17: Skincare Time

1.5K 290 5
                                    

Rupanya hujan tadi sore bertahan sampai malam, hal yang patut disyukuri karena akhir-akhir ini memang jarang sekali turun hujan.

Jam delapan lewat lima menit, ibu dan anak itu tengah sibuk dengan kegiatan mereka. Lyra yang sedang duduk menyandar di sofa, sementara Jisung rebahan berbantal paha bunanya. Mereka tampak asik, atau mungkin lebih tepatnya Lyra yang asik sendiri memasangkan sheetmask ke wajah Jisung.

Anak itu hanya diam, tidak protes sedikitpun dan membiarkan Lyra berbuat sesukanya. Toh, hal seperti ini hanya terjadi seminggu sekali.

Lyra menepuk pelan wajah Jisung guna merapihkan sheetmask-nya, sekaligus mengoleskan sisa essence ke bagian leher juga siku dan tangan Jisung. Sementara dirinya sendiri sudah lebih dulu menggunakan maskernya.

"Bun, Jisung mau cerita deh" tukas Jisung memecah keheningan di antara mereka.

Sejak tadi yang bersuara hanya hujan di luar sana, televisi besar di depan mereka juga sengaja tidak dinyalakan karena takut disambar petir.

"Hm, mau cerita apa? Kamu ada masalah?"

Lyra masih telaten mengambil sisa essence dari plastiknya dan dioleskan ke leher Jisung, sayang kalau sampai terbuang karena harganya relatif mahal untuk ukuran masker sekali pakai. Jadi tidak boleh disia-siakan.

Anak laki-lakinya itu menggeleng kecil, dagunya terangkat sedikit guna melihat wajah Lyra lebih jelas.

"Bukan Jisung, tapi Yuna"

"Shin Yuna?"

"He'um"

Tentu saja Lyra masih ingat nama itu, beberapa minggu yang lalu Jisung sempat menyebut nama Shin Yuna saat Lyra bertanya tentang teman SD yang dulunya lumayan akrab sama Jisung.

"Yuna kenapa?"

"Katanya, orang tuanya mau cerai"

"Kamu kok bisa tau?" Lyra mulai tertarik dengan cerita Jisung.

"Beberapa hari yang lalu Jisung ketemu sama Yuna, dia ceritain semuanya. Jujur, Jisung kasihan sama dia. Padahal anaknya keliatan ceria banget di sekolah, kayak nggak pernah punya beban. Nggak nyangka ternyata dia nyembunyiin masalahnya di rumah"

"Biasanya, orang yang keliatan paling ceria itu sebenarnya orang yang berusaha keras menyembunyikan rasa sakitnya sendirian. Dia nggak mau ngerepotin orang lain dengan masalahnya, dia nggak mau suasana di sekitarnya jadi ikutan gloomy kalau ada dia, dia nggak mau keliatan lemah di depan orang lain. Meskipun keliatannya Yuna itu anaknya ceria dan pandai bergaul, aslinya dia tertutup. Dia sulit menceritakan masalahnya sama orang lain, makanya menutupinya dengan senyum seolah dia baik-baik aja"

"Lalu, kenapa dia ceritain masalahnya sama Jisung?"

"Mungkin karena kamu spesial?" tangan Lyra bergerak untuk mengusap rambut lebat Jisung. "Kamu pernah bilang kan ke buna kalau Yuna itu punya banyak teman? Terus kenapa dari sekian banyak temannya itu dia justru ceritanya ke kamu? Itu karena dia percaya sama kamu"

Jisung diam, membiarkan bunanya kembali bicara sementara dia mendengarkan.

"Nggak ada salahnya untuk berpura-pura baik-baik aja, karena terkadang kitapun butuh sesuatu untuk menghibur diri sendiri. Tapi berpura-pura baik-baik aja juga sama dengan menggantungkan masalah, semakin lama kamu berpura-pura semakin lama juga masalah kamu bisa selesai. Jadi yang harus dilakukan adalah, hadapi dan lawan. Semuanya akan baik-baik aja"

"Jisung juga bilang gitu ke Yuna" sahutnya menarik tangan Lyra yang lain untuk ia genggam, sedangkan tangan yang satunya masih mengusap rambut Jisung. "Jisung bilang, Yuna harus berani bilang ke orang tuanya tentang apa yang dia rasakan. Kasih tau harapan juga keluh kesahnya dia biar orang tuanya bisa mengerti perasaan Yuna. Karena kalau orang tuanya itu benar-benar sayang sama dia, apapun yang akan terjadi mereka nggak bakalan ninggalin anaknya. Bener kan bun?"

My Beloved Son ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang