33

6.7K 357 4
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
menangis sehari bukan berarti lemah seumur hidup

✨✨✨

Dimas mendapat kabar yang bisa di bilang cukup buruk namun tak dapat di bilang baik juga. Orang tuanya dan Sela akan sampai pulang besok, dan entah bagaimana dia harus menghentikan jadwal liburannya.

Ia takut jika terlambat sehari, perjodohan itu tak akan bisa di batalkan lagi. Namun ia juga tak mau merusak kebahagiaan Sela yang baru saja 3 hari di Bali.

Tyo masuk ke dalam kamar dengan nafas yang tersenggal senggal. "Dim! Kabar buruk Dim!".

"Gue tau", jawab Dimas tenang.

"Terus gimana? Kita balik hari ini juga?", Tyo menatap serius Dimas.

"Gue pengennya gitu, tapi Sela gimana?". Tyo tampak ikut cemas memikirkan perasaan Sela nanti.

"Coba di omongin baik baik. Sela pasti juga kangen kan sama orang tuanya", usul Tyo dan mendapat anggukan dari Dimas.

"Gue coba, sekarang gue mau ke kamar Sela", Dimas hendak berjalan namun di cegah oleh Tyo.

"Sela lagi jalan sama Aron", ujar Tyo. Dimas menghela nafas kasar.

"Gue gak mau rusak kebahagiaan mereka Dim", Tyo menatap jendela di sampingnya sendu.

"Lo pikir gue mau? Gue pengen adek gue nikah sama cowok yang dia mau!", kesal Dimas.

"Gue yakin kita bisa!", Tyo menepuk pelan pundak Dimas.

"Harus! Gue janji Sela akan nikah dengan orang yang dia suka!", yakin Dimas.

•••

"Kak Aron! Liat deh, lucu banget ya", Lia menunjuk salah satu arum manis yang di bentuk seperti karakter kartun brown.

"Sela mau?", Aron menawari Sela. Dan tentu saja mendapat anggukan kuat dari Sela.

Aron pun menarik Sela ke toko yang menjual Arum manis yang dapat di bentuk bentuk seperti karakter kartun.

"Sela mau bentuk apa?", tanya Aron lembut.

"Cony! Sela mau yang bentuk cony", jawab Sela seperti anak umur 5 tahun.

"Bang, yang bentuk cony satu", Aron memesankan untuk Sela.

"Ini kak", penjual itu memberikan arum manis berbentuk cony pada Sela.

Aron membayar arum manisnya, "ambil aja kembaliannya".

"Makasih mas", ucap penjual itu.

"Kak, Sela mau liat yang di sana", Sela menarik lengan Aron ke arah tempat permainan.

"Kak Aron! Kak Aron!", Sela menggoyang goyangkan lengan Aron.

"Iya apa Sela?", tanya Aron.

"Itu! Sela pengen bonek bebek itu! Kak Aron yang main tapi, boleh ya?", Sela menatap Aron memohon.

Aron yang paling tak bisa menatap wajah Sela yang memelas langsung mengangguk pasrah.

"Yeay!"

Aron membayar pada penjualnya dan mendapatkan 3 buah anak panah kecil untuk di tembakkan ke balon balon yang tersedia.

"Ayo kak! Semangat!", ujar Sela dengan senyum mengembang.

Dor! Dor! Dor!

Tiga balon tertembak tanpa hambatan.

"Mau hadiah apa dek?", tanya penjualnya ramah.

"Sela mau bonek apa tadi?", Aron menatap Sela.

"Yang itu!", Sela menunjuk bonek bebek yang lumayan besar dan lembut.

"Ini dek", penjual itu memberikan bonekanya pada Sela.

"Makasih pak", ucap Sela.

"Sela mau main apa lagi?", Aron kembali menggandeng tangan Sela.

"Hmm", Sela tampak berpikir. "Sela pengen itu, tapi Kak Aron yang pasangin ya?".

Aron mengikuti arah tunjuk Sela, dan what!? Aron mematung tak percaya dengan ucapan Sela.

"Ayo kak!", Sela menarik tangan Aron ke sebuah toko yang cukup besar.

"Selamat datang", ucap pegawainya di depan pintu masuk. "Langsung ke resepsionis ya kak".

Sela kembali menarik lengan Aron ke arah resepsionisnya.

"Ada yang bisa di bantu?", tanya resepsionisnya sopan. Beruntunglah pegawai disini tidak ada yang genit dan berbaju sopan. Kalau tidak, mungkin Aron sudah menjadi santapan mata keranjang mereka.

"Mbak, Sela pengen pasang nail art. Tapi Sela maunya yang pasangin kak Aron", Sela melirik ke arah Aron.

Resepsionis itu menatap Aron yang tengah menatap Sela datar. 'Pasangan muda ya?', pikirnya.

'Kalo Sela ngidam nanti gimana ya? Yang kagak hamil aja kek gini',  batin Aron.

"Bolehkan mbak?", tanya Sela memastikan.

"O-oh, boleh kok kak. Nanti ada yang ngajarin juga", jawab resepsionis itu.

"Ayok kak, ikut saya", ucap pegawai yang dari tadi berdiri di samping resepsionis.

"Ayok kak", Sela menarik lengan Aron semangat.

"Silahkan duduk di sini ya kak", pegawai itu mempersilahkan Sela untuk duduk di kursi pelanggan.

"Masnya di sini ya", sedangkan Aron di persilahkan untuk duduk di tempat pegawai.

"Silahkan dipilih dulu kak mau nail art yang seperti apa", pegawai itu memberikan sebuah buku album berisi foto foto nail art.

"Jangan yang susah susah ya Sela", ada sedikit nada memohon di ucapan Aron.

"Kak Aron tenang aja", Sela terus membolak balikkan halamannya.

"Mau yang kayak gini", Sela menunjuk salah satu contoh foto.

Aron penasaran foto seperti apa yang Sela inginkan, semoga saja tak susah.

Aron penasaran foto seperti apa yang Sela inginkan, semoga saja tak susah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aron menganga tak percaya, bentuk kuku seperti apa ini?, pikirnya.

"Boleh kak", pegawainya menahan tawa melihat reaksi Aron.

"Pertama kita bersihin dulu ya, kita rapihin panjang kukunya", usul pegawai itu.

"Kak Aron yang bersihin ya". Aron mengangguk pasrah dengan senyuman paksa tercetak di wajahnya.

"Mari, saya tunjukan caranya".

TBC

Pengen banget nail art kayak gitu, tapi kuku author sudah insinyur duluan😌

Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang