38: Sepupu dari Shanghai

1.1K 226 10
                                    

Sebagai anak tunggal, sering kali Jisung merasa kesepian sebab tidak punya teman bermain sementara Lyra sibuk bekerja. Maka dari itu kehadiran sepupu yang umurnya terpaut dua bulan lebih tua darinya itu patut Jisung syukuri.

Namanya Zhong Chenle, dia sepupu Jisung dari Shanghai. Anak bungsunya Tante Lani, kakaknya Lyra. Setahun yang lalu dia pindah ke Shanghai sebab Ayahnya dipindah tugaskan ke negara tersebut, perginya mendadak pula tanpa sempat berpamitan pada Jisung juga Lyra.

 Setahun yang lalu dia pindah ke Shanghai sebab Ayahnya dipindah tugaskan ke negara tersebut, perginya mendadak pula tanpa sempat berpamitan pada Jisung juga Lyra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi sekarang, sepupunya itu tengah nyengir di depan mukanya sambil melambaikan tangan seolah tidak merasa bersalah karena pergi begitu saja setahun lalu.

"Eh, kok nggak dijawab sih?" Chenle mengerucutkan bibirnya, pura-pura kesal.

"Emang aku harus bereaksi kayak gimana?" Balas Jisung ketus.

"Eyy, jangan gitulah. Sepupu mu ini juga perlu sambutan" setelahnya tangan Chenle mendarat ke pundak Jisung, merangkulnya dengan akrab lalu mengusak gemas puncak kepala Jisung.

Mereka hanya berbeda dua bulan,  secara teknis sih Chenle dan Jisung itu seumuran meski lahir di tahun yang berbeda. Hanya saja Chenle ini suka sok jadi orang dewasa gitu dan memperlakukan Jisung seolah dia adalah adik kecil.

"Jisung, kok tamunya--- LOH? Lele??"

Chenle langsung melepas rangkulannya pada Jisung saat Lyra datang, anak itu juga tidak ragu untuk menghampiri Lyra dan memeluknya hangat.

"Tante Lyra, Lele kangen" ucapnya bersemangat.

"Tante juga kangen berat sama kamu" Lyra melepas pelukannya. "Yaampun ponakannya Tante udah besar aja sekarang, tingginya ngalah-ngalahin Tante lagi. Tapi kamu agak kurusan ya?"

Chenle nyengir lebar mendengar penuturan tantenya itu. "Hehe, lagi diet Tan"

"Halah, gaya" celetuk Jisung. Dia maju untuk melerai keduanya. "Udah cukup pelukannya, ini buna aku!"

Sebagai kaum julid, Chenle tidak tahan untuk tidak mencibir.
"Masih aja posesif"

Si wanita Kim hanya terkekeh geli sebelum akhirnya mengajukan pertanyaan lain pada Chenle, sekaligus menuntun anak itu agar duduk di sofa. Kasihan kalau berdiri terus.

"Kamu kapan sampainya? Kok nggak ngabarin Tante sama Jisung dulu?"

"Jam lima tadi, Tan. Sengaja nggak ngabarin soalnya mau kasih surprise buat si kepala besar ini" jawab Chenle disertai lengannya yang mengunci leher Jisung, kebetulan mereka duduk bersebelahan.

Jisung tentu saja protes. "Sadar diri, kepala mu juga besar!"

"Iya-iya. Aku kepala besar satu, kamu kepala besar dua. Adil kan?"

"Astaga kalian ini" Lyra geleng-geleng kepala sambil tertawa. "Mama kamu ikut kesini juga, Le?"

"Nggak, Tante. Mama tetap di Shanghai sama Papa"

My Beloved Son ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang