Pagi pagi sekali Zayan bangun dan mengetuk pintu kamar Falesha, tetapi sayang sepertinya tidak terlihat ada gerakan sedikit pun dari dalam kamar Falesha. Karena merasa kesal, Akhirnya Zayan memukul keras pintu kamar Falesha sampai membuat orang yang ada didalam nya keluar dengan wajah yang kesal.
"Apa yang kamu lakukan? Aku ingin sarapan, buatkan sarapan ku dan kita akan pergi memesan tiket." Ucap Zayan.
"Tiket? Apa kamu benar benar akan mengikuti perkataan orang tuamu?" Tanya Falesha.
"Apa kamu pikir mereka akan membiarkan kita begitu saja? Mereka tidak akan tinggal diam sampai kita benar benar mengikuti kemauan nya. Cepat, lakukan saja sesuai rencana ku. Aku tidak akan membahayakan nyawamu." Ucap Zayan kemudian menuju ruang tamu.
Falesha masuk kekamar dan membersihkan tubuhnya kemudian bergerak ke dapur untuk membuat sarapan mereka berdua. Hanya sarapan sederhana, Falesha memasakkan nasi goreng dengan telur ceplok diatasnya dan beberapa taburan keju dan sosis disana. Falehsa memberikan sepiring nasi goreng kepada Zayan dan memberikan secangkir teh untuk Zayan. Dengan cepat Zayan melahap nya tanpa memperhatikan wajah Falesha yang sudah terlihat kesal.
Selesai sarapan, Falesha segera membersihkan piring piring kotor yang tadi digunakan nya. Setelah itu, Falesha berjalan mendekati Zayan berencana untuk membujuk Zayan agar tidak melakukan perkataan orang tua nya itu. Tapi, disaat Falesha akan mendekati Zayan tiba tiba Falehsa terpeleset karena setumpuk air teh yang baru ditumpahkan Zayan tanpa sepengetahuan Falesha. Disaat tubuh Falesha akan jatuh ke atas sofa, Zayan menangkap tubuh Falesha dan membuat mereka berbaring di sofa secara bersamaan. Tentunya posisi mereka sudah seperti yang dibayangkan, Falesha berada diatas Zayan dan Zayan berada dibawah Falesha. Zayan memegang pinggang Falesha dan Falesha terlihat menekan bahu Zayan untuk membuat jarak diantara wajah mereka. Mereka tidak bicara sama sekali selain hanya menatap satu sama lain. Andai orang bisa mendengar nya, mungkin detak jantung mereka akan terdengar seperti aluan musik yang cepat. Detak jantung mereka sangat cepat dan terdengar hampir beradu satu sama lain, tapi sayangnya mereka tidak menyadari itu dan hanya menatap satu sama lain. Tidak tau apa yang terjadi, tapi Zayan terlihat semakin mengangkat wajahnya dan ingin mendekati wajah Falehsa. Terasa seperti ada sesuatu yang panas ditubuh Falesha, dia merasa seakan akan wajah nya ingin terbakar.
Ting tong...
"Ah... " Teriak Falesha dan Zayan secara bersamaan sambil menjauh satu sama lain dan duduk diatas sofa sambil membenarkan posisi mereka.
"Aku akan membuka pintu." Ucap Zayan yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Falesha.
Setelah membuka pintu, Zayan melihat Nadhifa yang sudah berdiri di depan pintu. Tanpa menunggu Zayan bertanya Nadhifa masuk kedalam villa dan duduk disamping Falesha sambil memeluk tangan Falesha. Tentunya hal itu terasa aneh bagi Falesha karena dia tidak pernah dekat dengan siapa pun.
"Apa yang terjadi? Kenapa mata Bibi terlihat bengkak?" Tanya Zayan.
"Aku bodoh, aku menolak bantuan dari Chika yang memintaku untuk menikah dengan Rahel dan malah meminta mereka untuk menikah." Ucap Nadhifa.
Mendengar itu Zayan terdiam dan duduk di hadapan Nadhifa.
"Aku tau aku seharusnya menerima nya, tapi aku tidak bisa melakukan itu mengingat hubungan yang kami miliki. Aku tidak akan pernah bisa menikah dengan nya, aku akan mencoba melupakan nya dan berusaha mencari kebahagiaan ku sendiri." Ucap Nadhifa.
Zayan dan Falesha tidak mengatakan sepatah kata pun dan hanya memperhatikan Bibinya itu. Karena terlihat lelah, Falesha membawa Nadhifa untuk tidur di kamar tamu. Kemudian Falesha pergi dengan Zayan untuk memesan tiket dan membeli semua peralatan yang dibutuhkan. Mereka membeli beberapa pakaian dan barang barang yang perlu dibawa untuk bulan madu mereka. Zayan terlihat sangat antusias, sedangkan Falesha hanya mengikuti Zayan tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Usai dari berbelanja Zayan dan Falesha kembali kerumah dan melihat Nadhifa sudah tidak ada di kamar.
"Kemasi semua barang mu, kita akan berangkat besok pagi." Ucap Zayan.
"Apa kamu yakin kita harus melakukan semua ini?" Tanya Falesha.
"Kita hanya perlu pergi dan berpura pura berbulan madu, aku tau Ayah akan mengirim orang untuk mengawasi kita tapi kita hanya perlu pura pura bahagia dan kembali ke kehidupan normal kita saat tiba di kamar. " Jawab Zayan.
Falesha mengangguk dan masuk kedalam kamarnya.
***
Semua barang sudah disiapkan dan mereka hanya tinggal menunggu waktu penerbangan mereka. Zayan memegang menarik koper bawaan Falesha dan memegang tangan Falehsa, tentunya Falesha langsung menarik tangan nya dan menatap Zayan aneh.
"Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah gila?" Tanya Falesha.
"Ada dua orang dibelakang kita yang sedang mengikuti kita, aku mohon bertingkah lah alami supaya kita tidak mendapatkan masalah." Jawab Zayan.
Perlahan Falesha melirik kebelakang dan benar yang dikatakan Zayan, ada dua orang yang sedang mengawasi mereka.
"Aku tidak mengerti apa yang diinginkan orang tuamu, mereka memperlakukan kita seperti buronan." Gumam Falesha kesal.
Mendengar itu membuat Zayan tersenyum dan memegang erat tangan Falesha.
Setibanya didalam pesawat Zayan memasang sabuk pengaman untuk Falesha dan memberikan selimut untuk Falesha.
"Tidurlah, kamu butuh istirahat." Ucap Zayan sambil mengelus lembut rambut Falehsa.
"Apa mata mata itu ada diruangan ini?" Tanya Falesha.
"Tidak, sepertinya mereka diruangan sebelah." Jawab Zayan.
"Lalu kenapa kamu mengelus kepalaku? Kamu membuatku merinding." Ucap Falesha sambil menyingkirkan tangan Zayan dari kepala nya.
Zayan terlihat kesal mendengar itu dan memutuskan untuk tidur disamping Falesha.
Setelah mendarat, mereka sudah tiba ditempat tujuan mereka. Zayan menarik koper bawaan mereka dan memegang tangan Falesha untuk masuk kedalam taksi. Mereka sudah memesan sebuah villa yang terletak di tepi pantai dengan gaya tradisional dan sederhana. Butuh sekitar 40 menit dari bandara untuk tiba ke villa mereka. Karena kelelahan Falehsa menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang terletak di samping jendela kaca yang langsung berhadapan dengan pantai.
"Istirahatlah, aku akan membeli beberapa keperluan untuk makan malam kita." Ucap Zayan.
"Aku akan ikut denganmu, ada yang harus aku beli." Jawab Falehsa.
"Katakan saja apa itu dan aku akan membelikan nya." Ucap Zayan.
Tapi Falesha tidak menghiraukan ucapan Zayan dan berjalan keluar dari villa. Zayan menggelengkan kepalanya dan mengambil kunci mobil yang ada di jaket nya.
"Apa kamu menyewa mobil ini? " Tanya Falesha setelah melihat Zayan membuka pintu mobil untuk Falesha.
"Tidak, aku membeli nya." Jawab Zayan.
Mendengar itu Falesha menghentikan langkah kakinya untuk masuk kedalam mobil dan malah menatap tajam ke arah Zayan.
"Kenapa?" Tanya Zayan kebingungan.
"Aku tau kamu orang kaya, tapi tidak seharusnya kamu melakukan hal seperti ini." Ucap Falesha.
"Baiklah, aku akan meminta mereka nanti untuk mengirimkan nya villa kita setelah kita kembali." Ucap Zayan.
Setelah mengucapkan itu, tiba tiba Zayan menarik tangan Falesha dan memeluknya. Falesha terkejut dengan apa yang dilakukan Zayan dan hanya bisa terdiam.
"Apa mata mata itu disini?" Tanya Falesha.
"Hmm, mereka sedang memotret kita dan kita harus menunjukkan kalau kita bahagia." Jawab Zayan.
"Tapi, kapan mereka akan pergi? Aku benar benar merasa tidak nyaman dengan semua ini." Jawab Falesha pelan.
Mendengar itu Zayan tersenyum dan semakin memeluk erat tubuh Falesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cunning Girl Wedding (END)(Sequel Terminator Husband)
Romancesebuah misi balas dendam yang berakhir menjadi pernikahan. seorang gadis yang dibesarkan tanpa orang tua kandung menjadi gadis yang tidak mengenal rasa takut dan bertahan hidup hanya untuk membalaskan dendam nya. gadis yang sudah menyimpan banyak ke...