52: Maaf, buna..

1.3K 230 8
                                    

Pada akhirnya, Kim Junkyu, orang yang mendatangi Jisung dan Yuna di rooftop waktu itu ikut serta dalam pencarian Wonyoung.

Awalnya Jisung menolak dengan tegas, tapi Yuna bersikeras membujuk agar mengizinkan Junkyu untuk ikut serta. Yuna bilang, makin banyak orang makin baik. Terlebih lagi Junkyu adalah tetangga Wonyoung, orang yang cukup dekat dan mengenal Wonyoung secara pribadi. Maka dari itu dengan amat sangat terpaksa, Jisung menyetujuinya.

Tapi ternyata pencarian seperti ini sangat melelahkan dan butuh waktu yang lama. Sudah dua hari ini mereka mencari, tapi sedikitpun tidak membuahkan hasil. Wonyoung masih tidak dapat ditemukan, dan sialnya Chenle pun sulit dihubungi.

Kecurigaan Jisung makin meningkat tajam, begitu pula kekhawatirannya. Jisung hanya bisa berdoa bahwa apapun yang terjadi, Wonyoung akan baik-baik saja.

Jisung memasuki rumahnya dengan langkah gontai, menggeret kakinya tanpa sedikitpun rasa semangat. Kepalanya tertunduk dalam sampai sebuah suara sedikit mengejutkannya.

"Dari mana kamu?"

Kepala Jisung terangkat, pandangannya langsung bertemu dengan milik Lyra yang sedang melipat baju di ruang tengah.

"Kerja kelompok, bun" jawabnya berbohong.

Lyra tampak curiga, ia melirik pada punggung Jisung yang tidak terdapat ransel hitam sekolahnya. Anak itu juga tidak kelihatan membawa satu pun buku.

"Kamu serius?"

"Hm"

"Sampai malam begini?"

"Iya"

"Sama siapa?"

Tidak langsung menjawab, Jisung berpikir lebih dulu untuk setidaknya menyebutkan satu nama yang bisa ia tumbalkan di saat-saat seperti ini.

"Junho" hanya nama itu yang terlintas di pikiran Jisung sekarang.

"Oh ya?" Lyra tersenyum mengejek, tangannya berhenti bergerak dari melipat baju. "Kebetulan banget setengah jam yang lalu buna ketemu sama Junho di minimarket depan komplek, dia malah tanya ke buna kamu kemana gara-gara tiap pulang sekolah selalu pergi buru-buru. Junho juga bilang kamu nggak ikut main futsal dua hari ini. Kalau emang kamu abis kerja kelompok sama Junho, seharusnya dia bisa tanya langsung ke kamu kan? Kenapa dia harus tanya sama buna?"

Mampus

Jisung menelan salivanya dengan susah payah, tubuhnya langsung kaku di tempat. Hanya bola matanya saja yang bergerak-gerak gelisah guna mencari alibi yang bisa digunakan, dan Lyra menyadari itu.

"Kamu nggak lagi ngebohongin buna kan?"

"Ng-nggak"

"Bener?"

"Iya" jawabnya tanpa mau menatap wajah Lyra.

Wanita itu tersenyum lalu mengangguk-angguk, sebelah tangannya bergerak untuk mengambil sesuatu yang terletak di atas meja. Lalu berjalan menghampiri Jisung dengan baju seragamnya yang seingat Jisung, ia letakkan di atas kasur. Sebab sepulang sekolah tadi, dia buru-buru pergi lagi untuk mencari Wonyoung jadi ia hanya sempat menaruhnya di sembarang tempat.

"Oke kalau kamu emang nggak mau jujur sama buna, tapi bisa kamu jelaskan apa ini?"

Jisung menatap kemeja putihnya itu dengan kening berkerut. Tidak ada yang salah disana, hanya saja baunya agak berbeda dari bau khas milik Jisung biasanya. Kali ini baunya terasa seperti... rokok.

Mata Jisung kontan melebar saat teringat bahwa tadi siang, ia kembali merokok di rooftop sekolah. Baunya pasti masih tertinggal disana dan sialnya, Lyra menemukan seragam Jisung dalam keadaan masih bau rokok.

My Beloved Son ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang