Sepertinya di akhir pekan selalu jadi pilihan utama kebanyakan orang untuk datang ke pusat perbelanjaan, karena sekarang keadaannya memang cukup ramai.
Begitu sampai mereka bertiga langsung menuju ke bagian makanan dan sembako yang terletak di lantai dua. Lyra mengambil salah satu trolley dan mendorongnya menuju rak-rak penuh sabun, sebelum akhirnya diambil alih oleh Jisung.
"Biar Jisung aja bun" kata anak itu seraya mengambil trolley dari Lyra dan mendorongnya.
Lyra hanya mengangguk sambil memilah sabun mandi juga shampo yang biasa ia beli. Sementara Renjun berdiri selangkah di belakangnya sambil menyimpan tangannya di saku celana, pria Huang itu tidak banyak bicara selain celingukkan menatap satu demi satu rak yang ada di kanan kiri mereka.
"Kamu mau pakai shampo yang ini atau yang ini?" Lyra menunjukkan dua botol shampo berbeda merk di depan Jisung.
Anak itu hanya memandanginya sejenak sebelum menyahut.
"Terserah aja bun""Yaudah beli dua-duanya aja, sekalian stok" katanya sambil menaruh shampo pilihannya ke trolley.
Inilah salah satu kebiasaan Lyra, entah ini bisa dibilang kebiasaan buruk atau justru baik. Jika Lyra bingung memilih antara dua barang yang harus dibeli, maka dia akan membeli keduanya saja sekalian. Lumayan daripada membuang banyak waktu hanya untuk sekedar memilih, lalu menyesal kemudian karena salah pilih, ya sudah beli keduanya saja. Begitu pikirnya.
Selesai di bagian shampo dan sabun, mereka beralih ke rak makanan. Mata Jisung langsung tertuju pada satu objek, lalu mengambilnya untuk ditunjukkan ke Lyra.
"Bun, ada rasa baru nih. Cobain yuk" ucap Jisung seraya mengangkat sebungkus mie instan yang katanya rasa baru itu.
"Yaudah masukin trolley"
Jisung mengangguk semangat dan memasukkan mie instan tersebut ke dalam trolley, tidak hanya satu tapi tiga bungkus mie instan sekaligus. Untung Lyra tidak marah tadi.
"Jisung boleh beli permen yupi nggak bun?" Tanya Jisung hati-hati.
Mungkin karena mood-nya sedang baik, permintaan Jisung pun diiyakan oleh Lyra.
"Jangan banyak-banyak tapi" itu pesannya.
Setelah itu Jisung mengangguk setuju dan pergi ke bagian rak yang ia yakini terdapat permen yupi di sana. Jisung dan permen yupi memang tidak bisa dipisahkan. Mungkin ini juga alasan kenapa Jisung tidak pernah keberatan menemani Lyra belanja bulanan, itu karena dia bisa sekalian membeli berbungkus-bungkus permen yupi kesukaannya.
Sementara Jisung pergi ke rak yang berbeda. Lyra sendiri sibuk dengan kegiatannya memasukkan gula pasir, bumbu masakan instan, kecap, minyak goreng, garam, sekotak teh celup, juga susu cokelat. Ada banyak sekali barang yang ia masukkan hingga tidak terasa trolley-nya jadi semakin berat, terlebih tadi Lyra juga sempat memasukkan dua karung beras.
"Sini, biar gue aja" Renjun berinisiatif mengambil alih trolley tersebut, dan membantu mendorongnya.
Padahal Lyra sendiri hampir lupa akan keberadaan pria Huang tersebut, Renjun diam saja sejak tadi seolah kehadirannya tidak terlihat.
"Mendadak sariawan ya?" Tanya Lyra memecah keheningan di antara mereka.
"Hah?"
"Diam aja daritadi"
"Oh" Renjun nyengir begitu sadar sindiran Lyra barusan. "Nggak sih, cuma gue ngerasa asing sekaligus familiar aja sama keadaan kayak gini"
"Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
Fiksi PenggemarIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...