Ada satu orang lagi yang selama empat puluh tiga tahun hidupnya mungkin tidak akan bisa Lyra lupa, namanya Lee Jeno.
Pria tinggi dengan kulit putih juga senyum bulan sabitnya itu tidak ada duanya, selama Lyra hidup jarang sekali ia menemui orang yang tersenyum sedemikian manis dan menggemaskan. Wajahnya yang tampan dan surai hitam kecokelatan yang menawan, sulit bagi Lyra untuk mengindahkan pandangan dari sosok Jeno yang sekarang terlihat semakin dewasa daripada dulu saat mereka masih SMA.
Saat mereka masih berada di sekolah menengah atas, Jeno pernah menjadi sosok yang Lyra cintai. Hal yang paling tidak bisa ia lupakan dari Jeno adalah fakta bahwa pria itu adalah cinta pertamanya sekaligus patah hati pertamanya pula.
Jeno selalu memperlakukannya dengan baik, meski dulunya mereka sempat kikuk hanya karena bertemu tatap. Semasa pacaran Jeno bukanlah sosok yang romantis, dia terlalu sulit mengekspresikan rasa cintanya pada orang lain secara gamblang. Tapi disaat yang bersamaan, dia bisa membuat Lyra merasa nyaman juga tersentuh hanya karena tindakan sederhana yang pria itu lakukan. Jeno cenderung mengungkapkan rasa cintanya dengan caranya sendiri yang tidak biasa, dan Lyra menyukai itu.
Semua berjalan baik-baik saja sampai kesalahpahaman itu datang, menghancurkan hubungan mereka yang bahkan belum genap setengah tahun berjalan. Keduanya bertengkar hebat, atau mungkin lebih tepatnya Lyra yang marah besar saat tau kalau Jeno sudah bertunangan dengan gadis cantik pilihan orang tuanya. Tentu saja tanpa memberitahunya lebih dulu.
Lyra terlalu keras kepala hanya untuk sekedar mendengarkan penjelasan dari Jeno, dan pria itu yang terlalu pengecut karena tidak berani mengatakan semuanya dari awal hingga membuat masalahnya semakin runyam. Kesalahan pahaman itu berlanjut sampai mereka kuliah. Secara kebetulan saat itu mereka berdua satu kampus hanya beda departemen saja, begitupula dengan Renjun.
Lyra dan Jeno baru bisa berbaikan menjelang mereka wisuda, dengan cara yang kurang pantas sebenarnya. Tapi untunglah beberapa tahun setelah keduanya wisuda, mereka bertemu lagi dan berhasil memperbaiki keadaan. Semua berjalan dengan baik, tidak ada kesalahan pahaman apalagi emosi setiap kali mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...