Sang surya telah menerobos masuk melalui celah-celah jendela, nampak seorang gadis cantik tengah bergelut dengan selimutnya. Ia tampak tak terusik dengan kehadiran cahaya yang mulai menerobos masuk ke kamarnya. Tampaknya mimpi indahnya seolah lebih menarik daripada mentari pagi hari.
"Ya Tuhan Kenzi, bangun! Lo sekolah hari ini!" teriak Fandra yang baru saja masuk ke kamar sang anak. Ia menatap bingung pada gadis itu padahal baru kemarin ia membelikan jam weker untuk Kenzi, tapi lagi-lagi jam itu sudah tergeletak di lantai dengan keadaan yang sudah rusak.
"Bolos." Fandra dibuat melongo dengan satu kata yang meluncur begitu saja dari mulut putrinya itu.
Pengen gue sembelih rasanya ni bocah–batin ibu tiga anak itu dengan mengelus dada.
Ia pun lantas berusaha menarik lengan putrinya. "Gak ada! Gak ada bolos-bolosan! Sekarang buruan bangun terus sekolah!" kekeh Fandra, tapi tak dihiraukan oleh Kenzi, ia malah dengan tenangnya kembali menarik selimutnya.
Fandra menghela nafas sejenak lalu sebuah ide terlintas dalam benaknya. "Hmm, oke gak papa. Lo boleh bolos, tapi kartu kredit, ATM, motor, semuanya Mami sita, dan satu lagi pilih asrama atau homeschooling?" ancam Fandra dan ternyata itu berhasil.
Kenzi langsung bangkit dari tidurnya, ini yang ia tak sukai, ibunya selalu mengancamnya dengan berbagai ancaman, mulai menyita semua aset Kenzi, dan yang paling Kenzi benci adalah asrama dan homeschooling, karena jika ia homeschooling sudah dapat dipastikan ia tak akan bisa kumpul ke markas dan jika asrama sudah pasti ia akan jauh dari semua orang.
"Mami gak ada kerjaan apa? Biasanya juga bodo amat, sekarang main ancam-ancam aja," ucap Kenzi seraya menatap sang ibu dengan tatapan permusuhan. Fandra hanya memutar bola matanya malas, tak perduli dengan celotehan Kenzi.
"Hari ini Mami ambil cuti. Udah sana mandi terus ke sekolah, masa pertama masuk langsung telat 'kan gak lucu, jaga sikap jangan bar-bar kayak monyet lepas!" ucap Fandra lalu melengos pergi meninggalkan Kenzi yang masih menggerutu karenanya.
"Mami!" teriak Kenzie tak terima, ia hanya mendengus kesal, "dasar emak kos," gerutu Kenzi.
Tak ayal gadis itu pun langsung pergi ke kamar mandi dengan langkah gontai, setelah dua puluh menit di dalam kamar mandi kini ia telah keluar dengan menggunakan kimono mandi dan langsung mengganti dengan seragam sekolahnya. Ia menghadap ke arah kaca lalu memutar-mutar tubuhnya untuk melihat penampilan dirinya menggunakan seragam sekolah yang baru.
Seragam itu terlihat sangat pas dengan tubuh Kenzi yang kecil, rok yang tidak terlalu pendek dan seragam kemeja yang tidak terlalu besar membuat Kenzi semakin cantik apalagi dengan rambutnya yang tergerai. Ia lalu menatap almamater barunya dengan logo SMA Cakrawala, dengan segera ia memakainya.
Selepas menggunakan seragamnya, ia memoleskan sedikit bedak tipis diwajahnya dan juga sedikit glowtint agar bibirnya tak terlalu pucat. Setelah dirasa cukup ia langsung menyambar tasnya dan berlarian ke lantai bawah.
Ia menghadap ke cermin dengan tersenyum bangga. "Cakep juga gue ternyata," gumam Kenzi dengan senyum bangga. "Okey, SMA Cakrawala I'm coming!"
Kenzi berlarian menuruni tangga, melihat hanya tinggal sang ibu dan ayah di bawah sana ia langsung menghampiri mereka lalu berpamitan.
"Kenzi berangkat," ucap Kenzi lalu berlarian kecil keluar rumah dengan tas yang berada di sebelah bahunya.
"Hati-hati gak usah ugal-ugalan di jalan!" perintah Devan dan hanya di acungi jempol oleh Kenzi sebelum gadis itu benar-benar hilang dari pandangan mereka.
Kenzi menaiki mobil lalu memacunya dengan kecepatan tinggi. Mobil itu dengan lincah menyelip kendaraan lain di depannya, tak jarang orang mengumpat pada dirinya dan juga menekan klaksonnya panjang, guna memperingati gadis tersebut agar lebih berhati-hati saat berkendara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Girl (END)
Teen FictionTentang sebuah kisah yang melibatkan banyak hati dan perasaan, tentang lingkaran takdir yang selalu membelenggu manusia. Tentang permainan takdir yang entah bagaimana maunya. Tentang misteri takdir yang selalu mengikat manusia, bagaimana tuhan menja...