Senin pagi, seharusnya Jisung bangun lebih awal karena nantinya bakalan ada upacara pagi di sekolah. Khusus di hari senin biasanya sekolah masuk sepuluh menit lebih awal dibanding hari biasa, tapi bukannya bangun lebih cepat Jisung malah kesiangan.
"Makanya kalau buna suruh mandi tuh langsung, jangan nanti-nanti terus ujungnya malah tidur lagi. Kesiangan kan?"
Wanita yang hari ini mengenakan blouse berwarna pink itu mengomel, memperhatikan Jisung yang duduk di hadapannya sambil menikmati sarapan dengan terburu-buru. Kemeja Jisung belum sempat dimasukkan ke dalam celana, dasinya miring kesana kemari, belum lagi rambutnya yang disisir asal masih meneteskan air yang kemudian membasahi kemeja seragamnya.
Lyra berdecak karena merasa begitu risih dengan penampilan sembrono anak laki-lakinya ini, masa iya berangkat sekolah tapi tidak rapi sama sekali. Lyra berdiri, memberi kode pada Jisung untuk tetap disitu sementara dirinya naik ke lantai dua guna mengambil handuk di tempat jemuran, juga sisir dan pomade milik Jisung di kamar anak itu.
"Bun!" Jisung kaget sebab matanya tertutup kain handuk saat Lyra mengusak rambut basahnya.
"Diem dulu, buna keringin rambutnya"
"Udah kering kok"
"Kering apanya kalau masih netes-netes gitu! Lihat nih, kemeja kamu jadi basah"
"Hehe"
"Hehe" Lyra membeo, sengaja menyindir Jisung yang kerap kali nyengir saat dinasihati.
Selesai mengeringkan rambut Jisung yang sudah mulai panjang karena belum sempat dipotong, kali ini Lyra beralih pada pomade. Mengambil lumayan banyak gel mengingat rambut Jisung yang sangat tebal, lalu mengoleskannya sampai merata.
Jisung diam saja. Sibuk menghabiskan sarapannya dengan lebih santai, tidak terburu seperti tadi. Lyra mengambil sisir guna merapihkan rambut Jisung yang sudah mulai licin bekas pomade, setelah ini bakalan lebih mudah diatur rambutnya.
"Mau dibikin gaya gimana nih?"
Jisung yang baru saja menelan nasi itu menyahut, "Yang kayak biasa aja. Yang pasti jangan dibelah tengah nanti Jisung kayak anak SD"
"Padahal buna udah berencana gitu tadi" sahut Lyra sambil terkekeh pelan.
"Kan!"
Paham betul dengan kebiasaan jahil bunanya, Jisung sampai tidak terkejut lagi. Lyra itu sosok buna yang menyenangkan, tapi sekaligus menyebalkan. Untung Jisung sayang.
"Berdiri coba, masukin kemejanya ke celana" titah Lyra sembari menutup kembali wadah pomade dan meletakkannya ke atas meja makan.
"Bentar bun" Jisung menenggak teh hangatnya lebih dulu, sementara nasi di piringnya sudah tandas sejak tadi, barulah dia berdiri sesuai perintah Lyra.
Selagi Jisung memasukkan bajunya ke dalam celana, tangan Lyra dengan telaten merapihkan dasi sekolah Jisung yang tidak jelas bentuknya karena memang dipasang asal-asalan. Tanpa perlu disuruh, Jisung langsung peka sendiri melebarkan kakinya agar tinggi badannya tidak menyusahkan Lyra yang sedang berusaha memperbaiki dasinya.
Jisung mengulum senyum, bajunya sudah rapi sekarang, tapi Lyra masih belum selesai juga. Sebenarnya wanita itu juga tidak terlalu lihai memasang dasi. Lebih tepatnya lupa karena sudah sangat lama sejak terakhir kali Lyra memasangkan dasi untuk Jaehyung, dan baru kali ini juga wanita itu memasangkan dasi untuk Jisung.
Ngomong-ngomong, posisi mereka saat ini mengingatkan Jisung pada sesuatu.
"Kenapa sih!"
Lama-kelamaan Lyra risih juga diperhatikan Jisung yang seperti sedang menahan tawa itu, lagipula dimana letak lucunya coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...