42

6.4K 356 7
                                    

Jangan lupa vote and comment🥺
___
awal akan berakhir dan yang datang akan pergi

✨✨✨

"Selaa, jangan ngambek lagi dong", Aron memegang tangan Sela.

"Serah", Sela membuang muka dari Aron.

"Ayo lo, makannya jadi orang jangan petakilan", ujar Tyo.

"Kok lo malah ikutan salahin gue?", Aron menatap sengit Tyo.

"Emang gara gara lo kan", jawab Tyo.

"Kan gue udah bilang gak sengaja", balas Aron.

Dimas mendelik kesal,"udah udah! Gak dimana mana kelahi aja kerja lo pada!".

"Ya dia luan juga!", Tyo mencibir.

"Lo duluan yang mancing gue!", ucap Aron.

"Aku lagi ngambek loh kak", Sela menatap sinis Aron.

"Eh, iyaa Sela sayang, jangan marah yaa", Aron kembali memohon pada Sela.

"Qil, lo dipanggil sayang juga gak sama Farel?", tanya Ceri.

"Hah? Gue berharap cowok gue romantis? Yang ada ditoyor pala gue", jawab Qila.

"Kasian banget sih lo, si Sela yang gak pacaran aja dipanggil sayang", ujar Ceri polos.

Qila menabok pelan bahu Ceri, "gak usah ngejek gue lo".

"Ceri, gimana sama Randi?", tanya Sela.

Dimas tersedak saat mendengar ucapan Sela. 'Randi siape?', pikirnya.

Tyo mengelus punggung Dimas, "sabar, lagian lo kelamaan sih, dicomot orang kan", bisiknya.

"Randi siapa Sel?", tanya Aron seperti tau apa yang dipikirkan Dimas.

"Ceri lagi deket sama yang namanya Randi, eh harusnya pake bang ya, kan seumuran sama kak Aron", jawab Sela

"Seumuran sama Aron? Sama abang juga berarti? Kuliah kan? Dimana? Jurusan apa?", tanya Dimas bertubi tubi.

Qila mencium bau bau adanya kecemburuan, tapi ia hanya diam saja. Menunggu apa yang akan terjadi kedepannya, ia berharap Dimas akan mengungkapkan isi hatinya.

"Satu satu dong bang", protes Sela.

"Biar gue aja yang jawab", ucap Ceri. "Namanya bang Randi Radifa, kuliah di UI Jakarta dan mengambil jurusan psikologi", jelas Ceri.

"Randi Radifa?", tanya Tyo. Ceri mengangguk.

"Lo lupa sama si Randi?", tanya Tyo pada Dimas. "Randi Radifa, yang pake kacamata itu, yakan Ceri? Kita satu SMP dulu sama dia".

"Loh, satu SMP? Iyasih, bang Randi emang pake kacamata", jawab Ceri.

"Ohh, si Randi", Dimas tiba tiba mengeluarkan ponselnya dan mencari nama seseorang dikontak nya.

"Bang Dimas nelfon siapa?", tanya Sela pada Aron. "Gak tau".

"Halo Ran, UI lo sekarang?"

Semuanya melongo menatap Dimas yang ternyata menelfon Randi.

"Eh, gue cuma mau bilang nih, mending lo jauh jauh deh dari Ceri, karena Ceri punya gue. Lebih jelasnya lagi dia calon ibu dari anak anak gue di masa depan. Dah yak, gue mau bilang itu aja, Assalamualaikum".

Oke, sekarang semuanya terdiam seperti batu tak tau ingin berbicara apa. Apalagi Ceri, ia terdiam kaku ditambah dengan pipinya yang memerah seperti kepiting rebus.

"D-dim?", Tyo menatap aneh Dimas. Dan dengan santainya Dimas menjawab, "ya?".

"Lo sadar kan apa yang barusan lo lakuin?", tanya Tyo hati hati.

"Sadar", jawab Dimas dengan yakin.

Deg!

Itu suara detak jantung Ceri guys. Sudah tak terkontrol pokoknya. Pipinya pun sangat merah seperti kena tampar.

Bug!

"Anjing!"

"Bang Dimas!", Ceri memegang pipi Dimas. "Kak Aron ngapain numbuk bang Dimas?", tanya Ceri marah.

"Oke, kalian cocok, jadian sono", ujar Aron santai.

"Hah? Maksudnya kak?", kini Qila yang tak mengerti dengan omongan Aron.

"Si Ceri kan dah lama suka sama Dimas, nah si Dimas juga udah lama suka sama si Ceri, tapi emang baru berani sekarang", ucap Aron.

"Betul tuh, sekarangkan Dimas udah berani bilang, si Ceri juga tadi keliatan perhatian banget pas si Aron numbuk Dimas, yaudah cocok", timpal Tyo.

Aron mengangguk angguk membetulkan ucapan Tyo.

"Ooh, ada ya orang ngungkapin perasaan kek gitu caranya", Qila menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Bang Dimas, tembak dong Cerinya jangan di gantungin", Sela mengguncang guncang lengan Dimas.

"Ya ya ya, oke oke", Dimas menenangkan Sela. Ia melepaskan kalung dari lehernya.

"Ceri mau gak jadi pacar aku? Kalo mau Ceri ambil kalungnya kalo enggak," Dimas menggantung ucapannya, "ambil juga deh, gak papa buat Ceri aja".

Keadaan Qila dan Sela sudah tak tau bagaimana. Seperti yang kalian tau lah, sahabat kalian yang ditembak tapi kalian yang ikutan malu.

"Ceri gak mau bang", Ceri membuang muka dari hadapan Dimas.

Hati Dimas rasanya sakit dan menyesal karena sudah terlambat menembak Ceri. Ia tau ini bukan salah Ceri, tapi salah dirinya yang sudah membuang buang waktu.

Dimas kembali memasang kalungnya dengan wajah yang sendu.

"Loh, kok dipakai lagi sih bang?", tanya Ceri.

Dimas menyeringit bingung, bukannya Ceri gak mau. Bukannya Ceri sudah menolaknya dan tidak mau menerima kalungnya?

"Ceri tu gak mau pasang kalungnya sendiri, tapi Ceri maunya bang Dimas yang pakein, gak peka deh", Ceri cemberut lucu pada Dimas.

TBC

Akhirnya Ceri sama Dimas jadiaann. Tapi si Dimas bar bar juga ya🤭🤣

Bodyguards [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang