Jisung bukannya membenci Huang Renjun, dia hanya... sedikit tidak menyukainya. Kata benci dan tidak suka memiliki arti yang berbeda bukan?
Bagi Jisung, Renjun itu sosok pengganggu dan terlihat seperti ingin merebut Lyra darinya. Ya Jisung tau sih Renjun dan Lyra memang sudah berteman selama bertahun-tahun sejak mereka kuliah, tapi ia hanya merasa risih saja tiap kali pria itu mencoba mendekati bunanya. Terlebih posisinya Renjun itu sudah memiliki istri dan istrinya dengan buna pun sudah saling mengenal.
Jisung tidak tau pasti hubungan jenis apa yang pernah terjadi di masa lalu antara mereka, entah memang hanya sekedar teman atau mungkin ada alasan lain. Ia tidak terlalu peduli, yang jelas Jisung hanya tidak terlalu suka dengan sosok Huang Renjun itu.
Sedangkan dari pihak Renjun sendiri, dia merasa biasa saja dengan Jisung. Pria itu tidak membenci Jisung ataupun tidak menyukainya, hanya saja terkadang dia sering dibuat kesal tiap kali berhadapan dengan anak itu. Padahal menurutnya ia tidak pernah mencari gara-gara dengan Jisung, dia juga berusaha bersikap baik pada Jisung dan menganggapnya seperti anak sendiri mengingat di umurnya yang sudah hampir setengah abad ini belum juga dikaruniai anak.
Renjun kesepian tanpa adanya seorang anak, terlebih sejak dua tahun lalu dia juga ditinggal mati istrinya. Belum lagi Ayahnya sudah meninggal dan yang tersisa hanya Bundanya saja, maka dari itu Renjun memutuskan untuk kembali ke sini. Tinggal kembali di rumah masa kecilnya dan menemani sang Bunda di hari tua, setidaknya Renjun masih punya alasan untuk kembali dan melanjutkan hidup.
"Om Injun nggak bakal balik ke Shanghai lagi?"
Jisung bertanya saat dirinya juga Lyra sarapan bersama pagi itu. Tadi malam, mereka betulan dinner bertiga di restoran yang ternyata dipesan oleh Renjun. Gara-gara itu juga Jisung jadi semakin kesal karena tidak punya alasan untuk mengusir pria itu dari acara makan malam mereka.
"Ya nggak lah, rumahnya dia kan emang di sini. Renjun ke Shanghai kan cuma buat nemenin istrinya dirawat"
Anak itu mendengus kesal dan itu berhasil membuat Lyra menoleh.
"Kamu nggak suka?"
Jisung menggeleng.
"Kenapa? Perasaan Om Injun baik sama kamu"
"Om Injun suka caper sama buna, suka ngerebut buna dari Jisung. Jisung nggak suka, Jisung cemburu"
"Renjun kan temen buna dari jaman kuliah, kami emang udah dekat dari dulu"
"Tau, tapi tetap aja Jisung nggak suka"
Helaan napas berat keluar dari sela bibir Lyra. Dia meletakkan sendok ke atas piring yang masih bersisa setengah nasi, lalu mendongak untuk menatap lurus sang anak.
"Kamu nggak suka Renjun karena dia dekat sama buna?"
Anak itu mengangguk tegas.
"Kalau semisal buna didekati laki-laki selain Renjun, apa kamu tetap nggak suka?"
Tanpa pikir panjang, Jisung langsung mengangguk.
Oke, Lyra tau akar permasalahannya.
"Park Jisung, buna rasa sudah seharusnya kamu mengurangi kadar keposesifan kamu sama buna"
"Kenapa? Buna nggak suka?"
"Hm, kamu berlebihan"
"Jisung nggak berlebihan bun, Jisung cuma nggak mau kalau buna sampai disakitin laki-laki lain. Lagipula buna itu milik Jisung tau!"
"Buna bukan milik Jisung"
"Bun!"
"Buna bukan milik kamu, Park Jisung. Buna milik diri buna sendiri, dan kamu juga milik diri kamu sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
Fiksi PenggemarIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...