Selama tiga hari Jisung dirawat inap di rumah sakit, itu artinya sudah seminggu pula dia tidak masuk sekolah.
Ketiga temannya mulai cemas dengan keadaan Jisung yang tidak ada kabar, maka dari itu atas saran Yuna ia memutuskan untuk memberitahu saja yang sebenarnya pada mereka. Termasuk tentang kebohongannya yang berkata sedang pergi ke luar kota bersama Lyra padahal aslinya bunanya itu terlibat kecelakaan pesawat.
Eunsang dan Minhee adalah yang langsung bereaksi keras, mereka marah karena hal sebesar ini justru Jisung tutupi hanya karena alasan tidak ingin membebankan pikiran mereka. Padahal kan mereka ini teman, meski baru setahun, tapi apa salahnya sih berbagi masalah dengan mereka?
Beda lagi dengan Junho yang cenderung tenang, karena diam-diam dia sudah mengetahui yang sebenarnya lewat Yuna. Lebih tepatnya dia yang memaksa, jadi selama ini Junho berpura-pura tidak tau hanya untuk menghargai keputusan Jisung.
Sejak saat itu hubungan keempatnya jadi semakin dekat saja, kondisi Jisung juga perlahan membaik. Ketiga temannya tidak pernah absen untuk menjenguknya, bahkan bela-belain nginap di kamar rawat Jisung sampai pemuda itu dibolehkan untuk pulang.
Tadi pagi Jisung juga sudah mulai masuk sekolah. Jisung sadar ini sudah hampir menjelang ulangan kenaikan kelas, kalau dia sering absen maka ia akan ketinggalan pelajaran. Tapi untunglah Jisung memiliki teman seperti Junho yang sangat perhatian, setiap hari pemuda itu selalu memberikan salinan catatan semua mata pelajaran pada Jisung dalam bentuk photocopy. Dengan begitu Jisung bisa mempelajarinya sendiri di rumah atau kalau ada yang tidak dia pahami, Junho akan dengan senang hati mengajarinya.
Memang Cha Junho ini adalah teman yang paling langka, sekaligus teman yang paling waras diantara mereka berempat. Dan Jisung bersyukur bisa memiliki teman sepertinya.
Jisung tidak mengira ternyata berbagi beban dengan teman bisa membuat perasaannya sedikit lebih baik. Mungkin Jisung belum bisa dikatakan baik-baik saja sampai keberadaan Lyra bisa ia ketahui dengan jelas, tapi bersama teman yang selalu setia mendukung dan bersamanya, Jisung yakin dia bisa bertahan melewati semua ini.
Setidaknya dia tidak sendiri. Akan selalu ada orang yang mau meminjamkan pundaknya saat ia merasa lelah, akan ada orang yang mau menjadi telinga saat Jisung ingin menceritakan keluh kesahnya, dan akan selalu ada orang yang mau memeluknya saat dia menangis dan terluka.
Dengan begitu Jisung yakin, cepat atau lambat dia akan baik-baik saja.
Cuaca siang ini cukup terik, mata Jisung yang pada dasarnya sudah sipit jadi makin menyipit saat dia turun dari bus.
Pemuda itu berusaha menyesuaikan pandangannya sambil berdiri di bawah atap halte. Dia tidak beranjak pergi, memilih untuk diam disana selama beberapa saat. Jisung hanya ingin sedikit mengulur waktu agar tidak segera sampai ke rumah, entahlah tapi berada di rumahnya sendiri membuat dadanya sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...