Lyra sedang memasak makan malam sekarang, dan Jisung yang kebetulan baru selesai mengerjakan tugas sekolahnya datang menghampiri. Senyumnya lantas merekah sambil menyugar rambutnya ke belakang, tidak tau kenapa tapi itu sudah seperti kebiasaan Jisung karena dia sendiri kadang tidak sadar saat melakukannya.
"Bun, mau dibantuin nggak?" Tawarnya sambil berdiri di dekat kulkas.
Kebetulan letak kulkas dengan kompor berdekatan, dan keberadaan Lyra adalah di depan kompor itu.
"Uangnya ada di atas kulkas"
"Kok uang?"
Helaan napas keluar dari sela bibir Lyra. Wanita itu meletakkan satu tangan kirinya ke pinggang, sedangkan satunya lagi memegang spatula sambil menatap ke arah Jisung.
"Buna tau ya kamu kalau lagi baik pasti ada maunya" kata Lyra sambil kembali menghadap kompor, lalu mengecilkan sedikit apinya.
"Kata guru Jisung nggak boleh bun negatif thinking gitu, apalagi sama anak sendiri" ucapnya sok menasihati, diam-diam tangan panjangnya meraba bagian atas kulkas dan mengambil dua lembar uang yang ada di sana. Dengan gerakan cepat Jisung langsung memasukkan uang itu ke saku celana dengan senyum merekah.
Lumayan dua puluh ribu, begitu pikirnya.
"Tapi kalau buna nggak mau dibantuin sih, Jisung nggak akan maksa" anak itu mengedikkan bahunya. "Kalau gitu Jisung izin keluar bentar ya?"
"Mau kemana?"
"Minimarket"
Mendengar kata minimarket, Lyra langsung menoleh ke anak semata wayangnya itu. "Sekalian buna titip gula sekilo ya, kemarin lupa beli"
Jisung mengulurkan tangan kanannya. "Uangnya?"
"Pakai uang kamu dulu, kan di atas kulkas ada uang dua puluh ribu tuh. Cukup kok buat beli gula sekilo"
"Yaah, bun, ini sih namanya Jisung bukannya untung malah jadi buntung"
"Jadi nggak mau bantuin bunanya nih?" Lyra kembali berkacak pinggang, sebelah tangannya mematikan kompor karena masakannya sudah matang sekarang.
"Hehe, iya bunaku sayaanggg. Jisung beliin gula nih, sekilo kan?"
Lyra mengangguk.
"Tapi nanti ganti uang Jisung dua kali lipat ya?"
Sampai di minimarket, Jisung langsung membeli gula yang tadi Lyra pesan. Berhubung satu kilonya itu seharga tiga belas ribu, Jisung terpaksa mengambil sisa uang sekolahnya tadi pagi untuk dibeliin jajan karena kalau cuma tujuh ribu saja jelas tidak akan cukup.
Apalagi rencananya Jisung mau beli es krim banyak-banyak karena beberapa hari ini ia sudah mencoba menahan diri untuk tidak membelinya, tapi tentu saja jangan sampai Bunanya itu tau. Bisa-bisa Jisung diomelin lagi gara-gara terlalu banyak makan es krim.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...