28

7.5K 401 2
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
jodoh sudah ada yang atur.

✨✨✨

Wahyu menatap sepasang insan di depannya dengan tatapan datar. Satu kalimat yang terlintas di pikirannya saat melihat salah satu dari mereka, yaitu 'dia seorang bitch'.

"Ekhem", Wahyu membuka suara.

"Lo mau ngomong apa ha? Dari tadi kagak keluar keluar tu suara", ucap laki laki yang duduk di depannya.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo",

"Yaudah, tinggal nanya",

"Lo udah berapa lama suka sama Sela?",

Laki laki di depannya mengerutkan kening bingung.

"Maksud lo?",

"Adhim Tarota, seseorang yang terkenal karena sebagai ketua geng Vinix. Dan tak lupa, namanya ikut melejit karena cintanya yang di tolak terus menerus oleh Sela", jelas Wahyu cukup tajam.

Adhim melirik ke arah perempuan di sampingnya. "Gue dulu emang bodoh, tapi sekarang gue udah bisa berfikir jernih. Dan yang paling penting, gue sudah menemukan perempuan yang akan gue perjuangin nantinya".

Wahyu tersenyum sinis, "Apa yang ngebuat Sela terus nolak lo?",

"Gue gak tau, mungkin karena gue anak berandal",

"Cuma karena itu?". Adhim mengidik bahu tak tau.

"Apa Sela orang yang mudah di deketin?",

Adhim menyeruput jusnya sebelum menjawab. "Satu antero sekolah juga tau, kalau Sela tipe orang yang berhati lembut. Dia akan menerima semua orang yang ingin berteman dengan dia, namun tidak dengan laki laki yang ingin memacarinya".

"Kalau lo ngajak ketemuan gue cuma pengen nanya tentang Sela, main lo kejauhan bro", tambahnya.

"Karena lo orang yang paling keras kepala saat ngejar dia",

"Kan udah gue bilang, dulu itu gue emang bodoh. Gue tebak, lo mau dekatin Sela kan? Gue saranin jangan, cari jalan aman aja", ujar Adhim.

"Maksud lo?",

"Lo akan ngerti saat udah tiba waktunya", Adhim tersenyum miring.

Wahyu mencerna satu satu ucapan Adhim, namun tetap saja otaknya tak dapat mencerna kemana arah bicara Adhim.

"Gau usah di pikirin, gue cuma kasih saran. Lo kesini karena mau dapat saran dari gue kan, itu saran gue", ucap Adhim.

"Kalo gitu gue balik", Wahyu berdiri masih dengan muka bingungnya.

"Satu lagi, cewek yang akan lo perjuangin adalah seorang bitch",

Wahyu melirik sinis perempuan di samping Adhim. "Hm, Faradilla", Wahyu menunjukkan smirk nya. Setelah itu Wahyu pergi dari cafe tersebut.

Fara menegang di tempat, dan saat Adhim melihatnya, seluruh badannya terasa kaku.

"Maksud tu bocah apa?", tanya Adhim. Fara hanya menggeleng pelan.

"Kok lo kayak ketakutan gitu?", Adhim menyeka keringat dingin di pelipis Fara.

"Gue bisa jelasin", ucap Fara tiba tiba.

"Jelasin apa?",

"Semuanya!", Fara menatap Adhim serius.

•••

Seperti janji kemarin, hari Sabtu ini Sela akan kerja kelompok di rumahnya. Semua anggota kelompok sudah hadir, dan tak lupa bibi juga ikut memantau dari dapur.

"Abang lo kemana Sel?", tanya Adit.

"Bang Dimas lagi kuliah",

"Ga enak banget orang kuliah, kita Sabtu Minggu libur", timpal Jono.

"Jangan salah lo, orang kuliah bisa gak masuk pas hari Senin. Hari menderita semua anak sekolahan", sambar Qila.

"Iya juga sih, kalo gitu enak dah", ucap Jono.

"Enak lo bilang? Kita sekolah dari pagi sampe siang, paling lama sampe sore. Lah mereka? Bisa aja dari pagi sampe besok subuh", ujar Ceri.

"Betul juga, kalau gitu gak enak dah", jawab Jono lagi.

Pletak!

"Semprul lo", Adit menjitak kepala Jono.

"Udah udah, mending sekarang kita buat tugasnya", titah Sela.

"Eits, sebelum itu, password WiFi nya dulu dong Sel", Adit menyengir kuda.

"Dasar gak modal lo", Qila memandang sinis Adit.

"Biarin, yang penting gratis wlek", Adit menjulurkan lidahnya.

•••

"Dim, si Sela bentar lagi libur kan?", tanya Aron.

"Dari mana lo tau?"

"Kan bentar lagi bakal ada UN",

"Iye, si Sela bentar lagi libur, kenape?",

"Kagak ada rencana mau jalan jalan gitu?"

"Bener tuh! Ajak gue sekalian yak!", timpal Tyo.

"Gue belum ada kepikiran sih, Sela juga belum ada bilang", jawab Dimas.

"Gimana kalo kita ke keluar kota berempat?", tawar Aron.

"Hah? Kuliah kite gimana bego, lu kira senior kita UN", ujar Tyo.

"Ya cabut lah",

"Enteng bener lo ngomongnya", Dimas menatap Aron tak percaya.

"Kagak papa elah, kan buat adek lo juga. Kalo masalah nilai mah,  bisa ulang tahun depan", ucap Aron tanpa beban.

"Gue izin emak dulu, secara kan gue anak yang berbakti", Tyo menyombongkan dirinya.

"Ikut aja lah gue, kasian juga Sela dari tahun lalu gak pernah liburan", jawab Dimas.

"Sip lah kalo gitu", Aron mengacungkan jempolnya.

"Emang kita mau kemana Ron?", tanya Tyo.

"Keluar kota".

Tyo memutar mata malas, "Ya gue tau, kan udah lo bilang tadi".

"Yaudah, kita keluar kota",

"Ya gue tau bagong! Maksudnya kite ke luar kotanya tu ke mane? Ke kota mane!?", emosi Tyo mulai tersulut.

"Bilang dari tadi kek, gak jelas banget omongan lo", jawab Aron.

"Astagfirullah, sabar sabar aje gue mah", Tyo mengelus elus dadanya.

"Kita kemana Ron?", tanya Tyo dengan suara yang menahan emosi.

"Bali". Singkat, jelas, dan padat.

"Sumpah lo!?", teriak Tyo.

Dimas meringis pelan, dan mengusap usap telinga kirinya. "Berisik tau gak! Tu suara gak bisa di kecilin ape!?",

"Ya sorry, soalnya Dim, akhirnya gue bisa ke Bali coy", Tyo memelan kan suaranya.

"Seneng lo?", tanya Aron.

"Seneng banget bangsul! Eh tapi, pasti tiketnya mahal", Tyo mendadak lesu mengingat harga tiket ke Bali yang tak murah.

"Gue bayarin elah,  tenang aje", Dimas menepuk pundak Tyo.

"Serius lo Dim!?",

"Iyee, udah ah, buat malu dari tadi lo teriak teriak",

"Makasih banget Dim! Ya Allah mak, akhirnya anak mu ini bisa melihat bule bule di pantai Bali mak!", suara Tyo benar benar tak bisa terkontrol.

Dimas menutup muka malu dengan buku menu. Sedangkan Aron sudah bersiap untuk berdiri dari tempat duduk sambil berpura pura menelfon.

TBC

Akhirnya Tyo bisa ke Bali, wkwk😅












Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang