"Gue khawatir sama lo makanya gue kesini"
Si gadis Shin nampak celingukkan mencari letak dapur di rumah Jisung, begitu ketemu dia langsung menuju kesana. Jisung hanya berjalan mengikuti Yuna di belakang setelah sebelumnya memastikan pintu rumah sudah tertutup.
"Astaga, apa ini? Lo mau makan mie?" Tanya Yuna lalu dengan lancang mematikan kompor gas dengan air di panci yang sudah mulai mendidih.
Melihat hal itu tentu saja Jisung protes. "Kenapa dimatiin?!"
"Gue bawain makanan yang jauh lebih sehat ketimbang mie instan" balasnya sambil memamerkan plastik putih di tangannya. "Duduk"
Tapi nyatanya Jisung tidak menurut, dia memandang Yuna dalam diam dengan tatapan sayunya. Hanya dengan sekali lihat Yuna sudah bisa menebak bahwa pemuda itu pasti belum makan seharian ini, atau mungkin sejak kemarin? Sebab wajahnya terlihat sangat pucat.
"Duduk, Park Jisung"
Karena Jisung tetap diam, Yuna mengambil inisiatif untuk menarik pergelangan tangan Jisung dan memaksanya duduk di salah satu kursi di depan meja makan. Sementara Yuna sendiri mulai sibuk memindahkan makanan yang sudah ia beli ke mangkuk lalu meletakkannya ke depan Jisung.
"Sup ayam?"
Jisung berkedip dua kali memandangi sup yang masih mengepulkan asap tipis di atasnya itu.
Lalu jawaban dari pertanyaan Jisung barusan adalah anggukan dari Yuna. "Gue baca di internet katanya orang sakit bagus kalau dikasih sup soalnya menyehatkan. Tadinya mau gue beliin bubur tapi gue tau lo pasti nggak bakalan suka"
"Ya, memangnya siapa yang suka makan bubur? Nggak enak"
Bahkan hanya dengan membayangkannya saja sudah mampu membuat Jisung bergidik. Dia benar-benar tidak menyukai rasa makanan yang satu itu, Jisung hanya makan kalau dipaksa Lyra saja.
"Oke, makan yang banyak ya?"
Sebelah tangan Yuna terulur untuk menepuk pelan puncak kepala Jisung dari seberang meja, lalu tersenyum manis sekali hingga membuat si pemuda terpana seketika.
Entah efek masih sakit atau memang Yuna kelihatan lebih cantik hari ini?
Jisung tidak mengerti, mungkin suhu tubuh memang bisa mempengaruhi cara pandang dan berpikirnya.
Untuk beberapa saat tidak ada yang bersuara di antara mereka. Jisung sibuk menikmati sup ayamnya dengan nasi yang juga dibelikan oleh Yuna, sementara si gadis nampak sibuk dengan ponselnya juga ingin memberi waktu pada Jisung untuk makan dengan tenang.
Tapi sepertinya ponsel Yuna tidak bisa tenang. Dari tadi ada saja pesan masuk entah dari siapa, yang jelas Jisung jadi penasaran.
"Siapa?"
Yuna mendongak dengan wajah gusar, menatap Jisung yang menyempatkan diri menyuap daging ayam ke mulut.
"Ini si Junho nanyain lo terus, kayaknya di antara ketiga temen lo cuma dia yang susah dibohongin"
"Emang lo bilang apa?"
"Seperti dugaan lo kemarin, ketiga temen lo pada nanya ke gue lo kemana kok nggak masuk sekolah ditambah lagi lo nggak balas chat mereka. Karena lo ngelarang gue buat bilang yang sebenarnya, jadi gue bilang aja ke mereka kalau lo lagi ada urusan ke luar kota bareng tante Lyra selama beberapa hari. Tapi tetap aja Junho nggak percaya"
Jisung menarik seulas senyum. Sebenarnya dia juga sudah menduga itu sih, dari ketiga teman yang Jisung miliki kayaknya emang cuma Junho yang sedikit waras jadi susah dibohongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...