Jika menilik sedikit ke belakang. Mobil Mazda CX 3 hitamnya itu pertama kali dibeli sewaktu umur Jisung masih sepuluh tahun, itu artinya sekarang sudah enam tahun mobil itu Lyra pakai.
Apakah ini bisa dibilang wajar jika mobilnya jadi sering sakit-sakitan, sebab mengingat kebiasaannya yang kurang memperhatikan kesehatan mobilnya membuat Mazda CX 3 itu kembali mogok di jalanan. Padahal belum juga genap dua bulan sejak terakhir kali mobil itu mogok. Sepertinya mulai sekarang Lyra harus memikirkan kapan ia harus membeli mobil baru, lalu belajar cara merawatnya dengan baik.
Wanita bermarga Kim itu mendengus kesal sembari keluar dari mobil. Dia tidak ada niatan sama sekali untuk sekedar membuka kap mobilnya guna memeriksa keadaan karena Lyra terlalu malas untuk melakukan itu, lagipula dia sama sekali tidak mengerti masalah mesin. Jadi tindakan itu adalah percuma.
Lyra mengambil ponselnya dari dalam tas, memutuskan untuk menghubungi orang bengkel yang sebelumnya juga sempat menangani masalah mobilnya yang mogok. Dia yakin betul pasti yang bermasalah itu bagian mesinnya, karena kalau habis bensin itu tidak mungkin sebab Lyra baru mengisinya kemarin.
Begitu selesai menelpon orang bengkel yang katanya akan segera kemari dalam waktu dua puluh menit, wanita itu kembali masuk ke mobilnya untuk menunggu sampai orangnya datang.
Cukup lama Lyra menunggu disana, ia rasa ini bahkan sudah lebih dari dua puluh menit. Arloji putih di pergelangan kirinya bahkan memberitahu bahwa ia sudah berada di dalam mobilnya yang mogok sekitar dua puluh empat menit, tapi orang bengkelnya belum datang juga hingga kini.
Lyra sudah hampir menelpon kembali saat ketukan di kaca jendelanya terdengar, awalnya Lyra pikir itu orang yang dia tunggu tapi ternyata bukan. Mata Lyra membulat kaget saat sadar siapa yang mengetuk barusan.
"Lee Jeno?!"
Wanita itu buru-buru menurunkan kaca jendela mobilnya, dan wajah Jeno langsung terpampang nyata di depan muka Lyra.
"Mobilnya kenapa? Mogok?" Tanya pria Lee itu dengan suara tenang.
"Iya Jen"
"Udah coba telpon orang bengkel?"
"Udah kok, ini lagi nunggu tapi orangnya belum datang juga"
Tidak nyaman mengobrol seperti ini, Lyra memutuskan untuk keluar dari mobil agar bisa bicara berhadapan dengan Jeno. Pria Lee itu sedikit bergeser saat Lyra membuka pintunya lalu entah karena refleks atau apa, tangan besar Jeno sudah berada di atas kepala Lyra. Menjaga agar kepala wanita itu tidak sampai terantuk bagian atas mobil yang keras.
Seumur-umur belum ada yang pernah melakukan itu padanya. Tidak Jaehyung, tidak pula Renjun. Hanya Jeno.
Lyra tersenyum lalu menutup kembali pintu. Bisa ia lihat mobil putih milik Jeno terparkir tidak jauh di belakang mobilnya.
"Kok lo bisa ada disini? Kantor kita searah?" Tanya Lyra penasaran.
"Nggak kok. Tapi kan gue emang abis dari kantor lo, Ra"
"Hah? Ngapain?" Lyra tentu saja kaget mendengar penuturan Jeno barusan. Pasalnya dia sama sekali tidak menemukan Jeno di kantor tadi, padahal belum ada satu jam sejak ia pulang.
"Meeting sama Renjun, perusahaan gue sama perusahaan dia kan mau ngejalin kerja sama bisnis. Bukannya lo sekretarisnya Renjun ya? Masa nggak tau schedule-nya dia?" Kalimat Jeno barusan diakhiri oleh kekehan kecil, membuat matanya menghilang dalam beberapa saat.
"Jadi, perusahaan Lee yang dimaksud itu perusahaan lo?"
"Bisa dibilang begitu. Sayang banget ya lo nggak ada tadi, kata Renjun lo pulang duluan gara-gara sakit perut"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...