Setelah menemani Yuna tadi, juga membelikannya es krim beserta permen yupi dengan uang yang ditinggalkan Lyra di atas kulkas, Jisung memilih untuk pulang ke rumah. Sudah jam lima sore, biasanya di jam segitu bunanya sudah pulang bekerja. Apalagi ini akhir pekan yang sebenarnya waktunya libur, seharusnya Lyra tidak perlu berlama-lama di kantor kan?
Seharusnya begitu, tapi kenyataannya Lyra belum pulang juga. Rumahnya masih kosong sama seperti terakhir kali Jisung tinggalkan untuk menyusul Yuna.
Tau gitu tadi ia iyakan saja sewaktu Minhee mengajaknya nongkrong di kafe dekat sekolah, kebetulan di sana juga ada dua temannya yang lain yaitu Eunsang dan Junho. Mereka berempat memang terbilang akrab. Tapi sebelum pergi ke kantor tadi Lyra juga sempat berpesan agar Jisung jangan kemana-mana, jaga rumah. Jadi ya sudahlah lebih baik ia menunggu saja sampai Bunanya pulang nanti.
Jisung berjalan menuju dapur, mengambil ponselnya yang ternyata ketinggalan di atas meja makan. Anak itu mengirim beberapa pesan singkat pada Lyra menanyakan kapan pulang, tapi bahkan sampai pesan kelima pun belum juga dibaca oleh bunanya. Kemudian Jisung memilih untuk menelpon saja, tapi ternyata ponsel Lyra justru tidak aktif.
Jisung mendengus kesal, memilih untuk menyerah dan pergi mandi. Mungkin tidak lama lagi Lyra bakalan pulang.
Jam tujuh malam, terdengar deru mesin mobil di depan rumah. Jisung yang semula duduk anteng sambil nonton tv langsung loncat dari sofa kemudian berlari ke pintu, dia tidak langsung membukanya melainkan mengintip lewat celah gorden yang tertutup.
Kening Jisung mengernyit keheranan begitu sadar mobil yang berhenti di depan sana bukanlah mobil Lyra. Mobil yang ini warnanya merah mengkilap, terlihat masih baru dan mahal. Sangat berbeda dengan mobil milik Lyra yang warnanya saja sudah kusam, sebab sudah cukup lama sejak Lyra membeli mobil itu terakhir kali.
Secara impulsif Jisung langsung membuka pintu dan bersandar di sana saat dilihatnya Lyra keluar dari mobil berkaca gelap itu. Tidak langsung pergi, kaca jendelanya agak diturunkan dan Lyra terlihat melambaikan tangan pada di pengemudi yang sayangnya tidak kelihatan wajahnya karena terhalang tubuh bunanya itu.
Jisung berdecak, sudah menduga kalau yang mengantar pulang Lyra barusan pasti laki-laki.
Lyra berdiri di depan gerbang, menunggu sampai mobil merah mengkilap tadi hilang dari pandangannya barulah wanita itu masuk. Senyumnya lantas tertarik ke atas kala mendapati Jisung berdiri dengan tangan terlipat di dada, jangan lupakan tatapan matanya yang menyorot tajam seolah menghakimi.
"Abis dari mana?" Tanya Jisung saat Lyra sudah berdiri cukup dekat di hadapannya.
"Kamu udah kayak suami yang menginterogasi istrinya karena pulang telat"
"Hm, Jisung kan emang suaminya buna"
"HEH!"
Kesal, Lyra tendang kaki Jisung hingga membuatnya mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...