37: Kedatangan Tamu

1.1K 223 7
                                    

Pertama kali Lyra bertemu dengan Renjun itu saat mereka masih terbilang mahasiswa baru, kalau tidak salah itu baru semester awal perkuliahan.

Waktu itu Lyra tidak sengaja menemukan sebuah dompet kulit yang tertinggal di salah satu bangku taman, posisinya dekat dengan koperasi mahasiswa. Awalnya Lyra cuek saja, ia tidak terlalu perduli meski si pemilik dompet itu mungkin  sedang kebingungan sekarang.

Jujur saja, Lyra anaknya kurang suka bersosialisasi dengan orang yang tidak dikenalnya dengan baik, ditambah lagi dia tidak mau repot mencari tau siapa si pemilik dompet tersebut. Memangnya warga kampus isinya cuma puluhan orang? Tidak, jumlahnya bahkan sampai ribuan. Masa iya dari ribuan orang itu Lyra harus mengecek satu-satu, repot lah. Lyra terlalu malas untuk melakukan itu.

Tapi mungkin si dewi fortuna tengah berpihak pada si pemilik dompet, sampai-sampai Lyra yang tidak mau repot ini jadi tergerak hatinya untuk sekedar mengecek isi dompet. Lalu memeriksa identitas si pemilik lewat kartu tanda mahasiswa yang terselip di salah satu slot, karena kalau Lyra tau nama dan departemennya kan dia jadi bisa menyerahkan dompet itu ke kantor jurusan nanti. Supaya orang sana saja yang akan menghubungi si pemilik dompet, itu lebih mudah bukan?

"Huang Renjun"

Lyra mengeja nama itu sambil memandangi foto yang tertera di kartu, hingga akhirnya dia tersenyum tanpa sadar. Pasalnya wajah si Huang Renjun itu terlihat sangat muda dari umur aslinya, Lyra sampai ragu dia betulan mahasiswa jika saja tidak mengecek tahun lahirnya tadi. Mereka seumuran ternyata, hanya saja Renjun sebulan lebih tua dari Lyra.

Dia memasukkan kembali KTM itu ke tempatnya semula, kemudian barulah berpindah untuk mengecek sisi lain dompet. Uang tunainya tidak banyak rupanya, hanya berjumlah kurang dari lima puluh ribu. Yang banyak itu kartunya, sampai semua slot terisi  dengan kartu-kartu itu. Dan salah satu yang paling menarik perhatian adalah kartu hitamnya alias black card.

Lyra langsung merinding, si pemilik dompet pasti bukan orang biasa. Begitu pikirnya.

Maka dari itu Lyra langsung berdiri, dia celingukkan ke kanan dan kiri siapa tau si pemilik dompet masih belum jauh. Dikeluarkannya kembali KTM si pemilik guna mencocokkan wajah dari banyaknya mahasiswa yang berlalu lalang di sekitarnya, tapi hasilnya nihil. Si Huang Renjun tidak ditemukan.

Memilih untuk menyerah, Lyra memutuskan untuk pergi ke departemen Renjun saja dan menyerahkan dompet itu ke kantor jurusan. Tapi saat dia melewati koperasi mahasiswa, matanya tidak sengaja menemukan satu sosok yang tidak asing.

Bukan, Lyra tidak mengenal orang itu. Hanya saja wajahnya tidak asing. Dengan kening mengerut, dipandanginya lagi foto di KTM tadi sebelum berpindah ke sosok laki-laki yang kini berdiri di depan meja kasir. Dia tengah sibuk mengubek-ubek isi ransel juga saku celana hitamnya, ekspresinya berubah panik kemudian.

Tidak salah lagi, memang dia orangnya.

Meski awalnya ragu, Lyra memberanikan diri untuk mendatangi orang yang ia yakini adalah si pemilik dompet.

"Huang Renjun?"

Yang punya nama sontak menoleh pada Lyra yang berdiri canggung di sampingnya.

"Y-ya?"

"Ini dompet lo bukan? Tadi ketinggalan di bangku taman"

Mata Renjun langsung berbinar. "Astaga, iya. Ini yang gue cari-cari dari tadi, akhirnya ketemu juga. Makasih banyak ya" ucap pemuda itu sembari menerima dompet yang diberikan Lyra.

Gadis Kim itu hanya tersenyum lalu tanpa sepatah katapun dia pergi dari koperasi saat Renjun sedang lengah untuk membayar belanjaannya.

"Loh?" Renjun kebingungan awalnya saat sadar Lyra sudah tidak ada lagi di sana.

My Beloved Son ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang