8: Kejahilan Buna

2.1K 383 12
                                    

Saking kangennya sama Lyra, Jisung sampai tidak mengizinkan bunanya itu untuk jauh dari pandangannya. Mereka duduk bersebelahan di atas ranjang milik Jisung sembari anak itu mengerjakan tugas Bahasa Indonesia-nya, Lyra pasrah saja terkurung di kamarnya Jisung dan tidak bisa kemana-mana karena anak itu tidak mengizinkannya untuk pergi.

Selama beberapa menit berlalu dalam diam, Jisung fokus mengetik tugasnya lewat laptop yang ia letakkan di pangkuan. Sementara Lyra hanya duduk diam sambil sesekali melirik apa yang Jisung ketik.

Rupanya anak itu sedang membuat karya tulis bertema pengalaman masa kecil sebagai tugas bahasa Indonesia-nya. Jisung memilih untuk menceritakan pengalaman pertamanya liburan ke Jepang saat masih duduk di sekolah dasar dulu, dan itu juga jadi pengalaman pertama Jisung bepergian jauh ke luar negeri.

Ngomong-ngomong sekolah dasar, Lyra jadi teringat sesuatu.

"Seingat buna waktu SD dulu kamu pernah punya teman cewek deh, siapa itu namanya? Kamu ingat?" Tanya Lyra yang kemudian membuat Jisung berhenti sebentar untuk mengingat-ingat.

"Shin Yuna?"

"Ah, iya mungkin. Buna rada lupa namanya tapi masih ingat jelas mukanya"

Jisung mengangguk-angguk.
"Kenapa buna tanya itu?"

"Nggak, cuma penasaran aja sekarang kabarnya gimana. Dulu kalian lumayan akrab kan?"

"Yuna baik kok, sekarang dia satu sekolah sama Jisung tapi beda kelas" ujar anak itu kembali mengetik beberapa kalimat di word.

"Oh ya?" Lyra mendadak antusias.
"Kenapa nggak kamu ajak main kemari? Terakhir kali buna ketemu dia waktu kamu SMP kan ya? Kebetulan lagi hari besar juga makanya dia main kesini"

"Nggak usah lah bun"

Penolakan Jisung membuat kening Lyra mengernyit.

"Loh, kenapa?"

"Jisung sama Yuna udah nggak seakrab dulu lagi, paling-paling pernah ketemu di sekolah terus ngobrol dikit doang"

Tentu saja Jisung tidak akan bercerita bahwa dirinya juga Yuna sempat makan bareng di kantin saat dihukum waktu itu, bisa-bisa Lyra mengomel.

"Heum, sayang banget padahal dulu kalian akrab banget. Saking akrabnya pulang-pergi ke sekolah selalu bareng, atau nggak kadang juga nebeng mobil Papanya Yuna buat diantar ke sekolah"

Lyra kembali memutar memori lamanya saat dulu mereka masih bertetangga dengan keluarga Yuna, kebetulan rumah mereka juga cuma berjarak dua rumah saja. Sangat dekatlah hitungannya. Tapi sayangnya begitu lulus SD keluarga Yuna memutuskan untuk pindah, jadi mereka tidak pernah lagi berhubungan dengan mereka selain sewaktu Yuna yang tiba-tiba saja datang bertamu saat Jisung masih SMP dulu.

Getaran ponsel Jisung menyadarkan Lyra dari lamunan, wanita itu ikut melongokkan kepalanya guna mengintip pada layar ponsel Jisung yang menyala. Sebelum Lyra mampu mengetahui siapa yang baru saja mengirim pesan, Jisung sudah lebih dulu mengambil ponsel itu dan membacanya dalam jarak dekat. Sengaja supaya Lyra tidak bisa melihat apa isinya.

"Siapa sih?" Decak Lyra kesal, padahal dia sudah kepo duluan. Apalagi Jisung bacanya sembunyi-sembunyi gitu kan mencurigakan.

"Bukan siapa-siapa" Jisung memasukkan ponselnya ke saku celana, lalu meletakkan laptopnya yang masih menyala ke atas kasur. "Jisung turun dulu ya"

"Ngapain?"

"Sebentar aja"

Itu bukan jawaban yang memuaskan bagi Lyra. Wanita itu sengaja membiarkan Jisung keluar dari kamar dan menunggu setidaknya tiga puluh detik kemudian sebelum akhirnya ia ikut menyusul, mengintip kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Jisung.

My Beloved Son ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang