!" Dimas sudah tak tahan melihat papanya.
"Dimas, tenang sayang", Regina mencoba menarik Dimas untuk kembali duduk.
"Papa tidak pernah menanyakan pendapat Sela dan Sela tidak pernah menerimanya!"
"Apa anda yakin tentang kebahagiaan anak anda Aldian?" Sultan menatap Aldian datar.
"Tentu, apa menurut anda jika saya menjodohkan Sela dengan Aron, anak saya akan bahagia?"
"Anda tidak perlu meragukan itu", jawab Sultan santai.
"Yakin sekali anda Sultan", Aldian tertawa remeh.
"Tentu saja, karena anak saya dan anak anda saling mencintai", ujar Sultan.
Aldian menyeringit tak mengerti, "mereka saling mencintai? Bagaimana bisa anda begitu yakin".
"Saya sangat yakin", tegas Sultan.
"Mungkin hanya anak anda yang mencintai Sela, tapi tidak dengan Sela".
"Kami saling mencintai om", ucap Aron sungguh sungguh.
"Jangan membuat drama anak muda, kau tidak bisa memaksakan hati seseorang", jawab Aldian.
"Lalu bagaimana dengan anda? Bagaimana bisa anda memaksakan Sela untuk mencintai Tyo?" balas Aron.
"Jaga ucapan mu pada orang tua!" sarkas Aldian.
"Saya mencintai Sela, begitupun dengan Sela yang mencintai saya!"
"Omong kosong macam apa itu!"
"Itu bukan omong kosong pa!" Semua pasang mata mengalihkan pandangannya ke arah pintu utama.
"Sela? Kamu kenapa sudah pulang nak?" Regina menghampiri anaknya.
"Kami di pulangkan lebih cepat ma", Sela kembali mengalihkan tatapannya pada Aldian.
"Itu bukan omong kosong! Sela memang mencintai kak Aron!" Aldian menatap tak percaya anaknya.
"A-apa-",
"Iya pa! Iya! Sela mencintainya", potong Sela seperti tau apa yang akan diucapkan oleh Aldian.
"Ini bisa dibicarakan baik baik, duduk lah nak", Sultan tersenyum ke arah Sela.
'Tidak salah anakku menaruh hati', batin Sultan.
"Tidak perlu! Sela, masuk kamar", tegas Aldian.
"Sela mau di sini", jawab Sela.
"Sela!", Aldian menatap tajam Sela.
"Sela masuk kamar ya", ucap Aron lembut.
"Tapi kak-",
"Gapapa kok, Sela masuk aja ya". Sela menatap kelembutan di mata Aron. Akhirnya ia mengangguk pasrah dan masuk ke kamarnya.
"Kami juga tidak membutuhkan tanggapan anda. Dengan hormat saya minta anda untuk keluar dari rumah saya", ucap Aldian.
"Baiklah, ayo pa", Aron berdiri dan bergegas keluar dengan wajah tak berekspresi.
"Jangan terlalu tegang tuan, haha". Masih sempat sempatnya Sultan menjahili Aldian yang sudah tersulut.
"Saya pulang dulu, assalamualaikum".
"Waalaikumssalam".
•••
"Gimana ni Cer?", tanya Qila. Ceri menggeleng, "gak tau, gue pengen bantuin tapi gimana".
"Gue juga gak tau". Qila dan Ceri tidak ikut masuk ke dalam karena takut menganggu.
Mereka hanya melihat dari jendela mobil Ceri. Awalnya mereka ingin bermain di rumah Sela, namun melihat adanya mobil Aron, niatnya mereka urungkan.
"Lagian napa sih pake jodoh jodohan segala, jaman siti nurbaya kali ye", gerutu Qila.
"Tau, jaman modern gini masih aja ada kayak begitu. Kan kasian di Sela sama kak Aron".
"Percintaan mereka sulit ya, untung gue sama Farel udah di restuin", celetuk Qila.
"Apa kabar gue? Bertepuk sebelah tangan", ucap Ceri lesu.
Qila menghela nafas, "udah lah, move aja. Lo ngarepin bang Dimas, sama aja kayak makan hati tiap hari".
"Gue udah sering coba, tapi susah banget", jawab Ceri.
"Lo kurang berusaha, mau gue bantuin gak?", Qila menaik turunkan alisnya.
"Mau lah, tapi gimana caranya?", tanya Ceri.
"Ada deh, mending sekarang kita cabut, biar gue yang kabarin Sela nanti".
Ceri pun menjalankan mobilnya ke arah gerbang dan keluar dari pekarangan rumah Sela.
TBC
Ceri move on? Kok saya tidak yakin😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguards [END]
Teen FictionApa kalian pernah terpikir akan mempunyai abang dan pacar yang posesif? Ditambah dengan sahabat abang mu? Perkenalkan, Sela. Perempuan bermata biru dan wajah imut imut. Mempunyai abang yang posesif dan pacar yang posesif. Jika kalian berfikir itu a...