21: Jisung Suka Siapa?

1.4K 264 17
                                    

Jisung menangkup kedua sisi wajah Lyra, memperhatikan dengan detail bagaimana lingkaran hitam di bawah mata bunanya semakin terlihat jelas. Beberapa saat kemudian, anak itu menghela napas berat seraya melepaskan tangannya dari wajah Lyra.

"Jisung nggak suka deh semenjak buna jadi sekretarisnya Om Injun buna jadi keliatan lebih capek gini. Liat tuh matanya, udah kayak panda" anak itu memberengut kesal.

Gemas, tangan Lyra tergerak untuk mengusak rambut lebat Jisung.

"Renjun emang agak menyusahkan buna sih. Tapi buna baik-baik aja kok"

"Tuhkan! Seharusnya dari awal buna tolak aja tawarannya"

"Seharusnya. Tapi semua sudah terlanjur, jadi yaudahlah jalani aja. Lama-kelamaan juga buna bakalan terbiasa kok, lagipula gajinya lumayan. Hampir tiga kali lipat lebih banyak dari gaji buna sebelumnya"

Jisung makin cemberut. Ia merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Lyra, menyembunyikan wajah tampannya diantara ceruk leher wanita itu.
"Jangan kerja terus, nanti buna sakit"

Lyra tersenyum. Tangannya tergerak untuk menepuk pelan punggung Jisung yang entah sejak kapan, terasa sangat lebar.

"Kalau buna nggak kerja nanti siapa yang cari uang?"

"Jisung janji bakalan cepat besar biar nanti bisa cari uang yang banyak buat buna" sahutnya makin ngedusel ke leher wanita itu, menyamankan posisinya karena sekarang Jisung sudah mulai mengantuk.

"Buna yang nggak mau kamu cepat besar"

"Hng? Kenapa?"

"Buna maunya Jisung bayi terus"

"Ck, Jisung bukan bayi!"

Kekehan Lyra terdengar, sementara Jisung mendengus kesal. Bunanya itu selalu saja menganggap dirinya masih bayi, padahal kan Jisung sudah besar.

Iya kan?

"Malam ini buna tidurnya sama Jisung aja ya, Jisung kangen"

Lyra merotasikan bola mata, tidak habis pikir.
"Kangen terus kamu tuh, padahal kita tiap hari juga ketemu"

"Tetap aja, Jisung kangen kalau beberapa jam aja nggak ketemu sama buna"

"Dasar manja" kekeh Lyra seraya mengusak rambut Jisung.
"Sanaan ah, geli tau kamu ndusel gini terus"

"Ish! nanti dulu" Bukannya melepas pelukannya, Jisung malah makin mengeratkan. "Jisung masih kangen"

"Tapi itu nanti tugas kamu nggak selesai-selesai"

"Hah? Oh iya!"

Jisung sampai lupa kalau dia masih harus menyelesaikan tugas matematika yang harus dikumpul besok. Keasikan peluk bunanya sih, jadi lupa segalanya. Anak itu buru-buru melepaskan pelukannya dari Lyra, lalu beralih pada buku paket tebal juga alat tulis yang berserakan di atas kasur.

Ya, saat ini mereka memang sedang berada di kamar Jisung. Lebih tepatnya di kasurnya Jisung.

Lyra hanya bisa geleng-geleng kepala memperhatikan anak laki-lakinya yang kini fokus mengerjakan tugas, padahal beberapa saat lalu menolak untuk melepaskan pelukannya. Benar-benar manja.

Tanpa sengaja mata Lyra tertuju pada salah satu buku Jisung, gambarnya Olaf. Tapi bukan itu yang jadi fokus Lyra sekarang, melainkan sebuah nama yang tertulis di buku tersebut. Bukan nama Jisung, melainkan...

"Jang... Wonyoung?"

Sepertinya tidak asing.

Jisung yang mendengar itu kontan mendongak, sejenak tugasnya terabaikan. Dia buru-buru merebut buku di tangan Lyra lalu menyembunyikannya di balik punggung.

My Beloved Son ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang